30 : Kejadian Tidak Terduga

579 89 1
                                    

^^ Klik Vote dan tinggalkan Komentar ^^

• Ketika rasa sedih bercampur khawatir menyerang hanya rasa kesabaranlah yang dapat menenangkan  •

***

HAPPY READING

"Kakak kenapa?" tanya Adelia.

Andrean tidak merespon, dia lebih memilih untuk duduk di atas sofa yang sudah disediakan. Perlahan kedua kelopak matanya pun tertutup, dia sangat terlihat lelah.

"Kak aku gak tega lihat kakak seperti ini," ujar Adelia. Dia pun berusaha bangun dan berjalan menuju ke arah kakaknya.

Dia berjalan secara perlahan tapi memaksakan alhasil dia terjatuh, suaranya terdengar cukup kuat sehingga membuat Andrean terbangun.

Andrean kaget melihat keadaan Adelia yang sudah tergeletak di lantai, dengan hidung yang terdapat sedikit darah. Dengan gerakan cepat Andrean menggendong adiknya dan membawanya kembali ke atas kasur, setelah memastikan Adelia aman Andrean pun langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Adelia.

"Bagaimana keadaannya?"

"Keadaannya melemah."

Rasanya sangat menyakitkan mendengar ucapan tersebut, Andrean sangat membenci situasi seperti ini. Untuk meluapkan rasa sakitnya dia memukul dinding menggunakan genggaman tangannya, hal ini mengakibatkan tangannya berdarah.

Ternyata hal ini tak luput dari penglihatan Rian dan Haidar, mereka berdua panik melihat kondisi Andrean.

'Ini yang gue takutkan dia bakal nyakitin dirinya sendiri,' batin Rian.

Tanpa pikir panjang mereka berdua langsung berlari menuju ke arah Andrean.

"Berhenti!" teriak Rian. Haidar berusaha untuk memegang tangan Andrean agar tidak lepas kendali lagi.

Setelah merasa lebih baik, mereka bertiga saling diam lidah mereka terasa keluh untuk mengeluarkan suara.

"Makasih ya," ujar Andrean tiba-tiba.

"Bagi gue di dalam pertemanan tidak ada kata terima kasih," ujar Rian.

"Akan tetapi itu perlu sebagai penghargaan bagi kalian yang selalu ada," jawab Andrean.

"Ya udah sama-sama. Gitu aja ribet," kesal Haidar. Gelak tertawa pun terdengar dari mereka bertiga. Tiba-tiba pandangan Rian fokus di Adelia yang sedang terbaring.

"Kondisi Adel gimana?" tanya Rian.

Seketika suasana mendadak menjadi sendu, Andrean menghembuskan nafasnya pelan. Lidahnya terasa berat untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Rian mengenai kondisi adiknya tersebut. Akan tetapi sekarang tidak ada pilihan lain kecuali jujur.

"Kata dokter kondisi dia melemah," jawab Andrean dengan tatapan kosong ke arah lantai yang berwarna putih tersebut.

Andrean memandang jauh ke depan, memperhatikan Adelia yang dalam kondisi sangat lemah tersebut. Tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya memasuki ruangan tempat Adelia dirawat.

Andrean menatap laki-laki tersebut yang memakai pakaian sangat formal.

"Papa," gumam Andrean.

"Adelia kenapa?" tanya papa mereka ketika melihat Adelia yang masih memejamkan matanya.

"Seperti yang papa lihat," ujar Andrean.

Pandangan Andrean pun merubah, sekarang dia menatap Haidar. Raut wajah Haidar terlihat sedikit pucat.

TENTANG VIONA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang