ANJANI sedang menunggu kedatangan Ratu yang biasanya selalu pulang saat petang. Anjani lebih memilih untuk menanyakan alasan Ratu membunuh Rani di masa lampau alih-alih langsung melaporkannya. Anjani sendiri masih tak dapat menerima kenyataan bahwa Ratu yang membunuh Rani di masa lalu. Tetapi tak dapat disangka pula bahwa remaja yang membunuh Rani adalah Ratu.
Sementara itu, setelah Aulia dan Angkasa diajak pulang oleh ibu mereka, keduanya tak pernah terlihat lagi hingga sore ini—padahal setiap sore pastinya mereka berdua ada di luar rumah.
Anjani pikir inilah yang ibu Aulia maksud dengan 'hadiah' yang dikatakannya saat di hutan Arkais. Pastinya hadiah itu adalah sebuah hukuman, mungkin.
Anjani tentu ingin membantu Aulia dan Angkasa agar tak dihukum ibu mereka, tetapi setelah semua perkataan yang diutarakan Anjani untuk meyakinkan ibu Aulia kelihatannya berakhir sia-sia. Anjani menjadi sangat merasa bersalah.
Namun, yang terpenting sekarang adalah jangan membuat pengorbanan Aulia dan Angkasa sia-sia. Anjani harus menyelesaikan masalahnya sekarang meski tanpa bantuan kedua temannya itu.
Setelah mandi, Anjani berusaha mengutak-atik boneka usang yang ia pungut dari dalam sumur. Ya, boneka beruang itu memang memiliki sebuah lensa kamera yang menggantikan matanya.
Tetapi … bagaimana cara agar hal-hal yang ditangkap kamera ini dapat dilihat? pikir Anjani. Meski begitu, aku sangat yakin bahwa boneka ini menyimpan bukti pembunuhan Rani, saat aku di tubuhnya aku merasakan bahwa Rani berpikir begitu.
Namun, apakah hantu cermin bisa menghilang setelah aku melakukan semua ini? Ah, kalau dipikir-pikir hantu cermin belum muncul lagi … ditambah pastinya aku akan melakukan ini bahkan jika sebelumnya aku tak pernah dihantui.
Anjani mulai memantapkan hatinya. Ia tahu sebentar lagi Ratu akan pulang. Dan benar saja, Anjani mendapati sesosok perempuan yang memasuki rumah di seberangnya.
Anjani masih tak tahu pasti apa yang akan terjadi setelah ia bertanya pada Ratu, apakah Ratu akan mengelak? Mengakui? Atau berpura-pura tak tahu. Akan banyak sekali kemungkinan dan sudah pasti ada kemungkinan terburuk—jadi Anjani harus mempersiapkan dirinya.
Anjani mengambil boneka beruang itu yang sebelumnya telah dibersihkan dan ia tak merusak lensa kamera di matanya atau benda padat di dalam boneka itu—kemudian memasukkannya ke saku.
Anjani menghembuskan napasnya, memantapkan hatinya sekali lagi kemudian melangkahkan kaki, memangkas jarak ke rumah Ratu.
Maafkan aku, Kak Ratu. Tetapi aku harus melakukannya … batin Anjani.
•••
Anjani tiba di depan pintu rumah Ratu. Ditatapnya sepatu yang selalu dikenakan Ratu di depan teras rumah. Kemudian, ia mengetuk pintunya hingga terdengar sahutan dari dalam.
Anjani ingat, Ratu pernah menemaninya di saat ia takut. Bahkan selalu membantunya di saat Anjani kesulitan. Karena itu Anjani tak pernah percaya bahwa Ratu pernah membunuh seseorang sebelumnya. Tetapi, pasti Ratu punya alasan dan Anjani akan segera menanyakannya.
"Ya, Anjani? Masuk dulu saja, aku sedang memasak, mungkin kau mau mencobanya," ajak Ratu hangat, seperti biasa.
Anjani menelan ludah. Ia mengangguk singkat sebelum memasuki rumah Ratu dan duduk di kursi sekitar meja makan. Ia mengepalkan tangannya ragu sebelum akhirnya bertanya.
"Kak Ratu, boleh aku bertanya?" tanya Anjani saat ia berada di pintu dapur, memerhatikan Ratu yang sedang memasak.
"Tentu saja, ada apa?" tanya Ratu tanpa merasa keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEARCH!
HorrorCermin baru itu membawa petaka bagi hidup Anjani yang tenang. Siapa sangka cermin indah itu menyimpan arwah hantu anak kecil yang mengajaknya bermain petak umpet seumur hidup. Anjani terpaksa bermain petak umpet sepanjang hari. Hidup Anjani semakin...