08 : Seperti Kenyataan Namun Bukan Kenyataan

1K 259 86
                                    

^^ Klik Vote dan tinggalkan Komentar ^^

• Terkadang mimpi terasa seperti kenyataan, begitupun sebaliknya terkadang kenyataan seperti mimpi •

***

HAPPY READING

Viona terbangun dari tidurnya keringat membasahi wajahnya tak lupa pula raut wajah seperti orang bingung menempati wajahnya.

"Astaga gue mimpi." Viona menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

Mimpi yang dialaminya terasa begitu nyata, rasanya ingin sekali untuk tidaj bangun agar bisa melanjutkan mimpi yang sangat indah itu.

"Kenapa di mimpi Andrean peka ya gak sama kaya kenyataan," gumam Viona dengan tatapan melamun.

"Viona!" Terdengar suara ketukkan pintu kamar Viona, lamunan Viona pun hancur.

"Udah bangun Ma," balas Viona.

"Mama tunggu di bawah."

"Oke."

Viona membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Dia melangkahkan kakinya menuruni tangga dan menuju ke meja makan.

"Papa mana Ma?" tanya Viona karena tidak melihat keberadaan Papanya.

"Ke luar kota." Viona menganggukkan kepalanya tanda paham.

"Kamu mau pakai lauk apa?" tanya Mama.

"Terserah Mama." Urusan makan Viona tidak pernah memilih, dia akan memakan apapun yang sudah dimasak oleh Mamanya.

Viona melahap perlahan makanan yang sudah disiapkan oleh Mamanya, setelah menghabiskan makanannya dan membantu Mamanya membereskan semuanya. Viona memutuskan untuk kembali pergi ke kamarnya.

Tangannya meraih tumpukkan novel miliknya yang tertata rapi di dalam lemari khusus tersebut, lentik kan jarinya menelusuri setiap buku tak lupa pula pandangan matanya yang terlihat sedang membaca judul novel yang disentuhnya.

Jari-jarinya terhenti di satu Novel dengan sampul berwarna biru, tangannya menarik novel itu keluar dari lemari khusus tersebut. Senyuman indah terukir di wajah Viona dengan tatapan yang tertuju pada Novel yang diambilnya.

Langkah kakinya membawanya duduk di dekat jendela kamarnya, dia duduk di kursi yang menghadap ke arah luar. Udara malam menusuk ke kulit Viona, itu adalah suatu kenyamanan tersendiri bagi Viona.

Lembaran-lembaran Novel telah dibuka oleh tangan Viona, raut wajah Viona tidak tertebak semuanya berdasarkan Novel tersebut. Terkadang tersenyum, terkadang sendu, terkadang juga terlihat seperti raut wajah yang murka.

"Gak ada yang salah kan kalau gue memimpikan alur cerita seperti novel ini menjadi kenyataan yang gue alami?" gumam Viona bertanya-tanya dengan tatapan yang tertuju pada langit malam yang sangat indah.

Viona menyelipkan pembatas Novel pada bagian terakhir yang di bacanya, dia menutup lembarannya dan mengembalikannya ke tempat semula.

Dia melangkahkan kakinya menuju kasur kesayangannya, "Mimpi indah Viona."

Setelah mengucapkan tiga kata yang sangat bermakna itu, Viona langsung memejamkan matanya.

TENTANG VIONA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang