Hi, call me Kaktus!
Cerita ini murni dari pikiran saya sendiri.
Tolong jangan bawa-bawa cerita lain ke dalam cerita ini!
Happy reading-!!
—
Nayla menuruni tangga rumahnya. Hendak berbelok menuju dapur, namun suara Zara menghentikannya.
“Nay!”
“Kenapa Za?” tanya Nayla menghentikan langkahnya.
“Gue mau keluar dulu, ada urusan,” ucap Zara memasukan ponselnya ke dalam sling bag.
“Jangan pulang malem-malem ya, Za, nanti Papa sama Mama nyariin,” pesan Nayla.
“Lo tenang aja, bye Nay!” pamit Zara sedikit berlari keluar rumah.
Nayla melirik jam dinding di rumahnya, sudah pukul 20.14 tapi orang tuanya belum juga datang. Papanya bekerja di kantor dan Mamanya yang sedang menemani Papa di kantor. Jaga-jaga takut ada pelakor.
Baru selangkah menuju dapur, bel rumah kembali berbunyi membuat Nayla menghela nafas pelan. Acara minumnya tertunda lagi.
“Sebentar,” ucap Nayla setengah berteriak.
Nayla membuka pintunya, seorang lelaki berdiri dengan kantong plastik di tangannya.
“Siapa, ya?” tanya Nayla.
Reno memandang Nayla sebentar. Memandang wajah asing di hadapannya dengan raut bingung.
“Buat Tante Hana dan Om Bagas,” ucap Reno menyerahkan kantong plastik tersebut.
Nayla menerimanya. “Maaf, ini dari siapa?” tanya Nayla memandang Reno yang lebih tinggi darinya.
“Nyokap gue, Farah,” jelas Reno datar. Hendak berbalik namun suara Nayla memberhentikannya.
“Makasih ya, titip salam buat nyokap lo,” ucap Nayla tersenyum tipis.
Reno tak menghiraukan ucapan Nayla, langsung berjalan kembali menuju motornya yang terparkir rapi di halaman rumah keluarga Bagaskara.
“Tumben bukan Zara yang bukain pintu,” gumam Reno sambil memasang helm full face nya.
Reno melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang sedikit lenggang di daerah sini.
Reno memberhentikan motornya di supermarket. Sekedar membelikan pesanan Sinta, kakak perempuannya. Setelah selesai berbelanja, Reno memasang kembali helmnya. Tapi, pandangannya justru mengarah pada sebuah caffe. Di sana ada gadis mirip Zara yang sedang berbincang serius dengan seorang cowok.
“Gak mungkin Zara,” gumam Reno mengusir pikiran buruknya.
—
Pagi hari di SMA Merpati.
Nayla duduk di kursinya seorang diri. Mempelajari materi ips untuk ulangan jam pertama nanti. Kelas tampak ramai, di bagian pojok ada segerombolan laki-laki sedang mabar dan juga mengobrol. Dan ada juga segerombolan cewek-cewek yang sedang bergosip ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLA [SEDANG REVISI]
Fiksi Remaja(Proses revisi/rombak, jadi maaf apabila ada beberapa part tidak nyambung🙏) Revisinya pas lagi rajin doang:'( Jangan lupa follow^_^ Kenapa yang baik harus kalah dengan yang cantik? Kenapa yang tulus harus kalah dengan yang mulus? Apa sekejam itu du...