29 : Rasa Kecewa

604 85 6
                                    

^^ Klik Vote dan tinggalkan Komentar ^^

• Jangan pernah membuat seseorang merasa kecewa karena hal ini dapat merubah penilaian dan sikap dia terhadap dirimu •

***

HAPPY READING

Setelah mengganti pakaiannya Andrean mengendarai motornya lagi menuju ke rumah sakit. Sesampainya di sana dia bertemu dengan mamanya yang sedang duduk di samping tempat Adelia terbaring.

"Kak Rean," panggil Adelia, sangat jelas terdengar kalau nada suaranya sangatlah lemah.

"Apa?"

"Papa mana?" tanya Adelia.

"Papa lagi kerja. Kamu harus mengerti ya," ucap Andrean menenangkan adiknya.

"Sekarang sama mama dulu," ucap mama. Adelia merespon ucapan mamanya dengan senyuman.

"Kak Rean!"

"Ada apa lagi?" tanya Andrean.

"Kak Viona," ucap Adelia. Andrean terdiam entah mengapa perasaannya terasa sesak ketika mengingat bagaimana cara dia menyakiti perasaan Viona.

"Kenapa sama dia?" tanya Andrean.

"Aku mau bertemu," jawab Adelia.

"Itu tidak mungkin," ucap Andrean.

"Kak tolong ya," ujar Adelia dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Hm."

Sedangkan mama mereka hanya diam sambil mendengar ucapan yang dia dengar dari mulut kedua anaknya. Andrean pergi dari sana, tujuannya sekarang adalah danau.

Ketenangan, hanya itu yang dia inginkan sekarang hal ini berakhir dengan Andrean yang duduk di atas rerumputan dan menghadap ke arah danau yang menyejukkan.

"Gak ada salahnya mencoba," gumam Andrean. Dia bangkit dari duduknya, dan mengendarai motornya menjauh dari sana.

Dengan keberanian yang penuh, Andrean melajukan motornya ke arah rumah Viona. Hanya bermodal niat yang kuat dia pergi ke tempat ini.

"Permisi," ucap Andrean dan mengetuk sebanyak tiga kali pintu rumah Viona.

Tidak ada sahutan dari dalam, sepertinya rumah Viona sedang tidak ada orang. Andrean membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju tempat motornya dia parkir kan. Hanya tinggal dua langkah lagi mendekati motornya, tiba-tiba suara orang membuka pintu terdengar.

Andrean langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang, dia melihat Viona yang berdiri diam di depan pintu rumahnya. Viona berniat untuk menutup kembali pintu rumahnya tersebut, Andrean menyadari pergerakan Viona yang akan menutup pintu rumahnya.

"Tunggu!" ujar Andrean sedikit berteriak.

Viona memutar bola matanya malas, dia sudah mengira kalau Andrean akan menghentikan dirinya. Ketika melihat Viona diam ditempat, Andrean berlari-lari kecil mendekati Viona.

"Viona," ucap Andrean.

"Gue mau ngomong boleh gak?" tanya Andrean.

"Kalau gak boleh lo gak bakal bisa nanya!" ketus Viona. Jujur Viona sangat kesal jika melihat wajah Andrean, walaupun begitu perasaan Viona terhadap Andrean masih tetap sama.

Andrean mematung, ucapan yang diucapkan oleh Viona benar, dia sekarang sedang merasa kesal dengan sikap yang baru saja dia tunjukkan. Mengapa bisa dia mengucapkan pertanyaan konyol tersebut.

TENTANG VIONA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang