Bab 7

8.1K 573 57
                                    

"Masih dengan penawaran yang sama ... Kau harus mau menikah denganku, itu imbalannya!"

Kinara tercengang, sepasang matanya yang memerah karena tangis kini terlihat berkilat amarah.

"Tapi dari pada itu, aku ingin mengujimu lebih dulu. Malam ini aku ingin kau disini, untuk melayaniku!"

Mata Kinara membola terkejut, tanpa sadar dia bergerak mundur seperti ada tangan tak kasat mata yang meninju langsung dirinya. "Ma-maksudmu apa?"

Tatapan Darrel menajam, lalu tak lama dari itu sebuah senyuman misterius terbit di wajahnya yang dingin, senada dengan membuang rokok di tangan sebelum menginjaknya dengan sandal rumahan yang ia pakai untuk mematikannya. Tanpa melepas tatapannya pada Kinara, Darrel mulai membuka tali kimononya sebelum melepasnya dengan gerakan perlahan, seakan sengaja melakukan hal tersebut hanya untuk menikmati kepanikan dan juga ketakutan di wajah Kinara saat ini.

"Darrel, kau mau apa?" Bentak Kinara dengan getar di suaranya, saat melihat pria itu mulai melepas kimono miliknya dan melemparnya asal ke pinggir ranjang.

"Menurutmu?" layaknya pemangsa yang mendekati buruannya, Darrel berjalan menuju Kinara yang bergeming waspada.

Pemandangan Darrel yang hanya bertelanjang dada seketika membuat seluruh wajah Kinara terbakar karena amarah dan juga rasa malu sekaligus, dia menunduk gelisah di detik berikutnya. Jarak pria itu yang semakin dekat membuat dada Kinara berdebar semakin kencang. Tidak ingin berada dalam situasi mencekam ini terus-menerus, tanpa banyak berpikir lagi Kinara langsung berlari ke arah pintu keluar.

"Silahkan keluar dari kamar ini, kalau kamu memang lebih suka tubuhmu yang jelek itu di nikmati para anak buahku di luar."

Ucapan Darrel seketika menghentikan langkah Kinara, dia sudah mencapai pintu dan bersiap untuk memutar kenopnya namun ia urungkan begitu akal sehatnya kembali menerjang. Dengan marah, dia memutar badan dan terkejut saat Darrel tiba-tiba sudah ada di belakang tubuhnya, sebelum memepetnya ke daun pintu dan memerangkapnya dengan satu lengan di topang di daun pintu.

"Darrel...." Mata Kinara seketika membesar saat menatap mata sebiru lautan di depannya yang terlihat begitu dingin, namun tatapan itu seolah mampu membakarnya, membuat seluruh kulitnya terasa semakin panas dalam jarak sedekat saat ini.

"Ya, Kinara?" Tangan Darrel yang bebas menyentuh pipi Kinara untuk kemudian mengusapnya dengan jemari.

Jantung Kinara berdegup dua kali lipat lebih kencang, jarak mereka yang begitu dekat membuat nafas Kinara tercekat, hingga membuatnya kesulitan bernafas.

Mencoba mengumpulkan kembali keberaniannya yang tadi sempat menghilang, Kinara menepis jemari pria itu dari pipinya.

"Jangan menyentuhku!" Sentak Kinara.

Tatapan Darrel menajam, secara otomatis pria itu sedikit merenggangkan kungkungannya, namun tidak untuk melepaskan.

"Aku tidak suka di sentuh olehmu!"

Mata sebiru lautan itu terlihat berkilat amarah, lalu tanpa aba-aba pria itu mencengkeram rahang Kinara dengan kuat, hingga membuat Kinara kesakitan.

"Masih jual mahal, eh?"

Kinara berusaha menepis cengkeraman yang terasa menyakitkan itu, namun sekuat apapun ia berusaha melepaskan diri, Darrel malah semakin menyakitinya.

"Setidaknya tolong beri aku waktu untuk berpikir, ini terlalu cepat buatku, aku...." Kinara gemetaran hebat, aura pemangsa Darrel begitu ketara Kinara rasakan, seketika ia menyesal telah menerima undangan untuk datang ke tempat itu.

Darrel menghentak lepas cengkeramannya saat cairan bening mulai meleleh dari kedua mata gadis itu. "Berpikir lagi Kinara? Di saat semua anggota keluargamu sedang membutuhkan pertolonganku saat ini?"

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang