Happy reading!
***
Nayla sampai di halaman rumah sakit, gadis itu turun dari taxi dan berlari menuju ruangan Papanya secepat mungkin.
Ceklek
Nayla membuka pintu dan pemandangan yang pertama kali dirinya lihat adalah tubuh Papa nya yang ditutupi kain.
"Kak ini gak mungkin kan?" tanya Nayla dengan bibir yang bergetar.
Bagas tidak menjawab namun ia segera memeluk Nayla. "Kak ini bohongkan?" tanya Nayla yang berusaha melepaskan pelukan Bagas.
"Ini bener," jawab Bagas jujur.
Nayla melepas paksa pelukan Bagas dan berjalan menuju brankar Papa-nya yang sudah tidak bernafas lagi. Nayla menatap sendu Papa-nya sendu, air mata gadis itu terus menerus mengalir, membuktikan bahwa dirinya sangat rapuh. Nayla benci ini, benci ketika dirinya tidak bisa menahan air mata untuk keluar.
"Papa lagi tidur kan? Papa gak mungkin tinggalin Nayla kan?" tanya Nayla dengan bibir yang bergetar.
"Baru beberapa bulan Papa tinggal sama Nayla tapi kenapa Papa harus pergi? Pergi untuk selamanya dan gak akan pernah kembali lagi?"
"Papa liat deh, ada bintang jatuh!" ucap seorang anak kecil yang berumur empat tahun.
Papa dari sang anak itu pun menoleh dan benar saja, dari atas langit sana ada satu bintang yang jatuh dan entah akan jatuh kemana.
"Kata Eyang kalo ada bintang jatuh kita halus bikin pelmohonan! Papa mau pelmohonan apa?" tanya gadis itu dengan suara imutnya.
"Papa pingin bisa sama kamu terus sampai kamu dewasa,sukses dan akhirnya menikah," ucap sang Papa dengan senyumnya.
"Kalo Nay pingin bisa telus sama Mama Papa dan Kak Bagas sampai selamanya."
Nayla mengingat itu, moment dirinya bersama Wijaya ketika berada di Bogor. Di taman belakang rumah dan waktu malam hari, Nayla sangat ingat dengan jelas moment itu.
"Papa bilang Papa mau sama aku terus sampai aku sukses, tapi apa Pah? Aku belum sukses tapi Papa udah ninggalin aku."
"Please Nay jangan gini," mohon Bagas yang tidak tega melihat keadaan Nayla yang berantakan.
"Kalau Papa pergi, Nayla dan Kak Bagas sama siapa? Mama udah pergi Pah, Mama udah ninggalin kita."
"Lo jagain Nayla dulu. Gue mau ngurus administrasi," ucap Bagas kepada Gilang yang sedari tadi berada disana.
Sebenarnya bukan hanya untuk mengurus administrasi, tetapi Bagas tidak kuat jika harus melihat Nayla sehancur itu. Nayla sudah berada di titik rapuhnya.
"Nay gue turut berduka atas perginya bokap lo," ucap Gilang dan Nayla hanya diam saja, tidak ingin membuka suara sedikit pun.
***
Satu per satu orang yang berada di pemakaman ini pergi. Kini hanyalah tinggal Nayla, Putri, Linda, Reno, Riski, Azka, Bagas, Zaki,Gilang serta Farah.
Nayla berada di samping gundukan tanah milik Papa-nya dan sebelah tangannya memegangi nisan yang bertuliskan 'Wijaya Bagaskara'.
"Selamat jalan Mas semoga kamu tenang disana," ucap Farah yang memandang sendu makam mantan suaminya.
"Saya permisi," pamit Farah dan pergi meninggalkan pemakaman.
Dirinya tidak bisa berada disana terlalu lama, bisa dipastikan bahwa dirinya akan pingsan jika menangis terus menerus.
"Tenangin Nayla," ucap Linda dengan berbisik kepada Reno.
Dirinya dan Reno bersebelahan lebih tepatnya berdiri di belakang Nayla yang sedang berjongkok, jadi sangat mudah bagi Linda untuk berbicara itu. Reno diam tak bergeming ditempatnya membuat Linda menggeram kesal, dengan sengaja dirinya mendorong tubuh Reno sehingga sedikit maju kedepan. Reno yang pasrah pun akhirnya berjongkok di sebelah Nayla.
"Semoga Papa tenang disana. Maaf Bagas belum bisa bahagiain Papa yang ada Bagas selalu bikin Papa marah," ucap Bagas dengan senyum mirisnya.
Zaki, Gilang, Riski, Azka, Putri dan Linda hanya diam saja. Mereka juga sedih karena sosok tangguh yang mereka kenal kini sudah tiada lagi.
"Nay gue pulang dulu," pamit Gilang dan pergi. Bukannya tidak ingin berada disini, hanya saja dia tidak ingin melihat Reno dan Nayla yang pada akhirnya harus melukai hatinya sendiri. Dirinya sudah mencintai Nayla semenjak pertemuan di depan gerbang itu.
Satu persatu teman Nayla pergi, setelah mengucapkan turut berduka cita atas perginya Wijaya, Bagas pun juga pergi karena masih banyak harus harus diurus oleh dirinya. Kini tinggalah Reno dan Nayla, hanya suara tangis Nayla yang memecahkan keheningan. Dengan ragu Reno mengusap pundak Nayla memberikan ketenangan walaupun hanya sedikit.
"Papa udah pergi Ren, sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi," ucap Nayla dengan air mata yang terus mengalir.
"Kita pulang ya. Muka kamu pucet, kamu harus istirahat biar gak drop lagi," ucap Reno dengan lembut. Mati-matian dirinya menghilangkan rasa kecewa nya agar hal yang tidak diinginkan terjadi saat ini juga.
"Aku mau disini nemenin Papa," keukeuh Nayla.
"Nay tapi kamu-Nayla!" ucap Reno dengan sedikit tinggi ketika Nayla limbung kearah nya.
Dengan cepat dirinya mengangkat Nayla dan membawanya masuk kedalam mobil. Dengan kecepatan diatas rata-rata dirinya membawa Nayla menuju rumahnya sampai tidak sadar bahwa Mama nya membenci Nayla. Setelah sampai Reno langsung membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa dan membawa Nayla menuju kamarnya, tidak memperdulikan pertanyaan yang terlontar dari mulut Mama dan Kakaknya.
"Mah bisa bikinin Nayla makanan?" tanya Reno setelah sampai di hadapan Mamanya yang berada di sofa dengan tatapan memohon.
"Ngapain kamu bawa kesini?" tanya Mira dengan nada tak suka.
"Nayla drop lagi karena Papa nya meninggal."
"Meninggal?" beo Mira dan Sinta secara bersamaan dan menatap kearah Reno dengan pandangan terkejut.
"Om Wijaya meninggal karena kehabisan banyak darah," ucap Reno memberitahu fakta yang disampaikan oleh Bagas kepadanya.
Mira sedih mendengar itu tapi dirinya juga senang karena orang yang membuat Reni pergi akhirnya pergi juga. Nyawa harus dibalas nyawa!.
"Biar Mama buatin dulu," ucap Mira. Dia memang membenci Nayla karena tahu bahwa Nayla anak dari Wijaya, tapi melihat kondisinya sekarang membuatnya tak tega.
"Gue mau jagain Nayla dulu," ucap Reno kepada Sinta yang sibuk pada ponselnya.
***
jangan lupa tinggalkan jejak.
Iya tau ceritanya gak nyambung + ribet:v makanya aku mau cepet ending dan ngerevisi biar jadi nyambung dan bagus:)
Semoga suka sama part ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLA [SEDANG REVISI]
Teen Fiction(Proses revisi/rombak, jadi maaf apabila ada beberapa part tidak nyambung🙏) Revisinya pas lagi rajin doang:'( Jangan lupa follow^_^ Kenapa yang baik harus kalah dengan yang cantik? Kenapa yang tulus harus kalah dengan yang mulus? Apa sekejam itu du...