23. Benang Merah Sumarah

703 263 30
                                    

double updated!♡

Redumnya kanvas jumantara memang sedang tidak baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Redumnya kanvas jumantara memang sedang tidak baik-baik saja. Lihatlah, bagaimana mega kelabu yang berwarna merah, mungkin sebentar lagi dirundung tirta bening yang tak terkimah.

Berada di dalam kereta besi, suasana pun juga terus menguasai. Sebab sang Komandan merapalkan untai kata yang bisa melahap diri.

Ah, sebal sekali, ketika Oma membicarakan perihal hubungan kami. Katanya... tunanganku lebih baik dari Bayu Renjana. Baik apanya?! Justru sang Adam pasti senang jika mendengar bait aksara dari Oma. 

Perihal yang tadi... prakataku dianggap angin sepintas oleh Bayu Renjana. Ia tidak berani walau hanya sekedar lari dari kenyataan. 






“Bayu... ayo kita kabur saja.”

Menggelengkan jemala, tak setuju dengan larik kata. “Aku tidak setuju...”


“Kita sudah diberi garis takdir oleh Tuhan, tak mungkin kita bisa lari dari kenyataan.”


“Jika memang kita berusaha untuk kabur, lalu bagaimana jika nanti kita berdua yang terkena bencana lain? Jangan begitu, Ayu. Lebih baik kita hadapi, walau ragam guncang terus merongrong diri.”


Pada akhirnya, Bayu lah yang mengantarku masuk ke restoran lagi. Oma tadi sempat marah, bilang jika Bayu tak sopan membawa cucu bungsunya tanpa pamit undur diri.

Memang sepertinya Oma lah yang tidak suka dengan sang Peraga, terlihat sekali dari raut sahajanya. Selalu membanggakan calon tunangan Ayudisa.


Tubuhku menegak, lekasnya menepuk pundak. “Loh, kak...  jalan ke penginapanku harusnya masih lurus ke sana!” tidak sadar frekuensi bicaraku pun ikut menaik.

Lelaki dengan garis rahang yang kuat itu, tak mengindahkan ucapanku. Bahkan sempat kulirik Mama di bangku tengah, beliau diam tak ingin menyanggah.    

“KAK!”

Masih membisu, tiada merajut kata seru.





“Malam ini kamu menginap dulu di hotel bersama kami...”

Padahal aku, ‘kan hendak—

“Jangan coba-coba kabur seperti tadi...”


—kabur

Karena aku orang yang tidak bisa dikekang, lantas menyulut suara sumbang, “Oma kenapa segitu bencinya dengan Bayu? Memangnya Bayu salah apa Oma? Apa aku juga salah jika mencintai dia?”

Masih pada gemerlap lampu kota, ada sekeping hati manusia yang ingin bersuara, namun apa dayanya, sudah ditukas cepat oleh sang Wanita.

“Kamu tahu... ini bukan cinta dan cinta. Ini perihal harta dan tahta,” wanita dengan keriput sahajanya masih merakit klausa dari ranumnya. “Memangnya kamu mau hidup menderita? Kasta kami dengannya tidaklah sama, Ayu...”


[✔] i. Kediri | JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang