07 : Apakah Masih Bisa Diharapkan?

1.1K 279 83
                                    

^^ Klik Vote dan tinggalkan Komentar ^^

• Yang peduli saja belum tentu benar-benar peduli. Lalu apa kabar dengan yang tidak pernah peduli apakah masih bisa aku harapkan? •

***

HAPPY READING

Suasana pagi hari di sekolah sangat ramai, terlebih lagi kelas Viona. Ini semua disebabkan oleh pertengkaran kecil yang terjadi antara Andrean dan Viona.

"Yang peduli aja belum tentu benar-benar peduli. Lalu apa kabar dengan lo yang gak pernah peduli. Apa masih bisa gue harapkan?" tanya Viona dengan menekankan setiap kata.

Andrean tersenyum miring, "Lo bukan suka tapi terobsesi."

"Itu sudut pandang lo! Lo juga harus lihat dari sudut pandang orang lain," ujar Viona.

"Gak guna," balas Andrean cuek.

Viona tersenyum kecil, "Setidaknya gue udah berjuang."

"Silahkan berjuang agar lo bisa buktiin kalau perasaan lo itu bukan sebuah obsesi!"

"Oke."

Tidak lama kemudian, datanglah guru yang mengisi pelajaran pada hari ini. Tatapan Viona fokus ke pelajaran tapi pikirannya tidak tentu arah.

Waktu begitu cepat berlalu tidak terasa bell istirahat telah terdengar di setiap penjuru sekolah. Viona menggunakan waktu istirahat untuk membeli minuman dan roti, kemudian dia langsung pergi ke tempat pendaftaran lomba.

"Permisi mau daftar," ujar Viona.

"Daftar perlombaan apa?"

"Photo."

Setelah selesai berdiskusi sedikit tentang perlombaan yang akan diikutinya, Viona kembali ke kelasnya dengan membawa minuman dan roti yang dibelinya sebelum mendaftar lomba.

Suasana di kelas tidak terlalu ramai, hanya ada Andrean bersama teman-temannya. Ada yang duduk di kursi dan ada juga yang duduk di atas meja.

Viona bersikap biasa saja, dia duduk di kursinya dan langsung memakan roti yang dibelinya. Sebenarnya rasa canggung terdapat di perasaan Viona, tapi apa boleh buat tidak mungkin dia memerintahkan teman-teman Andrean keluar dari kelas.

"Viona tuh," bisik salah satu teman Andrean. Walaupun berbisik Viona masih bisa mendengar ucapan tersebut. Viona risih tapi dia berusaha bersikap tenang.

"Viona. Rafa suka sama lo!" teriak Andrean.

Viona kaget mendengar suara itu, suara yang sangat dikenalnya. Viona tidak menyangka kalau Andrean berkata seperti itu.

Viona melangkahkan kakinya keluar dari kelas, dia tidak tahan berada di dalam kelas tersebut. Andrean menatap kepergian Viona dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Viona duduk di bangku taman sekolahnya, pandangannya mengarah ke sepatu yang dipakainya.

"Andrean berani banget bilang gitu. Apa itu kode buat gue supaya gak perjuangin dia lagi?" gumam Viona.

Viona tidak menyadari kalau ucapannya di dengar oleh orang lain, orang itu pun mendekati Viona dan duduk di kursi yang berada di sebelah Viona.

"Kalau Andrean gak mau. Sama gue aja," ujar Haidar dengan wajah polosnya.

Viona menghembuskan nafasnya kasar, dia jengah dengan sikap Haidar.

"Canda," ujar Haidar diikuti tawa kecil.

TENTANG VIONA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang