Yang Taehyung bisa lakukan hanyalah menatap sendu adiknya yang selalu menunggu sang suami bangun dari tidur nya.
Satu bulan sejak kejadian itu,Hyura tak pernah lupa untuk sehari saja menjenguk Jimin,dengan sang putri yang selalu mengikuti.
Taehyung bisa melihat ketegaran Hyura sabar menanti Jimin. Pria yang ia sebut sahabat itu,juga adik ipar nya masih betah menutup matanya seolah enggan melihat kehidupan nyatanya.
"Jimin oppa tidak berubah,tetap tampan"-kata Hyura tersenyum menatap Taehyung. Membuat Taehyung ikut tersenyum dan menatap Jimin yang terbaring lemah dengan tubuh yang semakin mengurus. Entah sudah berapa banyak air mata yang Hyura keluarkan,ia yakin Hyura selalu menangis. Saat ini juga matanya bengkak.
"Mama,Jihee lapar"-suara putrinya mengintrupsi,Hyura menoleh.
"Mama tidak bawa makanan,makan di kantin saja dengan Paman"-jawabnya sembari melirik kearah Taehyung.
"Ayo kita ke kantin dan makan"-ucap Taehyung menggendong Jihee.
"Apa makanannya enak?"-tanya Jihee. Taehyung semakin sedih mengingat kata itu. Kata yang selalu Jimin ucapkan ketika akan makan ke suatu tempat yang baru pertama kali dikunjungi,Taehyung selalu mengingat itu.
"Enak kok,Paman sudah beberapa kali mencoba"
Sekeluarnya mereka Hyura beralih menatap Jimin yang seakan enggan menatapnya.
"Oppa...
Dirinya menunduk. Matanya pegal,setiap hari bahkan bisa menangis,sampai air matanya habis.
Hyura menggengam tangan Jimin,tangan yang biasanya mengusap rambutnya,memeluknya sebelum tidur kini tergeletak tak berdaya.
"Oppa,dia ada disini. Kau menginginkannya bukan?"-tangan yang lain mengusap perutnya,mengadu pada sang suami kalau didalam sana ada nyawa lain.
"Dia ada sekarang,kau senang kan Jihee akan memiliki adik?aku sudah memberi taumu,kenapa kau tidak senang?kenapa hanya diam?"-katanya diakhiri isakan. Disisi lain dia tidak bisa menahan kehancuran ini,disisi lainnya lagi dia harus menjaga janinnya. Jika Jimin tau pasti dia dimarahi karna stres dan tidak senang.
"Kau jahat,kenapa kau memberi hadiah begini disaat ulang tahunku?kenapa tidak ada pesta kebahagiaan?kenapa tidak ada kecupan?kenapa tidak ada?oppa"-lirihnya."Aku merindukan pelukanmu,aku merindukan mu hiks. Sampai kapan?aku tidak tahan"
"Hyura"
Hyura tetap diam mendengar suara lembut dari Irene.
"Hiks..kenapa dia tega Eonni?ini hadiah ulang tahun untukku?tidak lucu sama sekali hiks"
"Hyura..tenang,kau harus pikirkan bayimu"
"Bagaimana aku bisa tenang eonni?"
"Hyura,jangan begini"-Irene memeluk Hyura,mengusap air matanya sendiri yang tiba-tiba mengalir. Tidak tega melihat adik iparnya hancur begini.
"Sampai kapan ia menutup mata?hiks..apa dia tidak tau aku dan Jihee menunggu?kenapa tega sekali"
Irene menggeleng."Tidak Hyura,jangan begitu"
Hyura tak bisa menangis lagi,air matanya habis."Aku harus bagaimana eonni?"
...
"Kenapa Papa lama sekali bangunnya?memangnya tidur lama-lama menyenangkan ya?"
"Tidak,Papa hanya belum boleh bangun"
"Belum boleh siapa?"
"Tuhan"