jangan lupa masukin ke
library, ya-! agar tidak
ketinggalan notifikasi...
Jika ditanya apa hal yang tidak kusuka, aku akan menjawabnya, keinginan Oma. Jika ditanya apa hal yang paling kusuka, aku akan menjawabnya, terhindar dari malapetaka.Mungkin keduanya terlihat berbeda, namun semua itu ada kaitannya. Hingga pemudi seperti aku ini memilih lari dari kenyataan.
Aku tidak habis pikir sekarang, apa betul Kak Tama memberitahu jika aku tak ingin pulang? Sampai-sampai Mama dan Oma tak membiarkanku lengang?
“Hari Minggu besok, Mama ke Kediri bersama Omamu...”
Hanya seuntai kalimat, justru membuat daksaku terjerat erat. Aku seperti terikat hebat.
Selepas wanita yang paling aku sayang memutus sambungan, ragam cakap telah kuucapkan. Berkata pada sang Taruna bahwa aku hendak kembali ke penginapan.
Aku sempat bersedih, ketika momen-momen berdua pada aram temaram diputus sepihak oleh notifikasi.
Buana memang tiada bisa membuatku bahagia, ya... Walau itu hanya sedetik saja, tapi nusantara terus melarangnya. Memang aku salah apa, hingga afeksi bahagia tak pernah membalut raga? Selalu dikekang nestapa yang tergelak oleh jumawa.
Belum sepetak langkah tungkaiku bergeser, ia menarik pergelangan pada hasta kanan. Pemuda itu meraih tubuh ringkihku, menenggelamkan sirah dalam dekapan milik sang Bayu. Surai yang terurai bebas ia usap perlahan, bahkan hastanya menepuk-nepuk punggung tuk memberi ketenangan.
“Jangan menangis lagi...” suara baritone menginterupsi runguku.
Aku terdiam, tiada menjawab ucapnya yang sudah terekam. Masih tersandar penuh pada dada bidang milik sang Adam.
“Ayu?” panggilnya. Ia mendongakkan kepala sang Taruni. Pipiku bahkan sudah berada di antara hasta milik si Relung hati.
“Kamu tahu... aku orang yang paling tidak bisa melihat perempuan menangis. Ketika seorang puan meluruh deraikan air mata, hatiku teriris pilu melihatnya.” Mengusap bekas titik-titik air mata, sedang daksaku menatap nayanika hitam tintanya.“Jadi... Ayu jangan menangis lagi, ya? Sebab air mata milikmu itu berharga.”
Berada di tepi Taman Brantas, sepasang insan ini masih terdiam bebas. Belum mau beranjak barang lekas, ingin bersua dengan bait-bait kata yang belum terlepas.
Mengangguk sejenak, aku tersenyum kelak. “Iya, Bayu.”
“Jadi bagaimana? Kamu hendak pulang sekarang?” ia bertanya sembari memiringkan kepala.
“Iya aku hendak pulang sekarang. Sudah malam soalnya.”
Lepasnya Bayu menawariku, “Aku antar saja, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] i. Kediri | Jake
Fanfiction[TELAH TERBIT] ❝ kala semesta menciptakan kamu, sungguh teramat candu bagiku. gemintang pada manik indahmu, meruntuhkan jagat dan seisi kalbu. kudengar, kamu sedang bersemu, sebab katanya, aku hanya milikmu ❞ ✧ ft. 제이크 ENHYPEN...