Bab 18

6.5K 627 61
                                    

"Mommy?" sebut bocah kecil itu seraya buru-buru mengurai pelukannya sebelum menghambur ke arah Kinara.

Kinara membelalak terkejut saat tiba-tiba gadis itu sudah memeluk ekor gaunnya, membuatnya kebingungan setengah mati. Dan di saat itu terjadi, Darrel menghampirinya, mengelus kepala bocah itu sebentar sebelum mengangkatnya untuk di gendong.

"Sayang, Mommy-mu masih capek. Sekarang Aleta main sama Daddy dulu ya," ucapnya dengan nada lembut seraya membawa bocah kecil berusia 3 tahun itu masuk ke dalam rumah meninggalkan Kinara yang terlihat blank di sana, dan sengaja menghindari tatapannya.

##

Kinara sudah melepas gaun pengantinnya dan menggantinya dengan piyama kimono yang di berikan oleh salah seorang pelayan, saat mengantarnya ke kamar Darrel--kamar yang mulai saat ini akan menjadi kamarnya juga. Dia duduk dengan gelisah di sofa yang ada di ruangan itu. Ingatan di malam saat dirinya hampir menyerahkan diri pada pria itu di sana, sedikit banyak tengah mengusik pikirannya, namun ada hal lain yang lebih mendominasi pikirannya saat ini. Pertanyaan tentang bocah kecil itu berhasil mengalihkan kejadian memalukan itu dari ingatannya.

Sekarang sudah hampir 6 jam, dia menunggu kemunculan Darrel di sana, tapi pria itu tak kelihatan juga batang hidungnya. Darrel masih berhutang penjelasan padanya. Kinara ingin tahu siapa bocah kecil itu? Dan kenapa bocah itu memanggilnya Mommy dan memanggil Daddy pada Darrel? Apakah mungkin Darrel tidak jujur padanya sejak awal? Melihat interaksi Darrel dan bocah perempuan itu yang terlihat begitu dekat, tentunya siapapun akan berpikir kalau ada hubungan kental di antara keduanya, hubungan layaknya anak dan ayah.

Kepala Kinara sudah ingin pecah memikirkannya, untuk gadis muda seperti dirinya menikahi seorang duda yang memiliki anak adalah hal yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya. Seperti dirinya itu gadis tidak laku saja hingga memilih duda beranak sebagai suaminya. Andai Darrel sejak awal jujur padanya, mungkin saja Kinara akan menolak.

Menolak?

Pria itu bahkan tidak memberinya pilihan, bagaimana bisa Kinara menolak itu semua kendati hatinya memberontak? Ingat, Kinara sudah tidak memiliki hak atas dirinya sendiri! Bukankah itu yang sering Darrel ucapkan di tiap perdebatan mereka?

Pukul 7 malam, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Darrel yang masih dalam balutan pakaian pengantin mereka, minus dasi kupu-kupu dan juga jas yang sudah tersampir di lengan kirinya. Pria itu membatu di ambang pintu untuk sesaat lamanya, ketika tatapannya bertemu dengan sorot mata penuh kegusaran milik Kinara di sana.

"Kau belum tidur?"

Pria itu bertanya dengan sedikit gugup, seperti terkejut saat mendapati Kinara yang tampak masih menunggunya.

"Aku menunggumu,"

"Wow, apa itu berarti akan ada malam pertama di antara kita?" tanya Darrel lengkap dengan tuduhannya. Dia mendekati Kinara yang wajahnya langsung merah padam.

"Aku menunggumu karena hal lain," kilah Kinara cepat, dia segera membuang pandangannya saat Darrel mulai mencopot kancing kemejanya satu persatu membuat dadanya yang di tumbuhi bulu maskulin terpampang dengan jelas.

Alis Darrel terangkat tinggi, dia menghentikan langkahnya tepat di depan Kinara yang masih tidak mau menatapnya. Sembari menahan senyum, dia mulai melepas kemejanya lalu menjatuhkannya ke sofa di samping Kinara.

Kinara sontak melirik Darrel dengan gugup sebelum berdiri untuk mundur dengan waspada. Dan tindakannya itu membuat Darrel berdecih muak.

"Apa seperti itu sikapmu pada suami, hmm?"

Suami?

Seakan kata-kata Darrel langsung menampar ingatan Kinara. Bukankah baru beberapa jam lalu mereka mengucapkan janji suci untuk sehidup semati? Astaga, bagaimana mungkin Kinara melupakannya? Tidak, tentu saja Kinara tidak melupakan fakta itu. Dia hanya masih merasa sulit untuk menerima kenyataan ini.

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang