11

11 3 0
                                    

KEGIATAN belajar disudahi jam satu siang waktu setempat. Aulia yang biasanya terlihat lebih bersemangat di saat jam pulang sekolah kini justri terlihat lebih pendiam. Kecemasan pun sangat terlihat di wajahnya. Pastinya, pribadinya yang penakut tak dapat melupakan wajah seram dari gadis cermin itu. Ditambah, Anjani dan Tiara yang kemarin tak memercayainya pasti membuat hatinya sakit.

Namun, Anjani tak dapat mengatakan kepada Aulia bahwa ia memercayainya soal gadis seram yang muncul di cermin itu. Yang ada, mungkin Aulia jadi lebih ketakutan.

"Hei!"

Seseorang menepuk pundak Aulia di saat gadis itu tengah merapikan tasnya. Aulia kelihatan sangat terkejut, padahal itu hanyalah sebuah tepukan biasa.
Anjani, yang sebangku dengan Aulia, melihat orang itu. Orang itu adalah gadis yang meledeknya di saat hari pertama sekolah. Anjani mengetahui bahwa namanya adalah Mela.

Aulia menoleh. "A-apa?"

Mela mengangkat sebelah alisnya heran. "Aku lihat kau jadi lebih pendiam hari ini? Apa itu karena gadis di sebelahmu?"

Anjani tetap merapikan tasnya. Ia tak mau mendengar perkataan Mela yang pasti akhirnya mencemoohnya atau bahkan meledek Aulia.

Anjani sendiri tak tahu apa tujuan Mela melakukannya. Namun, Aulia pernah bercerita bahwa saat di Sekolah Dasar, Mela pernah hampir tidak naik kelas, orang tuanya pun berusaha agar Mela tetap bisa naik kelas. Meski akhirnya Mela selamat, tetapi rumor bahwa ada satu murid yang tak naik kelas sempat menyebar.

Dengan rasa penasaran yang besar, Aulia mencari murid yang dimaksud. Lalu, Mela pun ketahuan bahwa ialah murid yang selalu diperbincangkan soal tak naik kelas pada saat itu.

Mungkin, cerita itu ada sangkut pautnya mengapa Mela bisa sangat membenci Aulia dan siapapun orang yang berteman dengannya sampai saat ini. Alasannya mungkin terdengar kekanak-kanakan, tetapi sangat memalukan.

"Jangan membawa-bawa Anjani. Katakan, apa maumu?" tanya Aulia.

Nada bicara Aulia yang selalu terdengar berani, tetapi kini di hadapan Mela malah terdengar ciut. Hal itu membuat seulas senyum kemenangan terbit di wajah Mela karena ia menyangka dirinya telah membuat orang yang dibencinya terlihat ketakutan di hadapannya.

"Bu Yanti bilang bahwa ekskul hari ini dibatalkan. Jika bukan bu Yanti yang menyuruhku pastinya aku tak akan memberitahumu."

Anjani tertegun sedikit. Ia pikir ia bisa menemui Tiara hari ini karena Aulia mengikuti ekskul tari setiap hari Senin. Sayang sekali, ekskul itu dibatalkan. Pastinya Aulia dan Tiara akan selalu bersama sehingga Anjani tak memiliki waktu untuk berbicara dengan Tiara. Mengusir Aulia dengan halus pun rasanya tak mungkin Anjani lakukan.

"Ah, ya. Terima kasih."

Lagi-lagi, Mela mengangkat alisnya heran. Matanya melirik ke arah Anjani sesaat sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua. Pastinya, Mela pikir Aulia telah ketularan sifat pendiamnya dari Anjani. Dan lihatlah sekarang, Mela tengah membisiki temannya, bersamaan dengan mereka melirik Anjani diam-diam.

Ketahuan sekali bahwa Mela dan temannya itu tengah membicarakan Anjani. Masa bodoh. Anjani telah kebal oleh semua hal yang menyangkut reputasi buruknya.

Anjani balas melirik Mela. Gadis itu yang secara tak langsung memotivasi Anjani untuk membeli cermin. Apakah Anjani harus membicarakan masalah cermin ini kepadanya? Anjani rasa itu ide buruk.

Anjani mulai kebingungan. Apa yang akan ia lakukan setelah ini? Tentunya, ia tak akan lagi pulang ke rumah bila cermin itu masih ada di rumahnya. Mungkin, setelah ini ia harus mencari cara agar bisa berbicara dengan Tiara.

HIDE AND SEARCH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang