9

17 2 0
                                    

MATA Anjani terbuka mendadak. Tangannya bergetar, napasnya tersengal, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Namun, setelah beberapa saat, kesadarannya kembali penuh. Ia menetralkan napasnya.

Anjani berada di kolong kasurnya. Meringkuk kedinginan. Cahaya matahari telah terlihat dari arah ruang tengah, yang menandakan hari sudah pagi.

Dengan cepat, Anjani keluar dari sana. Menyadari bahwa ini hari Senin, di mana murid yang terlambat masuk ke sekolahnya akan dihukum lebih berat dari hari biasanya. Benar-benar sebuah masalah yang sangat Anjani hindari.

Begitu Anjani keluar dari sana, ia mengerjap karena tak percaya apa yang dilihatnya.

Rumahnya berantakan bak kapal pecah yang diterjang tornado. Lemari terbuka dengan pakaian di dalamnya menjuntai keluar, laci-laci terbuka tak beraturan, ditambah meja dan kursi bergeser dari tempat awalnya.

Anjani berjalan ke ruanh tengah, dan rupanya hal tersebut terjadi pula dengan ruangan itu, kamar depan, hingga dapur.

Anjani kembali mengingat kejadian kemarin malam. Matanya langsung berputar ke arah cermin yang masih setia tergantung di tembok dengan indahnya. Jantungnya serasa ditekan.

Kejadian kemarin malam bukan halusinasiku, batin Anjani. Ketakutan kembali menjalar, seolah mengikatnya dengan sulur tak terlihat. Kejadian kemarin pastinya tak akan ia lupakan.

Anjani merasa beruntung karena hantu itu tak menemukannya di kolong kasur. Kelihatannya, gadis cermin itu benar-benar bermain seperti seorang anak kecil.

Dani belum pulang juga. Sementara itu, Anjani bingung harus melakukan apa. Ia dilema antara harus melakukan kewajibannya untuk ke sekolah atau ketakutan di sini.

Cahaya matahari yang mulai naik perlahan menerangi seisi ruangan tengah. Anjani tersadar, mungkin siang hari dengan cahayanya dapat membantunya terhindar ketakutan itu.

Anjani menghembuskan napas. Pastinya hantu itu tak akan keluar di saat siang hari, batinnya.

Tentunya, Anjani tak dapat dengan begitu saja mengusir rasa takutnya. Perasaan gelisah itu masih terus menghantuinya. Bayangkan saja, sesosok hantu baru saja membuat malamnya menakutkan! Dan Anjani tak dapat bersikap seolah semuanya baik-baik saja sekarang.

Tetapi, mau tak mau Anjani harus pergi ke sekolahnya sekarang juga, alasan bolos karena ketakutan akan hantu pastinya tak akan diterima oleh pihak sekolah.

Dengan cepat, Anjani membersihkan diri. Ia memakai seragam barunya sambil membereskan kamarnya yang berantakan. Berlanjut ke ruang tengah dan dapur meski ia tak membereskannya semaksimal mungkin karena dikejar waktu.

Kakinya masih sakit, hal itu tentu menyiksa Anjani. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk terus beraktifitas.

Setelah memakai seragam, ia langsung menyambar tas yang isinya telah dipersiapkannya dari kemarin.

Anjani hanya memiliki sekitar 15 menit agar ia bisa sampai ke sekolah tepat waktu. Maka dari itu, ia harus cepat. Ia berlari keluar dari kamar, melewati ruang tengah dan sampai di pintu depan untuk mengikat tali sepatu.

Ia telah selesai mengikat tali sepatunya. Namun di saat ia hendak bangkit dan pergi, ada hawa yang sangat aneh muncul di belakangnya. Dibarengi dengan suara derap kaki yang terdengar sangat pelan.

Anjani menoleh ke belakang.

Gadis cermin itu kembali muncul!

Anjani tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mulutnya yang berusaha berteriak lagi-lagi tak dapat diajak bekerja sama lantaran ketakutan yang amat menguasainya. Ia bangkit dengan cepat, dan terpogoh-pogoh berlari keluar dengan terburu-buru.

Napasnya tersengal di saat ia berlari dengan kakinya yang masih kesakitan.

Mengapa gadis cermin itu bisa keluar selain di malam hari?! tanyanya dalam hati.

Anjani sangka, gadis hantu itu tak akan keluar selain di malam hari. Namun, nyatanya pagi hari pun tak dapat menghentikan gadis itu.

Anjani menoleh ke belakang. Ia dilihat oleh hampir semua orang yang ia lewati, mungkin beberapa dari mereka kelihatannya tertabrak saat Anjani berlari. Selain itu, Anjani mendapatkan hadiah, yaitu tatapan tajam dari gadis itu yang membuat nyalinya menciut.

Ya, gadis itu mengikuti Anjani sampai keluar. Kaki-kaki kecilnya terus mengejarnya bagai anak kecil yang bermain kucing-kucingan. Tentunya, hal itu sangat menyeramkan bagi siapapun yang melihatnya.

Anjani tadinya akan meminta tolong kepada orang-orang yang sedang berkeliaran pagi ini, sayangnya, ada satu hal yang menghalanginya.

Rupanya, orang-orang di sekitar gadis itu kelihatannya tak dapat melihat sesosok anak kecil berdarah-darah yang ada tepat di hadapan mereka. Hal itu menjadi masalah bagi Anjani, karena ia tak dapat meminta tolong kepada orang-orang di sana, atau ia akan dianggap tak waras.

Anjani menambah laju larinya, mengabaikan rasa sakit di kakinya atau orang lain yang tak sengaja ia tabrak di jalanan. Ia pikir, dengan berlari lebih cepat dan bersembunyi di belokan atau tempat-tempat lain dapat membuat gadis itu kehilangan jejaknya.

Setelah ia rasa ia cukup jauh meninggalkan gadis cermin itu, Anjani bersandar ke dinding terdekat dan menetralkan napasnya. Ia tak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihatnya dengan aneh.

Kemudian, Anjani menoleh ke jalan yang yang baru saja dilaluinya, mengecek keberadaan gadis cermin tersebut. Namun, betapa terkejutnya ia saat mendapati gadis cermin itu sudah berada sangat dekat dengannya. Anjani pikir, gadis cermin itu tak dapat mengejarnya dengan cepat seperti kejadian kemarin malam ....

Namun ia salah.

Anjani mengangkat tangannya dengan cepat, seolah memberi isyarat 'STOP' kepada gadis cermin itu. Tanpa disangka-sangka, gadis itu menutup matanya dan mulai menggerakkan bibirnya, berhitung.

Anjani kembali berlari. Ketakutan dan kegelisahannya semakin membesar karena sekarang tenaganya mulai menipis, sementara gadis cermin tersebut bisa menemukannya lebih cepat.

Anjani memang tahu bahwa dengan mengangkat tangan dapat membuat gadis itu terdiam untuk menghitung. Tetapi, memangnya sampai kapan Anjani akan terus melakukan itu?

•••
Presented by Room Genre THM,
yang diketuai oleh Daratale

Judul: HIDE AND SEARCH!

Penulis: SilverJayz_
Mentor: Penaskye

FINAL PROJECT GEN 1

HIDE AND SEARCH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang