“Le, mengko paringno pesanan roti ing daleme Bu Lina, yo?”
(Nak, nanti kasihkan pesanan roti di rumahnya Bu Lina, ya?)Aku yang sedari tadi membantu ibuku mengaduk adonan roti pun mengangguk patuh. “Nggih, bu. Mangke kula aturaken kagem Bu Lina.”
(Iya, bu. Nanti Bayu kasihkan ke Bu Lina)“Isih eling omah e opo ora?” Ibuku yang tengah menabur hiasan pada roti-roti kering menengok ke arahku. Malaikat tanpa sayap yang tegas dalam membimbingku itu bertanya ke padaku.
(Masih ingat rumahnya apa nggak?)Mengangguk kembali. Hingga surai menjutai tampak terayun-ayun. “Tasih, bu. Dalemipun Bu Lina niku tasih ing dalan Dhoho.” Sambil melengkungkan kurva manis milikku.
(Masih, bu. Rumahnya Bu Lina masih di jalan Dhoho)“Oalah, tak kiro Jokoku iki wis lali,” tutur Beliau seraya tertawa. Bahana yang keluar, terdengar mengalun anggun temayun.
(Oalah, ibu kira anak laki-lakiku ini sudah lupa)Sudah pada notasi ketujuh. Bahkan candra sabit di angkasa, tampak malu-malu dari atas sana. Dengan mega kelabu yang menyertai, memberikanku afeksi damai
Usai semua pekerjaan yang dilakukan selesai, diriku lanjar menuruti apa yang diperintah oleh Beliau. Aku segera meluncur menuju jalan Dhoho Kediri, bersama dekapan Bayu yang kian menginvasi.
Jika kalian masih ingat, jalan tersebut adalah tempat di mana aku dan ia menghabiskan waktu bersama. Iya, Car Free Day di hari Minggu.
Jarak tempuh perjalanan yang kubutuhkan adalah lima kilometer, dengan waktu sekitar duapuluh menit.
Adimarga Kediri di malam hari terasa ramai pengendara. Agaknya lupa jika hari ini adalah malam Minggu. Di mana situasi di sisi kanan dan kiriku terdapat dua pasang pengendara yang tengah melempar cinta, dan aku berada di anantara mereka.
Rasanya seperti nyamuk. Apalagi kedua pasangan tersebut seolah menganggapku hirap, dan mereka justru berbincang ringan yang membuatku sedikit bergidik.
“Tadi kamu sudah makan belum?”
Sang Puan menggeleng kala aku menoleh ke kiri, menatap kedua insan dengan pandangan sedikit geli akan mereka.
“Belum. Aku tuh belum makan dari sore. Aku maunya makan bareng kamuu~”
Indraku terasa panas ketika mendengar bahananya yang mendayu-dayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] i. Kediri | Jake
Fiksi Penggemar[TELAH TERBIT] ❝ kala semesta menciptakan kamu, sungguh teramat candu bagiku. gemintang pada manik indahmu, meruntuhkan jagat dan seisi kalbu. kudengar, kamu sedang bersemu, sebab katanya, aku hanya milikmu ❞ ✧ ft. 제이크 ENHYPEN...