"ANJANI, maaf telah mengecewakanmu. Aku bukanlah orang baik hati yang akan membiarkan seseorang pergi setelah mengetahui rahasiaku."
Mata Anjani membulat mendengarnya. Tunggu, tunggu … apa?!
"Maafkan aku, Anjani."
Mengarahkan pisaunya tepat di jantung Anjani, Ratu bersiap menusukkan pisau tersebut. Namun, dengan cepat Anjani mendorong Ratu dengan segenap tenaganya hingga Ratu terhuyung ke belakang.
Jalan menuju ke arah pintu depan terhalang oleh keberadaan Ratu. Maka dari itu, Anjani memilih pergi ke arah sebaliknya, ia pun berlari ke arah dapur.
Anjani melakukannya bukan dengan tujuan agar ia semakin tersudut, tetapi karena ada pintu keluar lain yang berada di dapur. Anjani akan kabur lewat pintu itu dan berlari meminta tolong.
Anjani sendiri sudah mengetahui hal itu sejak ia mengunjungi rumah Ratu dan bahkan menginap di sini beberapa hari lalu.
Tertatih karena ada rasa sakit di kakinya, Anjani pun berusaha menuju ke arah pintu dapur. Setelah diraihnya gagang pintu dapur, betapa terkejutnya ia saat tahu bahwa pintu itu terkunci.
K-kenapa terkunci? batin Anjani panik, diperhatikannya pintu itu sekali lagi. Tidak, bukan terkunci. Pintu ini rusak! Pantas saja Ratu tak membuka pintu ini di saat ia memasak tadi!
Anjani berbalik, matanya menyapu seluruh ruangan dapur. Api masih menyala dari kompor, meja dan kursi berpindah tempat dan ada kuah panas tersiram di lantai. Anjani harus mencari benda agar bisa membuka pintu ini, dan mungkin benda itu juga bisa membantunya melindungi diri karena Ratu akan segera kembali!
Anjani kemudian berlari ke arah lemari, ia pikir pastinya ada barang yang dapat ia gunakan di dalam sana. Dibukanya lemari, kemudian Anjani menggali isinya dengan cepat. Terlihat di dalamnya ada banyak bahan makanan, seperti minyak, telur dan lain-lain. Beberapa peralatan memasak yang terbuat dari besi tak terlihat banyak di dalamnya. Oh, ayolah! Apapun yang bisa digunakan untuk mengungkit!
Tarikan yang kuat dari arah belakangnya lagi-lagi berhasil membuat Anjani terjatuh. Tangannya yang sedang memegang sebungkus minyak goreng langsung terjatuh dan menyebabkan bungkusan tersebut pecah dan mengeluarkan isinya, membasahi lantai tak jauh dari sisi Anjani.
Ratu mengarahkan pisaunya tanpa ragu ke arah Anjani. "Sudah kubilang, aku bukan orang baik, aku tak akan membiarkanmu lagi!"
Anjani tersudut di dekat kompor. Anjani pikir ia tak dapat mendorong Ratu ke genangan minyak itu. Dan ya, Anjani tak ingin membahayakannya! Jadi, Anjani lebih memilih menghindar.
Anjani berpikir cepat. Ia melirik ke arah belakang. Ada sebuah kain lap di dekat kompor masih menyala—ditambah ada pula genangan minyak. Mereka bisa membahayakan Anjani dan Ratu kapan saja. Anjani kemudian memerhatikan wajah Ratu.
Ratu tak akan bisa menyerangku kalau ia tak melihatku!
Anjani mengambil kacamata Ratu dengan cepat, melemparnya ke sembarang arah. Ratu langsung kebingungan, tentu saja.
"Anjani!" Ratu melayangkan pisaunya ke sembarang arah, matanya berkedip beberapa kali berusaha menyesuaikan pandangannya. Anjani menghindar pisau itu sembari terus berjalan ke arah pintu dapur karena di sisi kirinya sudah dipenuhi oleh genangan minyak.
Tiba-tiba, lap di dekat Anjani terkena oleh api kompor karena sabetan pisau Ratu yang bergerak sembarangan arah. Mata Anjani membulat tatkala setelah lap itu terbakar, lapnya terjatuh tepat menuju ke arah genangan minyak.
"Kak Ratu!"
Api besar muncul, seperti iblis merah yang sangat tinggi. Hawa panas membakarnya mengecoh Ratu, sementara Anjani berusaha berlari menyelamatkan diri dari kedua bahaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEARCH!
HorrorCermin baru itu membawa petaka bagi hidup Anjani yang tenang. Siapa sangka cermin indah itu menyimpan arwah hantu anak kecil yang mengajaknya bermain petak umpet seumur hidup. Anjani terpaksa bermain petak umpet sepanjang hari. Hidup Anjani semakin...