23

11 2 0
                                    

PIKIRAN Anjani berputar saat melihat kegelapan yang ada di dalam sumur. Tubuhnya melemas. Indra penciumannya tak mendapati ada bau busuk di dalam sumur itu, begitu pula dengan indra pendengarannya yang tak mendengar panggilan kedua temannya. Hingga, tiba-tiba tubuhnya tumbang tanpa diinginkan.

••• 

Putih menjadi pemandangan di hadapan Anjani sekarang. Keheningan memenuhi telinganya. Hingga, tiba-tiba keheningan itu pecah saat didengarnya suara seseorang. Dan, pemandangan putih itu menghilang saat samar Anjani lihat sebuah boneka disodorkan ke arahnya.

"Rani, mulai hari ini, boneka ini akan menjadi sahabatmu dan akan terus menemanimu."

Sebuah senyum hangat, sehangat cahaya matahari pagi, tersungging di wajah seorang lelaki yang menyodorkan sebuah boneka beruang pada Anjani. Boneka beruang yang memiliki senyuman hangat yang sama dengan lelaki itu.

Anjani tak dapat melihat keseluruhan wajah lelaki itu, hingga tiba-tiba lelaki beserta bonekanya menghilang. Berganti dengan pemandangan lain. Anjani berada di sebuah hutan, bersama dengan boneka beruang di genggamannya.

Anjani merasa berbeda. Ia rasa pepohonan di hutan itu amat tinggi dan besar. Selain itu, Anjani sadar bahwa ia tak dapat bersuara sekuat apapun usahanya untuk berbicara.

Anjani menatap boneka di genggamannya. Jika digenggam lebih kuat, Anjani dapat merasakan bahwa ada sebuah benda padat di dalam tubuh boneka itu.

Kemungkinan besar, boneka ini yang ada di sumur saat aku bermimpi, tapi … mengapa?

Di hadapkannya boneka itu ke wajahnya. Di mata boneka beruang yang bewarna hitam pekat itu, Anjani dapat melihat pantulan dirinya sendiri.

Pikiran Anjani langsung teralihkan karena yang ada di pantulan tersebut bukanlah Anjani, melainkan sosok lain yang Anjani kenali.

Pantulan tersebut memperlihatkan gadis kecil yang sama dengan yang hampir terjatuh di sumur. Wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, semuanya. Keduanya benar-benar mirip.

Jangan-jangan … aku berada di dalam tubuh anak itu? batin Anjani dengan tak percaya.

Anjani kemudian memerhatikan serta meraba pakaian dan tubuhnya. Benar, Anjani berada di dalam tubuh seorang gadis kecil, tepatnya gadis yang ada di 'penglihatan'-nya saat di dekat sumur tadi sebelum Anjani terjatuh.

Ia mengenakan gaun terusan bewarna putih. Meski Anjani tahu bahwa ia tak pernah memakai gaun semacam itu, Anjani rasa ia cukup familier dengan gaun yang ia kenakan. Bedanya, gaun yang ia kenakan sekarang nampak lebih putih dan bersih.

Anjani menemukan sebuah rajutan di gaunnya, di dada sebelah kiri. Rajutan kupu-kupu yang bewarna selaras dengan gaunnya. Rajutan kupu-kupu putih.

Rajutan kupu-kupu putih …

Kalimat itu terngiang-ngiang di pikirannya. Anjani memerhatikan kembali gaunnya yang ia rasa lebih putih dan bersih, sekarang ia tahu mengapa ia berpikir demikian, karena tak ada darah yang membanjiri gaun putihnya seperti yang biasa hantu cermin kenakan.

Rajutan kupu-kupu putih yang tenggelam dalam darah.

Anjani mengingat siapa pemilik gaun yang ia kenakan. Anjani sadar bahwa wajah gadis kecil yang ia tempati tubuhnya sekarang mirip dengan gadis lain—bedanya dengan mata tajam, luka di dahinya dan darah yang menghiasi wajahnya.

Aku … aku berada di dalam tubuh hantu cermin semasa hidup!

••• 

Melangkahkan kaki tanpa tujuan, Anjani menyusuri hutan tanpa ada keinginan untuk kabur. Tak ada rasa ketakutan sama sekali di dalam hatinya. Anjani yakin, menyusuri hutan adalah keinginan gadis kecil yang tubuhnya Anjani tempati. Atau lebih tepatnya keinginan hantu cermin saat ia masih berupa seorang gadis kecil yang normal.

HIDE AND SEARCH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang