4

4.4K 574 114
                                    

Renjun berjalan sambil sesekali menatap ponselnya. Sore ini ia akan bertemu dengan Jeno dan kekasih Jeno. Jeno mengirimkan sebuah alamat yang posisinya tak jauh dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk berjalan saja.

Renjun berhenti ketika peta digital di ponselnya mengatakan ia telah sampai. Renjun menatap bangunan bercat putih dan baby blue di hadapannya. Baby Blue's Workshop tertulis pada papan kecil yang tergantung di salah satu dindingnya. Renjun mengernyitkan dahinya, sepertinya otaknya merasakan ada sesuatu yang janggal dengan keberadaan furniture workshop di dekat gedung kantornya ini.

Dengan menghiraukan otaknya yang terus mengisyaratkan sinyal bahwa ada sesuatu yang janggal, Renjun melangkahkan kakinya masuk ke dalam workshop. Tempat itu sangat sepi. Hanya di penuhi beberapa produk furniture dengan berbagai design bahkan beberapa belum jadi. Renjun mengamati sekitarnya dan cukup menyukai beberapa design furniture disana.

"Bagaimana kau tahu workshop milikku ada disini?" Sebuah suara yang sepertinya Renjun kenal tiba tiba terdengar.
Renjun menoleh dan melihat seseorang dengan rambut pirang dan senyum cerah berjalan ke arahnya.

"Oh Shit" Renjun mengumpat.

'Aku sedang di workshop. Masih satu kawasan dengan kantormu. Mau bertemu?'

'Aku sedang di workshop'

'Masih satu kawasan dengan kantormu'

Suara seseorang yang menelphonenya semalam terus terngiang.
Jadi ini keganjilan yang dikenali otaknya?
Mengapa kali ini Renjun begitu bodoh?

"Siapa Na?" Sebuah suara lain ikut terdengar, diikuti sosok yang memang Renjun hendak temui sore ini. Sosok yang baru saja Renjun sadari memiliki wajah yang sama dengan seseorang yang mengomel sambil menunjuk gelas Ice Americano Jaemin tempo hari di depan cafe.

"Oh SHIT JUNG JENO! KAU! KENAPA TIDAK BILANG KALAU DIA JAEMIN?!!" Renjun berteriak kesal.

"Renjun-ssi... kau kenal dengan Jaemin?"

"Renjun-ah apa maksudmu? Kau mengenal Jeno?"

"SIALAN KALIAN" Renjun terdengar sangat kesal. Ia mundur beberapa langkah ke belakang. Menyandarkan dirinya pada sebuah meja. Kakinya lemas. Kepalanya pening.

"Kau sial sekali injun... Kenapa harus Jaemin... Kenapa kau sesial ini" Renjun menggumam sendiri. Menggigiti jarinya

Jeno dan Jaemin hanya terdiam. Otak mereka masih berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Shit! Kau yang di jodohkan dengan Jeno?!" Jaemin menutup mulutnya dengan kedua tangannya setelah menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

"Kalian saling mengenal?" Jeno satu satunya orang yang masih belum mencerna situasi yang terjadi semakin bingung.

***

"Minum dulu. Kau suka teh kan?" Jaemin meletakkan secangkir papermint tea hangat dihadapan Renjun.
Renjun mengambil cangkir dihadapannya dan menghirup aroma mint dalam dalam. Menyesap tehnya perlahan. Berangsur angsur rasa pening di kepalanya mulai hilang.

"Jelaskan padaku bagaimana kau mengenal Jaemin?" Jeno menatap Renjun tajam. Renjun tak menghiraukan pertanyaan Jeno, ia sibuk menenangkan pikirannya.

"Hhh... " Jaemin menghela nafas melihat kelakuan Renjun.
"Kami kenal sudah lama. Sebelum ia pergi ke Jepang" Jaemin memberikan informasi seadanya. Tidak mau menjelaskan detail mengapa dan bagaimana mereka saling mengenal tanpa persetujuan Renjun.

"How? Bagaimana kalian saling mengenal?" Jeno bertanya pada Jaemin. Jaemin tidak berani menjawab. Matanya tertuju pada Renjun. Tanpa sadar ia memperhatikan setiap jengkal wajah pria yang pernah membuatnya jatuh cinta pada pertemuan pertama mereka.

[END] UNEXPECTED [NORENMIN|NOMINREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang