33

169 12 0
                                    

Happy reading^^

Author kasih tantangan nih mau gak?

Tembus +50 vote dan 100 komen besok bakalan double up!

***

"Apa yang terjadi sama Papa kamu?"

Nayla mendengar suara itu namun ia enggan untuk menjawab, jangankan menjawab menoleh untuk melihat wajahnya saja ia tidak ingin. Ia terlanjur kecewa kepada sang Mama. Tidak pulang satu malam dan tadi pagi ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sang Mama bersama pria lain, apakah ia pantas untuk mendiami Mamanya?

"Apa perduli Mama sama Papa?" tanya Nayla ketus.

"Papa itu suami Mama dan Mama itu istri Papa," ucap Farah dengan lembut.

"Istri? Istri yang jalan berdua sama pria lain? Iya?!"

"Apa maksud kamu Nayla?!" tanya Farah yang mulai tersulut emosi.

"Mama tanya sama diri Mama sendiri!" ucap Nayla dan berlalu pergi dari ruangan sang Papa.

"Nay lo kenapa?" tanya Bagas ketika hendak masuk tetapi menemukan Nayla yang keluar dengan mata memerah.

Nayla tidak menjawab dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Bagas yang memanggilnya berkali-kali.

***

"Dari mana aja kamu?" tanya wanita paruh baya dengan nada tinggi.

"Ketemu temen yang mau balik ke Jerman," ucap Reno dengan santai dan berlalu pergi menaiki tangga rumah.

"Reno apa kamu gak liat disini ada Anggi?" tanya Mira membuat Reno menghentikan langkahnya di anak tangga.

"Enggak."

"Reno! Mama sama Papa kan udah bilang kalo hari ini kamu harus menemani Anggi kerumah sakit," ucap Mira.

"Ngapain sih Mah?" tanya Reno dengan malas sambil memutar balik tubuhnya.

"Buat jengukin Oma nya Anggi dong. Sekarang cepat kamu temani Anggi! Kalau tidak semua aset kamu akan Mama sita!"

"Ck, nyusahin aja."

***

Gadis itu terkejut ketika melihat sebuah sapu tangan berwarna putih berada di hadapan wajahnya. Ia mendongak dan menemukan lelaki tampan dengan wajah datarnya.

"Hapus air mata lo. Gue gak suka liat cewek nangis," ucap Zaki.

Dengan ragu Nayla mengambilnya dan mengelap pipinya yang basah.

"Makasih Zak."

Saat ini Nayla sedang berada di taman rumah sakit, sekedar mencari angin dan menghilangkan rasa kecewanya terhadap sang Mama.

Zaki mengambil duduk di samping Nayla. Mereka saling diam, enggan untuk membuka suara. Nayla yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Zaki yang memang pendiam dan dingin.

"Gue duluan ya Zak. Mau jagain Papa," pamit Nayla dan melenggang pergi begitu saja.

"Kalian berdua sangat cocok."

NAYLA [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang