Darrel menyeringai lebar, bersikap sebagai mana biasanya di depan Kinara, hanya untuk menutupi denyutan di dadanya yang semakin ketara ia rasakan saat melihat binar kebahagiaan di wajah cantik Aleta. Sial, tiba-tiba saja mata Darrel memanas, namun karena tidak ingin hal itu di ketahui oleh Kinara, tanpa menunggu lama lagi Darrel segera beranjak dari sana.
"Lho, Daddy mau kemana lagi?" tanya Aleta dengan wajah sedih.
"Daddy mau ada urusan di kantor, Leta temenin Mommy aja ya di sini!"
Aleta mencebik sekilas, tapi kemudian ketika menoleh pada Kinara, bocah itu sontak mengangguk bersemangat.
Darrel tersenyum sebelum mendekati Aleta dan menciumi wajahnya, kemudian dia bergerak ke arah Kinara, merunduk dan berbisik sebentar.
"Aku melakukan ini demi Aleta."
Dan sebelum Kinara menyerap maksud ucapannya, Darrel sudah lebih dulu mencium pipinya. Astaga pria itu ... tupai saja kalah cepat dengannya!
Namun, sekalipun Kinara punya kesempatan untuk menolaknya, sepertinya dia tidak akan mungkin mampu melakukannya, setidaknya bukan di depan Aleta, mengingat bocah itu tidak berhenti menatapnya dengan wajah berbinar, seakan-akan interaksi dirinya dan Darrel tadi merupakan hal yang membuat bocah itu bahagia.
Detik berikutnya ketika mulai mengingat sesuatu, Kinara buru-buru mengejar Darrel yang sudah melangkah jauh dari tempat mereka.
"Darrel tunggu!" seru Kinara ketika berhasil mengejar pria itu di ruangan depan.
Darrel menghentikan langkahnya untuk kemudian menoleh ke sosok Kinara yang kini sedang berjalan cepat ke arahnya, lalu menatap gadis itu dengan alis terangkat.
"Kau mau kemana?"
Sambil melipat kedua lengannya, Darrel menatap heran Kinara.
"Bukannya sudah ku katakan, kalau aku harus ke kantor? Memang kenapa, kau berharap aku tidak pergi, ehh?"
Kinara menyipitkan matanya, berusaha tidak meladeni sindiran pria cabul itu, dan lagi dia merasa sedikitpun tidak menyukai candaan pria itu yang menurutnya tidak lucu dan cenderung mengesalkan.
"Aku ingin minta ijin, untuk pergi kerumah orang tuaku," ucap Kinara to the point.
Wajah Darrel langsung berubah, menampilkan ketidaksukaan yang ketara.
"Ada perlu apa memangnya, bukannya baru sehari kau tinggal di sini?" tanyanya dengan suara yang berubah dingin.
Kinara mengerjap, dan cukup memahami isi pikiran pria itu.
"Aku ingin mengambil pakaianku di sana," jawabnya singkat.
Darrel terdiam sesaat lamanya, menatap Kinara dengan sejuta makna yang tidak bisa gadis itu pahami.
"Tidak usah, siang ini aku akan meminta sekertarisku untuk membelikanmu pakaian." Darrel hendak memutar badannya, saat suara Kinara terdengar kembali.
"Tapi aku ingin pakaianku!"
Darrel sontak menoleh dan kembali menatap Kinara dengan dingin.
"Apa aku pernah memberimu pilihan?"
Sial, kata-kata itu lagi yang dia ucapkan!
Kinara mengepalkan jemarinya sembari menarik nafas pelan, sebagai bentuk pengendalian diri setiap kali menghadapi pria itu.
"Baiklah, terserah padamu, tapi tolong ... setidaknya belikan aku pakaian yang layak," balas Kinara dengan suara lemah, dia memilih membuang wajahnya saat melihat Darrel kembali mengulas seringai di bibirnya.
"Ah, jadi karena itu kau menolak pemberianku?" Darrel mendekat dengan perlahan.
Kinara yang menyadari pria itu mulai berjalan ke arahnya, dengan reflek kakinya bergerak mundur, sengaja menciptakan jarak di antara mereka. Namun dengan cepat Darrel sudah meraih tangannya lalu menariknya keras, hingga berakhir Kinara menabrak dadanya.
"Bukankah seharusnya masa-masa bulan madu ini kau memang sebaiknya memakai pakaian seperti itu? Mengingat kita ini adalah pasangan baru, kau tentu tidak lupa bukan ... tentang kewajibanmu?"
Kinara mengerjap sekali sembari menelan ludah dengan kesulitan. Kewajiban dia bilang? Apa itu berarti Darrel akan mulai meminta haknya kepada Kinara? Ini buruk. Seketika Kinara merasa ngeri sendiri membayangkannya. Detik selanjutnya Kinara sudah mendorong dada Darrel menjauh, merasa tidak nyaman setiap kali bersentuhan dengan pria itu.
"Demi Tuhan, kau tidak berpikir kalau aku akan terus berpakaian seperti itu di dalam rumah ini, bukan?"
Darrel mengangkat bahunya santai, sembari pura-pura mencebik, memamerkan raut wajah yang luar biasa menjengkelkan bagi Kinara.
"Aku sedang memikirkannya." Darrel mengedipkan matanya, sebelum meninggalkan Kinara begitu saja.
Namun di ambang pintu dia berhenti. "Ngomong-ngomong, kau terlihat sangat seksi dengan kemeja itu, membuatku merasa di peluk olehmu," sambungnya sebelum berlalu, meninggalkan Kinara yang tercengang karena ucapannya.
Dan kenapa juga tiba-tiba Kinara merasakan debaran di dada seperti ini? Astaga, dia tidak sedang terpengaruh oleh kata-kata mesum pria itu, bukan?
Sembari Berusaha mengabaikan perasaan asing itu, Kinara kembali ketempat Aleta. Bocah itu sedang memakan pudingnya, dan saat menyadari kedatangannya, wajah Aleta sudah kembali berbinar, membuat benak Kinara menghangat seketika.
"Wah ... hebat, makanannya sudah habis ya?" tanya Kinara sembari mengusap lembut kepala Aleta.
"Leta kan bukan anak nakal, kasihan kalau nasinya nangis gara-gara nggak di makan Leta."
Kinara tersenyum tulus seraya menatap Aleta dengan sayang. Kinara memang sudah terbiasa menghadapi anak kecil jadi ketika bertemu dengan Aleta, Kinara tidak kesulitan menanganinya. Lagi pula, dia memang menyukai anak kecil, dan ketika dia sudah tidak lagi mengajar anak-anak muridnya yang dulu, dengan mengenal Aleta seperti ini seketika membuat hatinya yang kosong sedikit merasa terisi, karena secara tidak langsung Aleta mengingatkan pada kebersamaannya dengan anak-anak didiknya yang kini sudah tidak bisa lagi ia temui.
##
Kinara memandang wajah Aleta yang tertidur lelap di pangkuannya. Seharian ini dia menemani anak itu bermain, keceriaan Aleta sedikit banyak berhasil mengalihkan pikiran Kinara, selain itu tingkah Aleta yang lucu perlahan mulai menghadirkan perasaan hangat yang tidak ia pahami. Hingga ketika siang tadi bocah itu mengucapkan kalimat yang berhasil menggetarkan hatinya, Kinara mulai menyadari perasaan apa yang tengah tumbuh di dalam dirinya saat ini. Sayang. Yeah, Kinara tidak tahu bagaimana itu terjadi? Dia sadar betul kalau Aleta adalah anak dari pria yang di bencinya saat ini, apalagi dengan kebohongan yang pria itu lakukan kepadanya, semestinya Kinara juga bisa membenci anak itu sama banyaknya seperti yang ia rasakan untuk ayah sialannya itu.
Tapi anehnya Kinara tidak bisa merasakan hal itu kepada Aleta, apalagi setelah permintaan mengharukan yang bocah itu ucapkan padanya siang tadi, jelas-jelas Kinara bisa melihat bahwa ada semacam kekhawatiran di wajah polos itu ketika memintanya untuk tetap tinggal.
"Mommy, Mommy mau kan berjanji pada Leta, kalau Mommy tidak akan meninggalkan Leta?"
Kinara mengerjap terkejut sekaligus bingung pada permintaan tiba-tiba bocah itu. Apakah Aleta memang bersungguh-sungguh menganggapnya sebagai Mommy-nya? Lalu dimana Mommy Aleta yang sebenarnya? Kenapa bocah itu menggapnya layaknya Mommy-nya sendiri? Oh ya ampun, kenapa hidupnya kini semakin membingungkan? Dari sekian banyaknya wanita yang ada di dunia, kenapa harus dia yang terpilih menjadi pendamping Darrel yang penuh teka-teki?
Tbc
Ada yg nungguin??
Singkat yee part nya, maaf ya 😆
Semoga tetep syuka🙏
Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini 😉Thanks
Neayoz😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Revenge (Tamat)
RomanceKonten dewasa 21+ Cerita ini akan banyak mengandung adegan dewasa, jadi untuk kalian para dede gemes dan alergi sama cerita dewasa lebih baik menghindari cerita ini ya dears😌 Jangan lupa follow sebelum membaca!! Notes ♥️ Judul awal Dear Husband!! _...