LANTUNAN Clair de Lune menggema, memenuhi ruangan. Siapapun yang mendengarnya pasti merasakan sebuah ketenangan yang indah. Termasuk seorang gadis yang sedang tertidur di atas ranjangnya.
Hingga tiba-tiba, seseorang memasuki ruangan itu secara perlahan. Hal itu membuat tidur sang gadis terganggu sehingga memaksanya untuk membuka mata.
Siluet seseorang berlatar cahaya dari luar menyambut matanya. Orang itu kemudian mengendap-endap ke arah nakas di dekat gadis itu. Dengan terpaksa, gadis itu angkat suara.
"Lagunya jangan dimatikan," ujar gadis tersebut kepada orang yang baru memasuki ruangan. Orang itu—seorang ibu—tertawa.
"Kupikir kau akan terganggu dengan suara ini jika diputar lebih lama," kekeh sang ibu sambil membiarkan radio kecilnya tetap memutar lagu klasik dari Debussy itu.
Gadis berwajah manis itu menggeleng pelan. "Biarkan saja radionya menyala, aku tak terganggu, kok!"
Ibu tertawa lagi. "Kau benar-benar seperti anak kecil saja yang harus dinyanyikan sebelum tidur. Tetapi tak apa. Ibu akan membiarkannya."
Ibu menyelimuti gadis itu dan dengan penuh kasih sayang menyatukan keningnya ke kening gadis itu. "Maaf telah menganggu tidurmu. Ingat, tidurmu harus cukup karena besok kita akan pergi, iya, 'kan?"
"Iya, bu," sahut gadis itu dengan patuh, dalam hati, ia sendiri tak sabar karena gadis itu dan ibunya akan pergi ke suatu tempat esok hari.
"Baiklah." Ibunya tersenyum manis. Sebelum beranjak pergi, ia membisiki putrinya dengan lembut.
"Selamat malam, Anjani."
Malam itu, ditemani lantunan Clair de Lune, Anjani kecil tidur dengan damai tanpa mengetahui bahwa akan ada hal buruk yang menimpanya, juga membuat hidupnya berubah total.
•••
Jalanan di pagi buta memang sangat sepi. Entah mengapa, Anjani menyukainya.
Kesunyian yang indah, batin Anjani.
Ia lebih memilih kalau setiap hari jalanan sepi seperti ini dibanding di saat siang hari, kendaraan memenuhi jalanan, suara-suara memekakkan telinga jadi pengganti Clair de Lune-nya, serta jangan lupakan banyaknya polusi udara yang semakin merusak buminya!
Hmm, kalau setiap hari jalanan seperti ini … berarti setiap hari akan menjadi pagi buta juga? Aarh! Aku bingung! Anjani sibuk dengan pikirannya sendiri. Tangannya yang menggamit tangan ibunya digoyangkannya sedikit dengan kenakak-kanakkan.
Lebih baik aku tak perlu memikirkan hal itu, karena ibu bilang kita akan pergi ke desa! Anjani kemudian menengadahkan kepalanya ke arah sang ibu.
"Bu, apakah desa itu sepi sama seperti jalanan di saat pagi buta?" tanya Anjani penasaran.
Ibunya terkekeh kecil, menertawakan pertanyaan acak putrinya. Ia kemudian mengangguk. "Iya, Anjani pasti suka tempat itu."
Mata Anjani seketika berbinar kagum. Kakinya menghentak lebih cepat karena ia tak lagi sabar untuk sampai ke tempat yang akan mereka tuju.
"Kalau begitu, ayo cepat kita pergi!" Anjani berteriak dengan penuh sukacita.
"Iya, Anjani. Selangkah yang kita buat membawa kita ke tempat yang dituju, kok," sahut ibunya dengan nada lembut.
"Aku tak mengerti." Anjani menggeleng mendengar perkataan ibunya, sedetik kemudian ia kembali bersemangat. "Tapi aku tetap tak sabar!"
Saling berpegangan tangan, keduanya berjalan beriringan menuju ke terminal. Tujuan utama Ibu Anjani pergi pagi buta adalah untuk menghindari kemacetan. Ia tahu betul kalau Anjani sangat membenci hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEARCH!
HorrorCermin baru itu membawa petaka bagi hidup Anjani yang tenang. Siapa sangka cermin indah itu menyimpan arwah hantu anak kecil yang mengajaknya bermain petak umpet seumur hidup. Anjani terpaksa bermain petak umpet sepanjang hari. Hidup Anjani semakin...