"Nanti aku hendak kembali ke Jakarta..."
Bagai tersambar petir di terik yang menukik, Bayu pun mendelik panik. Dia terkejut laiknya dihempas pecut. Barangkali dia berpikir bahwa aku tengah menyudut, tapi ia justru terbalut oleh rasa kalut.
Menghela nafas berat, sang Adam mengatup aksa bulat. Bibirnya sempat tergerak, mengucap sepatah dua kata sebelum akhirnya meretak.
"Dan mungkin... ini adalah akhir dari pertemuan kita, Ayu. Setiap pertemuan, kita dihadapkan oleh perpisahan. Hukum alam ini sama sekali tidak bisa dirunyam."
"Kamu baik-baik di sana, ya?" ia berucap, rancu kobaran dada terus menancap, tiada ingin sekedar mengantap.
Lengkungan pada ranumku tertarik gravitasi, tiada bisa menatap entitas bagai renjana sekali lagi. Ingin rasanya mengungkap yang asli, terus berada di ranah Kediri.
Merajut untai kata. Terdengar pelan mungkin, hingga ditelan bisingnya perkotaan hari ini. "Nanti kalau rindu... Aku telepon kamu, ya?"
Gelak tawanya melambung, hingga reluk pada kedua pipinya pun mencekung. Bahana tawanya bagai senandung, seolah ia sedang menyanyikan lagu untuk sang Relung. Aku sungguh beruntung...
"Jangan... aku bukan bagian dari ikatan hidupmu. Jikalau sedang merindu, tunanganmu itu bisa membalas afeksi balik kepadamu."
"Tapi aku tidak mencintainya, Bayu..." ucapku. 'Kan sudah kubilang, aku tidak pernah bisa mencintainya seorang.
Dia mengangguk-angguk sambil melukis sabit indah. Dustanya melimpah, aku tahu dia berusaha baik-baik saja tanpa terlihat lengah.
Prakataku dianggap angin lalu, sekeping hati manusia masih beradu pacu, membalas penuturan dari gadisnya yang Ayu,
"Orang Jawa pernah berkata... witing tresna jalaran saka kulina. Yang berarti... rasa cinta itu tumbuh karena terbiasa. Esok ketika kamu sudah bersamanya, rasa cinta itu akan tumbuh seiring perjalanan kehidupanmu dengannya."
Berhadapan dengan sang Cinta, atmaku seperti diterbangkan sejuta asa. Nayanika legamnya pun bagai entitas renjana. Mengingat di hari pertama kali bersua, ia adalah penyelamat di kala tak tau menahu ranah Adipura.
Bilamana aku tidak bertemu kamu, entahlah aku harus bagaimana menjalani hidupku. Dengan adanya Bayu, lika-liku kehidupan laiknya diterpa sebuncah rona merah muda. Tergurat adiwarna pada pipi dua atau hangat menjalar dalam dada. Bayu Renjana membuatku tak ingin berpisah darinya, walau itu hanya sekedar kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] i. Kediri | Jake
Fiksi Penggemar[TELAH TERBIT] ❝ kala semesta menciptakan kamu, sungguh teramat candu bagiku. gemintang pada manik indahmu, meruntuhkan jagat dan seisi kalbu. kudengar, kamu sedang bersemu, sebab katanya, aku hanya milikmu ❞ ✧ ft. 제이크 ENHYPEN...