Bab 24

7K 585 34
                                    

Sean mengepalkan tangannya, tentu saja dia ingat akan hal itu. Terlebih fakta yang baru beberapa hari lalu ia ketahui lewat mencuri dengar dari pembicaraan Aditama dengan Bagja itulah yang menjadi salah satu pemicu kemarahannya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk nekad menemui Darrel. Sean harus menemui kakaknya itu sebelum Darrel semakin merajalela. Karena itulah begitu ia sudah kembali sehat sepenuhnya, Sean mencari cara untuk bisa kabur dari penjagaaan para anak buah sang kakek. Karena ia tahu hanya dialah yang bisa menghentikan Darrel, hanya dialah yang pria itu cari!

"Persetan dengan perusahaan ini, aku tidak lagi peduli! Silahkan kau ambil semuanya jika itu bisa membuatmu puas, tapi aku ingin kau lepaskan Kinara! Dia tidak tahu apa-apa mengenai perseteruan kita!" kata Sean keras seraya menarik kencang dasi yang menggantung pada kerah kemeja kakak tirinya itu.

Wajah Darrel mengeras, entah kenapa ucapan itu seketika melukai egonya. Tapi lagi-lagi dia berhasil mengendalikan amarahnya dengan baik.

"Jadi rupanya gadis itu penting sekali untukmu, ya?" Darrel menggaruk dagunya yang di tumbuhi bakal-bakal jenggot, pura-pura berpikir keras.

"Jangan lakukan apapun padanya, karena aku tidak akan diam saja, membiarkanmu menyakitinya!" Sean semakin menarik kerah Darrel, membuatnya terangkat hingga keduanya saling menatap tajam satu dengan lainnya. Ada kebencian yang tertahan di sana.

Darrel tersenyum miring namun tidak berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean. "Tidak tahukah kamu kalau ancamanmu itu, membuatku semakin ingin menyakitinya?" Sudut bibirnya yang tertarik membentuk senyuman dingin yang terpeta.

Sean termenung, menyesali kalau dirinya sudah kelepasan dalam menunjukkan emosinya, dan akhirnya ia pun melepaskan Darrel.

"Lepaskan Kinara, Darrel! Jangan libatkan dia dalam permasalahan kita!" Ancam Sean, tatapannya menyala-nyala.

"Begitu ya?" Darrel memasang wajah pura-pura terkejut.

"Lalu bagaimana dengan nasib anakku? Kau tidak lupa bukan, kalau dulu kaupun sudah melibatkan mendiang anakku hingga menghilangkan nyawanya?" Wajah Darrel terlihat begitu dingin saat mengatakannya, gurat amarah bahkan sudah tercetak sempurna di wajahnya.

Sean membeku, wajahnya seketika terlihat pias, untuk kesekian kalinya ingatan itu berhasil menghantam hatinya dalam rasa bersalah yang tidak berkesudahan.

"Bukankah sudah ku katakan semua itu benar-benar di luar kendaliku, aku bahkan tidak tahu kalau dulu Adellia tengah mengandung anakmu!"

Seringai Darrel seketika menghilang, berganti dengan tatapan setajam belati yang ia layangkan ke arah Sean. "Apa kau berharap, aku akan mempercayai ucapan seseorang yang sejak dulu sudah membenci keberadaanku?"

Sean tertegun, menatap Darrel dengan hampa, dia tahu percuma saja menjelaskan apapun kepada Darrel mengingat hubungan mereka tidak pernah baik sejak awal. Di masa lalu dia pernah mengatakan hal yang sama kepada Kakak tirinya itu, namun begitu Darrel menyangkal mentah-mentah alasannya, Sean tidak mau lagi repot-repot menjelaskannya. Tapi kali ini demi Kinara, dia akan melakukan hal itu lagi. Dia akan mencoba peruntungannya kembali, masih dengan harapannya yang sama kalau Darrel akan mau memaafkannya, atau paling tidak Darrel harus mau mendengar penjelasannya.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus ku lakukan agar kau mau memaafkan kesalahanku di masa lalu?"

"Memaafkan?" Tawa Darrel seketika menggelegar, tawa yang sarat akan rasa frustasi dan amarah yang bersamaan."Setelah sekian lama kau akhirnya mengatakan kata-kata itu? Dan itu terjadi karena wanita itu?" Darrel kemudian bertepuk tangan seraya berjalan memutari meja.

Sean memilih diam, dia membiarkan Darrel memuntahkan amarahnya.

"Dia pasti sangat spesial untukmu!" sembari mengangkat kedua alisnya, Darrel menatap Sean menyeluruh.

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang