14 : Mulai Khawatir

825 147 7
                                    

^^ Klik Vote dan tinggalkan Komentar ^^

• Terkadang harapan yang kita buat sendirilah yang menjadi penyebab  kesedihan yang kita dirasakan •

***

HAPPY READING


Hari ini Viona dibuat tersenyum bahagia terus gara-gara sikap Haidar yang sangat manis. Senyuman di bibirnya tiba-tiba pudar, dia sepertinya sedang mengingat sesuatu.

"Gue harus buka hati lagi untuk Haidar?" tanya Viona pada dirinya sendiri.

Dia sangat merasa bingung, biasanya dia akan menceritakan masalahnya ke Shella. Akan tetapi, sekarang Shella sudah jauh. Bagi Viona bercerita dengan secara langsung itu sangatlah lebih baik dari pada bercerita lewat bertukar pesan melalui handphone.

Pada akhirnya Viona hanya bisa memendam perasaannya. Pandangannya menatap seluruh isi kamar, seprai yang terlepas dari tempatnya, dan bantal yang berserakan di lantai.

Viona terkekeh geli, sebesar ini pengaruh sikap Haidar kepada dirinya. Lalu dia bangkit dari posisinya dan mulai membereskan semuanya.

Setelah selesai, dia menghempaskan badannya di atas kasur yang baru saja dirapikan nya.

"Andai aja Rean bersikap seperti Haidar. Gue pasti jadi cewek yang sangat beruntung," ucap Viona sambil menatap langit-langit kamarnya.

Berandai-andai itu sangatlah menyenangkan apa lagi jika yang kita andaikan itu akan terwujudkan. Tapi, kita juga harus siap untuk menerima kenyataan karena tidak semua harapan kita akan terwujudkan.

Viona dia sangat menyukai Andrean, sampai-sampai dia melupakan Haidar yang selalu berusaha untuk memperbaiki masa lalu yang sangat pahit itu. Dia hanya fokus dengan satu arah tanpa diketahuinya ada arah lain yang menantinya.

***

"Lo kenapa?" tanya seseorang.

Haidar menghancurkan lamunannya, "Gak ada apa-apa."

"Lo itu sahabat gue. Jadi gue paham sama lo!" ucap Laki-laki itu.

Ketika Viona sedang membeli parfum ada laki-laki yang menghadangnya dan menanyakan namanya. Laki-laki itu adalah sahabat Haidar, sahabat yang selalu ada untuk Haidar.

"Umur gue masih lama gak ya?" tanya Haidar sambil menatap poto Viona yang terpampang jelas di layar handphone yang di genggamnya.

Mendengar ucapan Haidar, Rian langsung menarik handphone Haidar dan menyimpannya.

"Lo gak boleh ngomong gitu! Lo juga harus lupain Viona! Lo udah berjuang tapi apa semuanya sia-sia," kata Rian yang tak habis pikir dengan Haidar.

"Bukan sia-sia tapi waktunya saja yang belum tepat," balas Haidar tersenyum.

"Susah ya ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta!" kesal Rian.

"Kaya lo gak pernah aja," ucap Haidar yang diakhiri kekehan kecil. Haidar melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Rian yang masih diselimuti rasa kesal.

"Viona lo harus nerima Haidar," gumam Rian. Dia langsung mengambil jaket hitamnya dan memakainya, dia melangkahkan kakinya menuju ke tempat motornya diparkirkan.

Di lain tempat Viona merasa bosan, seperti biasa dia akan pergi ke tempat yang tentu arah tanpa kendaraan. Setelah mengganti pakaiannya, tak lupa pula tas selempang kecil yang berwarna biru muda warna kesukaan Viona.

Setelah berpamitan, Viona langsung melangkahkan kakinya keluar. Lagi-lagi ada seorang laki-laki yang menghadangnya tanpa membuka helmnya. Viona menatap sinis orang tersebut, walaupun dia sendiri tidak melihat wajah orang yang menghadangnya.

TENTANG VIONA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang