Apa yang ada difikiranmu saat mendengar kata 'jakam'? Ah mungkin kalian lebih mengenalnya dengan sebutan 'badboy'.
Pria Keren? Tampan? Gagah? Berani?
Aku katakan ya, itu semua memang tercermin pada sosok jakam yang aku akan ceritakan ini. Mari sepakat kita sebut saja jakam. Karena itu memang sebutannya untuk kisahku ini.
Tapi pernah kah terlintas dalam fikiran polos khas anak SMA kalian saat harus ikut masuk ke dalam hidupnya? Sehingga kalian dipaksa mengetahui hal yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan kalian tidak tahu jika hal-hal tabu seperti itu benar adanya di lingkungan sekitar kita.
Buatku, remaja SMA tahun ajaran 2016, itu masih dianggap hal diluar nalar yang dilakukan oleh anak SMA atau mainku saja yang kurang jauh. Namun jika pada tahun 2020, hal-hal yang aku ceritakan nanti sudah menjadi hal yang lumrah sepertinya.
Eh, hai!
Namaku Chenle, Wong Chenle. Aku hanya wanita biasa. Tidak populer, tidak terlalu cerdas, tidak bergelimang harta, aku hanya masuk dalam standar kecantikan wanita pada umumnya, karena semua wanita pastilah cantik. Aku tekankan, aku hanya gadis sederhana yang penasaran akan kisah cinta masa SMA.Saat itu aku duduk di kelas 2 SMA, salah satu SMA negeri yang lumayan populer, maksudku masih masuk dalam jajaran yang dikenal terbaik. Sebut saja SMA Neo, dan semua yang ada dalam kisahku ini sudah disamarkan. Kita akan mengambil setting di Daegu, Korea Selatan, tahun 2016.
Suara gemuruh hujan sangat ramai terdengar dari luar sampai aku kehilangan fokus. Aku memandang jendela berembun dibalik gorden yang tersibak angin, bukan dari luar melainkan dari kipas kecil diatas meja belajarku. Aku sengaja mematikan ac dan menyalakan kipas kecil karena saat hujan, ac terasa lebih dingin. Aku sedang dikos-an saat ini. Ruangan 3×4 meter itu menjadi saksi bisu keluh kesah ku selama ini menjalani kuliah. Ini sudah masuk tengah malam tapi aku masih berkutat dengan kertas-kertas penuh guratan bolpoin. Aku melihat bayanganku sendiri pada jendela berembun itu. Entah kenapa suara hujan kali ini membawa sebuah memori kerinduan.
"Hai! Kamu apa kabar? Apakah disana sangat menyenangkan sampai kamu memilih meninggalkanku?"
Suasana yang sama. Tiba-tiba saja aku teringat dia, pria yang nyaris aku benci. Dia yang berhasil memporak-porandakan hatiku layaknya perkampungan sehabis diterjang tsunami. Sangat kacau. Karena dia, aku jadi mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak perlu aku tahu dimasa indahku. Aku seperti dipaksa matang sebelum waktunya. Tapi saat sekarang jika dipikir lagi, aku beruntung bisa mengenalnya dan menjadi yang teristimewa untuknya. Berkat dia juga aku tahu kehidupan sekeras itu dan solidaritas dijunjung tinggi dalam pertemanan mereka, walaupun umur mereka masih sangat muda untuk mengenal hal-hal tabu semacam yang akan aku tuangkan dalam kisahku nanti.
"Semoga kamu tidak marah, aku menceritakan kisah kita pada mereka. Aku ingin semesta tau, bahwa kamu pernah jadi milikku walau sesaat."
Mendengar kata Badboy, pasti tak sedikit diantara kalian langsung terlintas nama Dilan dalam benak kalian. Ya, memang itu kisah paling viral akhir-akhir ini. Aku juga menyukai bukunya dan aku baca dua bukunya. "Dia adalah Dilanku tahun 1990" dan "Dia adalah Dilanku tahun 1991". Sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiranku jika aku akan terlibat dalam situasi yang hampir mirip seperti itu. Aku hanya menyukai buku dan jalan ceritanya. Tapi nyatanya, kisahku kali ini hampir sama dengan cerita dalam buku itu. Aku sempat berpikir, apa pria itu juga membaca buku Dilan dan menjadikannya panutan. Tapi sepertinya tidak. Mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda.
Pada waktu itu Aku baru putus dari kekasihku, sudah sekitar satu bulan. Hanya cinta monyet masa SMA. Hubungan kami berakhir karena mantan kekasihku itu menyukai wanita lain. Tentu saja aku sangat sedih, seperti gadis SMA pada umumnya yang masih labil. Aku ingat sekali, ketika mantan kekasihku itu memilih mengakhiri hubungan kami. Aku sedang memasak mie instan rasa kari ayam spesial. Aku memasaknya tak kalah spesial dari namamya, dengan toping telur, sosis, keju dan sawi hijau. Aku sampai melarang semua orang mendekati meja makan karena takut dipinta tapi tiba-tiba ponselku berbunyi. Demi Tuhan, aku sangat menyesal memilih membuka ponsel terlebih dahulu dibanding makan mie-nya karena setelah membuka ponsel, tubuhku langsung lemas dan nafsu makanku hilang begitu saja. Aku menangis meninggalkan meja makan tanpa mencicipi mie yang sudah aku masak. Aku masuk kamar dan mengunci pintu. Setelah itu, hampir satu minggu aku menangis disetiap malamnya tanpa henti sampai tertidur karena lelah menangis dan itu terjadi terus-menerus lalu terbangun ketika pagi harinya dengan keadaan mata bengkak.
Sampai-sampai karena terlalu sakit dan merasa sangat dikhianati, aku bersumpah tidak ingin memiliki kekasih lagi, walaupun dihatiku menyukai seseorang. Hingga satu orang yang sama sekali tidak aku kenal tiba-tiba saja datang dan mendominasi keseharianku dengan tidak sopannya.
Pria itu, dia merupakan adik kelas ku. Tolong jangan berpikir aku pedofil atau penyuka berondong namun sebenarnya pria itu tidak beda jauh dari umurku walau masih berbeda tahun. Kenyataan pertama yang aku tahu, dia pernah drop out ketika SD karena sebuah kecelakaan yang mengharuskannya tidak sekolah. Tapi tetap saja sih usianya lebih muda dariku.
Awalnya aku sama sekali tidak mengenalnya akupun sama sekali tidak peduli dengan para adik kelas yang baru masuk sekolahku waktu itu. Manusia terlalu banyak yang datang dan pergi, muncul lalu menghilang, mengganti dan digantikan. Itulah kehidupan selalu terjadinya berlawanan. Jadi menurutku, itu bukan hal penting dalam kamusku untuk dipikirkan. Ya, walau kadang aku mencari sosok karakter tampan diantara mereka untuk dijadikan sebagai bahan 'pencuci mata', kalau kata anak zaman sekarang. Tapi bukan berarti aku memperhatikan semuanya. Aku hanya tau ada penerimaan murid baru tiap tahunnya dan kurasa disemua sekolah juga pasti ada penerimaan murid baru, setelah itu terserah. Namun salah satu sosok adik kelas itu, tiba-tiba saja menghubungiku lewat sms setelah kurang lebih menjalani aktivitas disekolah yang sama denganku sebagai adik kelas selama 3 bulan lamanya. Dan disinilah kisahku dimulai.
♧⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞♧
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...