#10

585 78 5
                                    

Selamat malam~

Udah ada yang nunggu kelanjutan cerita ini?

Yuk langsung aja. Tapi jangan lupa kasih bintang sama komennya yaa^^

Thanks...



Omongan Jaemin beberapa hari lalu yang menyebut bahwa dirinya mirip Lee Jeno sangat sukses  mengganggu fikiran Junseok. Sial. Apa ini artinya Jaemin sudah menyadari bahwa dia itu sebenarnya adalah Lee Jeno?

Yang jelas akhir-akhir ini Junseok sebisa mungkin menghindari Jaemin. Takut jati dirinya terbongkar. Di dalam kelas pun Junseok tetap sebisa mungkin akan menghindar. Dia benar-benar tak mau kalau sampai Jaemin tahu dirinya adalah Lee Jeno.

Didalam lubuk hati yang terdalam sebenarnya Junseok ingin sekali mengungkapkan kebenaran. Namun sisi lain dirinya memaksa untuk bungkam. Ada hal lain yang membuat Junseok untuk tidak jujur.

Junseok jadi dilema, hatinya jadi risau. Sama seperti yang dirasakan saat ini, hatinya risau karena Jaemin. Iya benar, diam-diam selama ini dia memperhatikan Jaemin dari jauh.

Kembali ke Jaemin. Anak itu belum jua datang, padahal sebentar lagi bel. Biasanya anak itu akan sampai dikelas dua puluh menit sebelum bel berbunyi. Tapi sekarang sudah hampir bel pun belum ada tanda-tanda Lee Jaemin akan datang.

Menutupi kerisauan, Junseok berusaha untuk membuka lembaran putih didepannya. Junseok membaca buku, meski netranya memindai kata per kata namun hati dan pikirannya tetap kepada Jaemin. Hati Junseok tak tenang.

"Eh ada rame-rame tuh! Seru kayaknya, ayo kita liat!"

Mendengar celotehan beberapa temannya, prasangka Junseok langsung ke Jaemin. Lekas saja Junseok berlari keluar, bahkan kursinya terjungkal ke belakang karena dorongan tubuh Junseok yang begitu kuat dan tak sabaran.

"Dasar pembohong!"

"Anak haram huuuu!!"

"Cuma anak pungutnya om Donghae sama tante Yoona ternyata."

"Ternyata sama aja kaya si Junseok tuh, sama-sama aib."

"Pantesan dia selalu belain Junseok. Ngga taunya dia anak haram. Sama kaya yang dibela."

Jaemin diam saja meski semua orang memyumpah serapahi, meneriaki dan berkata kasar padanya. Dia juga tak membalas ketika mereka mulai memukuli, menjambak, menendang dan mencakarinya.

Kalaupun dibalas juga percuma. Mereka banyak, Jaemin seorang diri. Toh juga Jaemin bukan orang jahat yang suka membalas kejahatan dengan kejahatan. Jaemin tak serendah itu.

Tak puas dengan apa yang telah dilakukan, mereka juga menyirami tubuh Jaemin dengan segala jenis minuman dan saus encer. Coba bayangkan seperti apa sakitnya kedua tangan Jaemin yang memerah karena cakaran, kini harus ditambah dengan perihnya saus cair yang pedas ketika menyentuh permukaan kulitnya.

Tak bisa dipungkiri oleh Jaemin, itu sangat sakit dan anak itu sampai mati rasa saking perihnya. Dia yang tadinya susah payah menahan air mata, akhirnya tumpah juga. Bukannya cengeng, Jaemin benar-benar sudah tak tahan.

"Hey kalian! Apa kalian ngga malu punya temen kaya gini? Bisa-bisanya kalian berteman sama si aib ini. Mau ditaruh dimana muka kalian hm?"

Jaehyuk barusan berbicara kepada Haechan, Chenle dan Jisung yang ternyata sedari tadi hanya berdiri terdiam, menonton. Tak ada niatan sama sekali sepertinya untuk menolong Jaemin. Tak ada niatan untuk membela atau minimal menghentikan perbuatan tak manusiawi yang sedang terjadi.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang