26

7 1 0
                                    

MENELUSURI hutan dengan kedua kakinya, Rani terlihat gembira menikmati suasana hutan dalam kesunyian.

Tangannya mengenggam boneka beruang pemberian kakaknya. Rani tahu, boneka beruang itu bukanlah sebuah boneka biasa. Ada lensa kamera yang menggantikan mata dari boneka itu. Rani tahu, kakaknya melakukannya untuk melindungi Rani yang merupakan seorang anak tuna wicara.

Di hadapkannya boneka itu agar menatapnya. Rani menatap lekat-lekat lensa kamera itu. Rani tak tahu pasti apa cara kerjanya, tetapi ia sangat yakin boneka itu dapat melindunginya. Hati Rani selalu merasa lega begitu melihat lensa kamera itu.

Lalu, alasan Rani pergi ke dalam hutan seorang diri adalah karena sebuah alasan yang menyedihkan. Ah, Rani sendiri sebetulnya tak ingin mengingat hal itu lama-lama.

Rani adalah korban penindasan.

Ya, itulah alasannya. Keterbatasannya dalam berkomunikasi membuat ia sering dijadikan bahan ledekan dari orang-orang, seperti para remaja yang sering berkeliaran di dekat rumahnya.

Para remaja yang selalu meledeknya tersebut membuat Rani mempunyai mimpi buruk tentang mereka. Suatu malam, di saat tertidur ia bermimpi para penindas itu berubah menjadi sesosok mahkluk besar dengan lengan yang panjang, bergerak lamban, tetapi mahkluk itu seolah mau membunuhnya. Dan karena hal itu, Rani selalu ketakutan.

Alasan mengapa hutan menjadi tempat yang aman dari para penindas itu adalah karena sebuah rumor yang telah lama beredar. Bahwa hutan ini angker. Rani tak terlalu mengerti soal itu, jadi ia tak memikirkan rumornya dan tetap pergi kemari selagi para penindas itu tak dapat menemukannya.

Semakin jauh ia melangkah, semakin banyak hal baru yang belum pernah ia lihat dari hutan ini sebelumnya—seperti lebih banyak pohon yang lebat hingga menutupi sinar matahari.

Lalu, kemudian Rani menangkap pemandangan yang berbeda dengan matanya.

Sebuah lahan kosong, tanpa pohon, serta ada sebuah sumur di sana. Ah, dan juga ada seorang remaja perempuan yang sedang menangis!

Rani menatap wajah perempuan tersebut, kelihatannya perempuan berkacamata itu merupakan orang yang baik.

Tetapi, Rani tak sadar bahwa detik itu nyawanya akan hilang selamanya.

•••

Ratu sangat membenci kacamata yang ia kenakan. Ia pikir, mengenakan kacamata akan membuatnya terlihat semakin jelek. Tetapi apa boleh buat, ia terpaksa mengenakannya agar bisa melihat.

Ratu pikir, inilah alasan Dika menolak surat cintanya.

Namun yang lebih parah, Dika menolaknya mentah-mentah dan meledeknya. Hal itu membuat Ratu tak hanya patah hati, tetapi juga menumbuhkan kebencian di dalam hatinya.

"Apa-apaan ini? Pfft. Hanya orang bodoh yang mau melakukan hal konyol semacam ini. Kau terlalu kekanak-kanakkan, Ratu."

"Oh, dan soal isi dari surat cinta itu? Ah, seharusnya aku sudah tahu sejal awal karena itu adalah surat cinta yang menjijikkan."

"Bisa dibilang, aku menolakmu, Ratu. Tapi … teman-teman! Coba lihatlah surat konyol ini!"

Sendirian, Ratu berlari memasuki hutan Arkais. Tempat di mana ia bisa menangisi nasib cintanya.

Ratu tak memedulikan soal rumor bahwa hutan ini berhantu. Lagipula, ia terlalu cerdas untuk mengetahui bahwa sebenarnya hutan Arkais tak berhantu.

Ratu tahu, tujuan disebarkannya rumor hutan Arkais berhantu adalah untuk melindungi keasrian hutan tersebut. Semakin banyak orang percaya akan rumor bohongan itu, maka hutan Arkais akan tetap terlindungi karena ketakutan manusia akan hutan itu.

HIDE AND SEARCH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang