24

4.4K 409 25
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya 😊

***

Renjun membuka matanya menatap langit langit kamar Jeno. Ia tahu itu kamar Jeno karena ia dapat mencium aroma mint citrus dari parfum Jeno diruangan ini. Kamar Renjun tidak bau Jeno.
"Aaaaah" Renjun meringis saat merasakan sakit di daerah selatannya. Badannya juga terasa pegal pegal. Ia kembali memejamkan matanya, tentu saja ia ingat kejadian semalam. Renjun menghela nafas. Ia tidak menyesal, hanya saja... bingung. Wajah Jeno dan Jaemin bergantian muncul dalam pikiran Rejun.

Renjun membuka matanya melirik jam dinding. Jarum pendeknya menunjuk ke angka 7 sementara jarum panjangnya berasa sedikit melenceng dari angka 2.
"Ah, entahlah" Renjun menggumam dan kembali memejamkan matanya. Ia teringat bahwa ia harus ke kantor. Renjun menarik selimutnya merasa kedinginan, ia masih telanjang. Sepertinya Jeno atau Jaemin yang menyelimutinya semalam.
Ah Jeno dan Jaemin.

Renjun meraba tempat tidur disampingnya dan menyentuh kulit yang terasa sedikit lengket. Renjun meraba lagi, merasakan permukaan kulit halus yang lumayan berotot dan cukup keras dengan pusar ditengahnya.

"Ah, Jaemin" bisik Renjun. Ia tahu bahwa itu perut Jaemin. Perut Jeno lebih berotot lagi dengan abs yang tercetak jelas. Jaemin memang berotot juga, namun tidak sekekar Jeno dan kulitnya lebih halus.

Renjun perlahan menghadapkan tubuhnya kesamping dan membuka matanya, melihat Jaemin juga sedang tidur terlentang dengan Jeno yang tidur disampingnya sambil memeluk lengan Jaemin. Renjun mencolek colek pipi Jaemin.

"Eeuunnggg" Jaemin mengeliat merasa terganggu lalu miring menghadap Renjun membuat pelukan Jeno pada lengannya terlepas.
"Sudah pagi" bisik Renjun masik mencolek colek pipi Jaemin.
Jaemin membuka matanya perlahan dan langsung tersenyum saat melihat Renjun dihadapannya.
"Jam berapa?" Tanya Jaemin dengan suara yang serak.
"07.15, aku dan Jeno harus ke kantor" Renjun.

Jaemin membalikkan badannya menghadap Jeno.
'Plak' Jaemin menepuk pipi Jeno agak keras.
"Bangun No, kau harus ke kantor" bisik Jaemin.
"Eungggghhh" Jeno mengeliat dan memeluk Jaemin
"Ya!! Bangun!" Teriak Jaemin saat Jeno meremas pantatnya. Ia dan Jeno juga sama, masih telanjang bersama.

"Bangun No... Kita harus ke kantor" Renjun.
Jeno membuka matanya lebar dan mengangkat tubuhnya, melihat Renjun yang terbungkus selimut dibelakang Jaemin.
"Aaaaaaaaah semalam bukan mimpi ya?" Jeno tersenyum lebar.
"Bukan. Makannya ayo bangun kita harus ke kantor" Renjun.
Jeno mengangguk cepat lalu turun dari ranjangnya dan berjalan menuju arah sisi ranjang dimana Renjun terbaring.
"Ayo mandi bersama" Ajak Jeno

"Aisssh.. Mandi sendiri saja sanah" Renjun menendang paha Jeno pelan.
"Aaaah" Renjun merasakan rasa sakit di bagian selatannya saat melakukan gerakan tiba tiba seperti tadi.
"Tuh kan.. Sini aku bantu" Jeno meraih tangan Renjun untuk membantunya bangun dari tempat tidur.

"Plak"

Renjun menepis tangan Jeno dengan kasar saat Jeno menyentuhnya. Renjun tersentak, kaget dengan refleks tangannya sendiri.

"Ti..Tidak. Kau mandi saja.. Ini tidak terlalu sakit. Dan sudah ada Jaemin yang bisa membantuku." Jawab Renjun cepat. Senyum Jeno menghilang, kemudian ia menghela nafas.
"Yasudah. Kau memang hanya butuh Jaeminmu saja" Jeno berjalan ke kamar mandi.

'Brak'

Jaemin dan Renjun tersentak saat Jeno dengan keras membanting pintu kamar mandi.

"Dia marah" bisik Jaemin. Renjun hanya diam, kesal dengan dirinya sendiri sudah membuat Jeno marah.
"Mau aku bantu?" Jaemin. Renjun mengangguk pelan. Jaemin turun dari ranjang dan membantu Renjun berdiri.
"Terimakasih" Renjun kemudian menepis pelan tangan Jaemin yang mau memapahnya.
"Maaf Jaem, tapi aku bisa jalan sendiri. Semalam hanya sekali. Tak usah berlebihan" Renjun berjalan pelan keluar kamar. Masih membungkus dirinya dengan selimut milik Jeno.
"Haaah.. Kenapa jadi tiba tiba canggung seperti ini" Jaemin menghela nafas dan menyusul Jeno ke kamar mandi.

[END] UNEXPECTED [NORENMIN|NOMINREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang