Bagian dua puluh [sudah revisi]

280 26 0
                                    

Happy reading ya❤️❤️

***

Setelah dari kantin tadi, Nayla berjalan menuju taman sendirian. Dirinya tidak bertemu Zara, Linda, maupun Putri saat di kantin. Entah mereka kemana, Nayla tidak tahu.

Nayla duduk di kursi panjang berwarna putih yang berada di bawah pohon, tempatnya duduk dengan Reno beberapa hari yang lalu.

Nayla memejamkan matanya sambil menyandarkan tubuhnya pada penyangga bangku. Menikmati angin sepoi-sepoi yang berhasil meniup beberapa helaian rambutnya.

Nayla merasakan pergerakan seseorang di sampingnya, saat membuka mata dan menoleh, Nayla sedikit tersentak ketika mendapati Gio di sampingnya.

"Gue ganggu ya?" tanya Gio menoleh kearah Nayla.

Nayla berdehem pelan, "nggak. Cuman kaget aja," ucap Nayla mengarahkan pandangannya ke depan.

"Lo ngapain sendirian di sini?" tanya Gio.

Nayla mengerutkan keningnya, "seharusnya gue yang nanya sama lo. Lo ngapain di sini?" tanya Nayla membenarkan kacamatanya.

"Gue... Gue-nggak sengaja aja lewat terus liat lo," ucap Gio berusaha menutupi kegugupannya.

Nayla mengangguk-anggukan kepala nya, percaya. Terjadi keheningan beberapa saat sebelum Gio membuka suara.

"Nay," panggil Gio yang dibalas deheman oleh Nayla.

"Lo... punya pacar?" tanya Gio pelan.

Nayla menoleh lalu sedetik kemudian dirinya tertawa, "lo lagi ngeledek gue ya?" tanya Nayla masih dengan tawa pelannya.

Gio mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. "Gue serius," ucap Gio yang perlahan menghentikan tawa Nayla.

"Lo ngapain nanya kaya gitu?"

"Gue mau mastiin aja. Soalnya-" Gio menggantungkan kalimatnya membuat Nayla penasaran.

"Gue suka sama lo," ucap Gio spontan yang membuat Nayla sangat terkejut.

Gio menyukai nya?! PASTI TIDAK MUNGKIN!

"Hahaha, lo jangan becanda deh, Gi," ucap Nayla tertawa garing.

"Gue serius Nay," ucap Gio duduk menghadap kearah Nayla seutuhnya. "Gue udah suka sama lo dari awal kita ketemu, gue pikir itu cuman suka sesaat, tapi ternyata enggak." ungkap Gio menatap Nayla yang tak mau menatapnya.

"Jangan main-main Gi. Ini soal perasaan, nggak lucu buat becandaan," ucap Nayla menoleh kearah Gio.

Gio menghela nafasnya pelan sebelum berucap. "Gue beneran suka sama lo Nay, gue tulus suka sama lo," ucap Gio mengambil tangan Nayla lalu menggenggamnya. Nayla hendak melepaskannya namun ditahan oleh Gio.

"Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Gio dengan penuh harapan, wajahnya terlihat tulus dan tidak ada candaan sama sekali dirautnya.

Setelah terdiam beberapa menit, Nayla melepaskan tangan Gio secara perlaha. "Maaf Gio, gue nggak bisa," ucap Nayla pelan. "Gue nggak suka sama lo. Gue nggak mau nerima seseorang cuman karna kasihan, nanti yang ada malah jadi hubungan toxic," ucap Nayla diakhiri dengan senyum tipisnya.

"Lagian, ada kok orang yang suka dan sayang sama lo dengan tulus," ucap Nayla membuat Gio mengerutkan alisnya.

"Siapa?" tanya Gio penasaran.

Nayla menggelengkan kepalanya pelan, "gue nggak bisa ngasih tau. Maaf Gio, gue mau ke kelas," ucap Nayla sambil berdiri dari duduknya dan berjalan secepat mungkin.

Setelah Nayla cukup jauh, Gio tersenyum sinis. "Gila gue! Bisa-bisanya ngomong kaya tadi ke Nayla," gumam Gio memukul kepalanya sendiri sambil terkekeh pelan.

"Nayla-Nayla, gue juga nggak mungkin kali suka sama cewek jelek kaya lo," ucap Gio menggelengkan kepalanya sambil bersandar pada bangku.

"Oh jadi ini sosok Gio yang asli? Yang suka nilai perempuan dari luar aja?"

***

Sore ini Nayla habiskan waktunya di rumah seperti hari-hari biasanya. Saat ini, Nayla sedang duduk di ruang keluarga membaca novel dan ada beberapa camilan di dekatnya.

"Kok cowoknya gini sih?! Nggak peka banget!" gumam Nayla mencak-mencak sendiri ketika membaca sebuah dialog di dalam novel tersebut.

"Ini juga, kenapa ceweknya ke gatelan banget!" Nayla tak henti-hentinya bergumam dengan nada kesal.

Tap

Tap

Tap

"Ekhem." Deheman tersebut berhasil membuat Nayla mendongak dan memperbaiki duduknya. Kakinya yang sedang selonjoran diturunkannya ke bawah.

"Eh Zara," ucap Nayla tersenyum kikuk ketika mendapati wajah Zara sangat tidak bersahabat.

"Lo ada hubungan apa sama Reno?" tanya Zara bersidekap dada dan masih berdiri.

Nayla mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba meyakinkan bahwa dirinya tidak salah dengar. "Lo ngomong apa?" tanya Nayla seperti orang bodoh.

Zara berdecak pelan lalu duduk di single sofa. "Gue tau lo denger," ucap Zara sambil memakan camilan ditoples.

Nayla meneguk salivanya, suasana hati Zara sepertinya sedang tidak baik. "Ng-nggak ada, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Reno," ucap Nayla menundukkan kepalanya.

Zara melirik Nayla sekilas, "terus kenapa bisa ke kantin bareng?"

"Gue-"

"Nggak mungkin Reno ngajak lo makan duluan. Pasti lo kan yang ngajak dia?" tuduh Zara dengan mata tajamnya.

"Za gue-"

"Nay dengerin omongan gue ya. Reno itu punya gue, jadi jangan coba-coba buat deketin dia! Apalagi kalo lo sampe punya perasaan sama dia!" ucap Zara dengan tegas.

"Tapi sayang, gue udah punya perasaan duluan sama dia."

"Iya Za, gue ngerti kok," ucap Nayla tersenyum paksa.

"Besok lo harus pindah duduk, nggak boleh sebangku sama Reno lagi!" ucap Zara dengan tegas.

"Tapi Za-"

"Gue nggak suka dibantah Nay," ucap Zara lalu pergi begitu saja.

Nayla menyandarkan punggungnya ke penyangga sofa dengan kasar. "Kok jadi rumit gini sih?" gumam Nayla menutup wajahnya dengan novel yang ada di tangannya.

***

Dahlan gatau ngetik apaan😫

NAYLA [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang