Bagian empat belas [sudah revisi]

309 26 2
                                    

Nayla menutup kembali gerbang rumahnya dan berjalan menuju pintu utama. Baru saja Nayla ingin membukanya, tapi pintu tersebut sudah lebih dahulu dibuka, membuat Nayla terkejut kecil.

"Bagus! Dari mana aja lo?" tanya Zara bersidekap dada menatap Nayla.

"Dari sekolah," ucap Nayla pelan, takut Zara marah padanya.

"Ada kegiatan apa lo di sekolah? Sampe-sampe jam segini baru pulang?!" sentak Zara.

Nayla hanya mampu menunduk dalam-dalam. "G-gue ketiduran, Za," cicit Nayla.

"Gara-gara lo, gue kena marah Papa sama Mama!" sentak Zara lagi. "Sana masuk!" titah Zara tegas, membiarkan Nayla lewat.

"Eh, tunggu!" tahan Zara membuat Nayla berbalik menghadapnya.

"Lo nggak boleh kemana-mana! Lo harus belajar. Kalo sampai nilai lo jelek saat pembagian raport nanti, gue nggak akan segan-segan nyuruh Papa pindahin lo ke Jerman!" tegas Zara panjang lebar.

Nayla baru ingat, satu bulan lagi mereka akan mengadakan ulangan kenaikan kelas. "Iya, Za," ucap Nayla patuh.

Nayla berjalan cepat menaiki tangga rumahnya. Rumahnya sedang sepi, mungkin kedua orang tua nya sedang pergi. Hanya ada Bi Rina yang sedang membersihkan meja makan.

Nayla mendudukan dirinya di kasur sambil melepas sepatunya. Membuka tasnya dan mengambil ponselnya di dalam sana. Hanya sekedar melihat chat, namun tidak ada apa-apa.

Nayla membersihkan dirinya selamat lima belas menit. Lalu mengganti seragamnya dengan pakaian santai.

Nayla duduk di meja belajarnya, mematuhi perkataan Zara tadi. Bagaimanapun, Nayla tidak ingin mengecewakan keluarganya karena nilainya yang rendah. Nayla membuka bukunya, ada sebuah sticky notes berwarna biru.

Tidur itu di rumah, jangan di sekolah!

Nayla membaca ya dalam hati. Siapa yang menulis dan menempelkannya di buku catatan Nayla?

Reno? Tidak mungkin! Terlalu membuang-buang waktu untuk lelaki itu menulis sesuatu yang tidak penting.

"Udah lah, mungkin orang iseng," ucap Nayla tak perduli, menutup bukunya kembali dan mencari buku lainnya.

Meja belajar yang berdekatan dengan jendela memudahkan Nayla untuk melihat cuaca di luar sana. Langit tampak cerah dengan awan yang banyak dan burung-buru yang berterbangan.

Nayla memfokuskan pandangannya pada buku paket Sejarah Indonesia. Membacanya dan mencatat hal-hal penting di buku besar-buku khusus untuk mencatat semua materi yang penting. Sudah dibilangkan, Nayla itu tidak pintar, namun dirinya mencoba untuk pintar.

Satu jam berlalu, Nayla masih fokus pada bukunya. Kepalanya terasa pusing karena terlalu banyak menghapal kalimat yang belum mampu diserap otaknya dengan baik.

Tingnong!

Nayla memberhentikan mulutnya yang komat-kamit menghapal materi, matanya langsung terbuka. Kebiasaan seorang Nayla, menutup mata jika sedang menghapal suatu materi dengan mulut yang tidak berhenti berkomat-kamit.

Samar-samar Nayla dapat mendengar suara Bel rumahnya berbunyi. Bukan sekali, tapi berkali-kali.

"Siapa sih yang dateng?" gumam Nayla pelan.

NAYLA [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang