#17

490 69 11
                                    

Apa kabar kalian? Sehat kan?

Sebelum lanjut aku mau ingetin buat vote, comment dan follow aku, oke?

Cuss ahh lanjjoottt!!!




"Na Jaemin?" Dirinya bisa merasakan tubuh Jaemin yang bergetar.

"Lee Jeno?"

"Iya ini aku Lee Jeno. Aku disini, tolong bertahan."

Seulas senyum khas menyelimuti wajah tak karuan Lee Jaemin setelah mendengar pengakuan itu. Kalau tak salah tadi anak itu mendengar bahwa Lee Jenonya telah kembali. Syukurlah kalau memang demikian.

Jeno pun juga begitu, sangat lega melihat Jaemin yang mau membuka matanya dan tersenyum padanya. Akan tetapi sayangnya momen manis itu hanya terjadi dalam waktu singkat. Jeno kembali dibuat panik ketika menyadari kedua bola mata bening Lee Jaemin kembali terhalang oleh kelopaknya. Dan juga detak jantung dan nadi Jaemin semakin melemah.

Semua kembali carut-marut.

Jangan sampai Jaemin benar-benar pergi.

~~~~~~~

Masih dalam keadaan lukanya belum dibersihkan, Junseok mondar-mandir di depan ruang operasi. Seandainya Junseok mondar-mandir sambil menyeret kain pel, pastilah lantai disana sudah bersih berkilau. Anak itu benar-benar tidak tenang, maksudnya bagaimana dia bisa tenang sedangkan sahabatnya, belahan jiwanya sedang dalam situasi genting. Lee Jaemin harus dioperasi sekarang juga, tulangnya patah dan tadi anak itu masih belum sadarkan diri setibanya di rumah sakit.

"Jun, giliran lo." Haechan yang sudah selesai diobati mendekati Junseok yang mohon maaf penampilannya kacau dan kelewat risau, persis seperti seorang suami yang was-was menunggui istrinya bersalin. Haechan membujuknya agar mau ditangani dulu oleh dokter.

"Diem lo! Ini semua gara-gara lo sama lo!" Junseok dengan amarah yang kembali membuncah menunjuk muka Haechan dan Chenle, menatap keduanya dengan tatapan mematikan. Kali ini dua anak itu pasrah-pasrah saja karena apa yang dikatakan Junseok tak salah. Dan lihatlah mereka yang menunduk persis seperti ketika dimarahi oleh Pak Kyuhyun ketika tak mengerjakan PR.

"Kalau sampai Jaemin ngga selamat, gue ngga segan buat habisin kalian!"

Gertakan itu sungguhan. Sedikitpun bukan main-main belaka.

"Junseok no sayang. Bukan kaya gitu caranya. Tenang sayang, kamu bersihin luka dulu ya? Ayah temani." Donghae segera menenangkan dan menahan tubuh Junseok agar tidak bertindak semakin jauh lagi.

Membawa Junseok menjauh, Donghae tak ingin membuat suasana semakin memanas dan membuat suasana hati Yoona semakin buruk. Lagi pula kondisi Junseok juga berantakan dan penuh luka lebam. Kalau tidak segera diobati lukanya, Donghae takut kalau-kalau luka Junseok semakin parah karena luka yang menganga.

Seakan terlihat tegar, sebenarnya hati Donghae hancur. Jaemin yang kritis berada diruang operasi, Junseok yang penuh luka dan Yoona istrinya yang takut setengah mati sampai-sampai tak mau bicara pada siapapun. Intinya semua orang yang sangat disayanginya sedang dalam kondisi tak baik. Menunggui Junseok yang sedang ditangani dokter, Donghae duduk di kursi lorong rumah sakit dengan hati yang berat. Pria paruh baya itu menunduk menahan tangis. Merasa tak becus melindungi orang yang disayanginya.

"Ayah?" Berlutut di depan Donghae setelah lukanya selesai diobati, Junseok lalu memeluk tubuh pria yang ia panggil ayah dengan penuh kasih. Berharap beban yang sedang ditanggungnya berkurang. Anak itu tahu betul perasaan Donghae yang sedang bersedih hati.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang