'He is really cute for a beta,' Changbin berkata dalam hati ketika ia memperhatikan Felix yang sedang sibuk dengan video game di ruang tengah apartemen Changbin.
Sejak awal ia sudah berpikir untuk memberi pemuda itu akses lebih luas selama berada di apartemennya. Katakanlah hal itu sebagai bentuk kepercayaan Changbin terhadap Felix yang sudah berstatus sebagai partnernya saat ini. Karena alasan itu jugalah Changbin mulai bersikap santai di depan Felix alih-alih kaku meskipun mereka baru saling mengenai beberapa hari lalu.
Mungkin bagi Felix sikapnya terlihat aneh. Namun beginilah ia. Jika memang Felix merasa keberatan Changbin tidak masalah dikritik.
Hanya saja sejauh ini Changbin lihat Felix tidak masalah dengan sikapnya. Maka itu sudah cukup bagi Changbin untuk tetap bersikap seperti apa yang ia yakini benar.
"Felix," panggil Changbin, yang hanya dibalas dengan gumaman oleh Felix, "lapar nggak?"
Felix menghentikan game-nya sebentar tatkala menatap ke arah Changbin, wajahnya terlihat agak memelas. Changbin mengulum senyum melihat alisnya yang berkerut lucu dan bibirnya yang sedikit mencebik.
"Sangat," ucap Felix.
"Mau makan kemana? Sekalian menemaniku belanja bulanan," tukasnya. Felix tersenyum senang, kepalanya mengangguk antusias.
"Sebenarnya aku mau makan steak. Tapi terserah hyung saja mau makan di mana. Yang penting makan," jawab Felix. Changbin berpikir sejenak sebelum menyetujui.
"Oke, kalau begitu aku siap-siap dulu, ya. Jangan lupa matikan video game-nya," Changbin berujar sembari melangkah menuju kamar. Felix memberinya gestur 'oke' sebelum kembali melanjutkan permainan sembari menunggu Changbin.
Tidak lama kemudian mereka sudah berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke basement. Changbin bersikeras menyetir meskipun mereka akan menggunakan mobil Felix untuk alasan keamanan. Pemuda itu bilang mungkin akan lebih baik Changbin tidak dikelilingi oleh barang-barangnya saat di luar agar ia bisa tetap tenang.
"Hm," Changbin mengendus udara saat ia duduk di jok pengemudi, membuat Felix menatapnya dengan agak waswas. Selama ini Changbin tidak begitu memperhatikan aroma seorang beta. Namun begitu ia menyadari bahwa ternyata aromanya sesegar ini, Changbin mengerti kenapa ia bisa lebih tenang saat berada di sisi seorang beta.
"Aromamu seperti petichor, ya?"
Felix terlihat kaget sejenak sebelum mengangguk. Pemuda itu mengalihkan perhatian dengan menyetel pemutar musik dan GPS, tetapi Changbin bisa melihat ekspresinya yang agak kikuk.
"Mungkin," gumamnya cepat. Changbin terkekeh, tetapi ia tidak mengatakan apapun lagi setelahnya. Ia fokus menyetir sambil sesekali memperhatikan Felix yang sibuk dengan ponselnya.
Sepanjang perjalanan Changbin merasa cukup tenangㅡlebih tenang dibandingkan saat ia sedang sendirianㅡberkat aroma Felix yang menenangkan. Entah kenapa ia juga bisa menghidu aroma kue coklat bersamaan dengan petichor, tetapi Changbin tak begitu memikirkannya. Mungkin berasal dari Felix, mungkin juga tidak.
"Eh? Beneran mau makan steak jadinya, hyung?" tanya Felix saat Changbin memarkirkan mobil pemuda itu di depan sebuah restoran steak. Changbin mengangguk, lalu membuka sabuk pengamannya.
"Katanya tadi mau steak, ya sudah kita makan steak saja," ujarnya. Dilihatnya pemuda itu tersenyum lebar sebelum bergegas turun dan menunggu Changbin keluar agar mereka bisa memasuki restoran bersama-sama.
Sebenarnya Changbin masih merasa cukup khawatir dengan kondisinya sehingga ia pun berusaha terus berada di sisi Felix. Beruntung pemuda itu tidak keberatan dan membiarkan Changbin berjalan terlalu dekat dengannya hingga mereka sampai di kursi yang dituju.
"Hm?" Felix terlihat bingung saat Changbin memilih untuk duduk di sampingnya alih-alih di kursi yang berseberangan dengannya. Changbin hanya terkekeh lalu membisikkan sesuatu.
"Aku masih agak khawatir. Jadi aku mau duduk di sebelahmu," Changbin menatap Felix lekat-lekat, ekspresinya setengah memohon, "boleh?"
Felix terlihat mengerjapkan mata sekilas sebelum mengangguk. Ia tidak bicara lagi setelahnya karena sibuk menatap buku menu dan Changbin pikir Felix mungkin benar-benar lapar.
Syukurlah selama mereka berada di sana tidak ada hal aneh yang terjadi. Beberapa kali memang sempat ada orang-orang yang melambatkan langkahnya saat melewati meja mereka. Namun Changbin perhatikan Felix selalu berusaha memelototi orang itu sampai berlalu sehingga ia pun bisa merasa lega. Padahal harusnya Changbin sebagai alpha yang melindungi Felix, tetapi yang terjadi malah sebaliknya.
"Aku punya pertanyaan lagi untukmu, hyung. Tapi terserah jika hyung mau jawab atau tidak," Felix tiba-tiba berkata. Changbin yang hendak menyuap daging mengangguk sekilas sebelum menjawab.
"Tanya saja, Felix. Nggak apa-apa."
"Oke," Felix menelan makanannya lalu menatap Changbin lamat-lamat, "kalau seandainya hyung di masa depan sudah siap untuk memiliki pasangan mating, hyung akan memilih perempuan atau laki-laki?"
Changbin mengerjap perlahan, sedikit terkejut mendengar pertanyaan Felix. Namun setelah berpikir beberapa saat, Changbin akhirnya menjawab, "Kurasa laki-laki."
Mendengar jawaban ini, kelopak mata Felix melebar kaget.
"Why?"
"Dunno. Tapi karena kemungkinanku untuk mating sangat kecil, jadi kurasa jawaban sebenarnya tidak ada yang kupilih."
"Meskipun kemungkinannya sangat kecil tapi kan ada kemungkinan, hyung," tukas Felix lagi.
Changbin merasa kebingungan hendak menjawab apa. Ia pun merasa tidak ingin membahas itu lagi karena semua sudah jelas. Namun ia juga tidak ingin membuat hubungannya dengan Felix kembali kikuk karena sebelumnya ia sudah mempersilakan pemuda itu untuk bertanya. Maka ia hanya bisa menghela napas dan mencoba mengemukakan isi hatinya.
"Aku nggak mau mating karena tidak ingin menjadi seperti alpha lain yang memiliki kelemahan. Apalagi kalau sampai punya anak, nantinya aku pasti akan punya banyak sisi lemah. Aku takut...tidak bisa melindungi orang yang berarti buatku. Aku takut menyesal," gumam Changbin. Selama beberapa detik mereka masih diam hingga Changbin pun melanjutkan ucapannya.
"Aku juga tidak mau kehilangan sisi manusiaku. Entah kenapa aku benci saat melihat alpha yang terlalu menuruti insting hewaninya sehingga mereka pun bisa berubah brutal dan melukai banyak orang," Changbin menggelengkan kepala, wajahnya muram.
"I don't want to be someone who is worse than them."
Pembicaraan ini terasa cukup berat dan melelahkan bagi Changbin sehingga ia tak mengatakan apapun lagi setelahnya. Begitu juga dengan Felix yang hanya mengangguk dan ikut diam sepanjang sisa waktu mereka berada di sana. Namun saat mereka kembali ke mobil, Felix tiba-tiba saja menyodorkan kelingkingnya ke arah Changbin sembari mengalihkan perhatian ke arah lain.
"Berjanjilah kalau hyung akan mengandalkanku dan selalu bilang kalau butuh bantuanku dalam setiap kesulitan," gumam pemuda itu.
Changbin terkekeh pelan melihat tingkahnya sebelum mengaitkan kelingkingnya dengan Felix, menyegel janji mereka. Hatinya terasa hangat, tetapi ia tidak tahu apakah karena menyentuh kulit Felix atau karena ucapan pemuda itu yang tidak terduga.
"Aku janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Moonlight ✓
ФанфикIn this fucked up world, Changbin doesn't want to be an alpha who live his life like a common alpha. He doesn't want to mate an omega, he just want a partner who can supress his animalistic side. That's why he chooses Felix, a beta, to be by his sid...