Bab 10

8.1K 559 37
                                    

Setelah mengatakan kata-kata itu, Darrel menarik keras tangannya yang masih di genggam oleh Adellia. Lalu meninggalkan wanita itu begitu saja, namun begitu tiba di ambang pintu, dia menghentikan langkahnya.

"Supirku akan mengantarkanmu pulang! Jadi bersiaplah dari sekarang!"
Katanya dengan suara dingin, tanpa menoleh sedikitpun pada Adellia yang masih terisak pelan di tempatnya bergeming.

##

Dengan penuh kemarahan Darrel melajukan mobilnya, membelah jalanan ibu kota yang sedikit lengang di malam hari. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri, yang dengan bodohnya masih saja terpengaruh pada air mata Adellia.

Sial, seharusnya bukan seperti ini yang ia inginkan saat mengundang wanita itu untuk melayani hasrat biologisnya setelah sekian lama mereka tidak bertemu! Yeah, Darrel memang sengaja melakukannya, sekedar ingin menunjukkan padanya kalau dia sudah tak lagi memiliki nilai baginya.

Dan seharusnya dia merasa senang, saat melihat wanita itu menangis!

Seharusnya dia tidak perlu merasa bersalah telah menyebutkan nama wanita lain dalam percintaan mereka.

Bukankah Adellia pernah melakukan hal yang lebih parah daripada itu!

Bukankah wanita itu yang telah merubah hatinya menjadi kelam?

Bisa jadi karena air mata Adellia justru mengingatkannya pada Kinara. Yeah, gadis itu. Gadis yang bermata bulat dengan binar luar biasa cerahnya, yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.

Sial! Dia benci saat melihat kaum hawa itu menangis, membuatnya merasa jadi pelakon peran antagonis, padahal bukan dia penjahat sesungguhnya disini!

Sial Sial ... mendadak pertahanan dirinya harus runtuh hanya karena cairan bening sialan itu. Dan lagi, ingatan tentang gadis itu yang selalu menangis setiap kali berhadapan dengannya, entah kenapa membuat kepala Darrel terasa penuh? Kesedihan Kinara berhasil menggerogoti hatinya akan rasa bersalah yang tidak pernah ia harapkan ada di dalam sana. Oh, haruskah dia menyeret-nyeret gadis itu dan juga keluarganya--yang sebenarnya tidak pernah melakukan kesalahan padanya?

Sedang apa gadis itu sekarang ya?

Padahal baru beberapa jam yang lalu dia menyuruh gadis itu untuk pulang dengan di antar supir pribadinya, tapi Darrel ingin kembali melihatnya. Sial sial ... Darrel memukul kemudi dengan keras seraya mengumpat kata-kata kasar untuk kebodohannya sendiri.

Ingat Darrel, gadis itu adalah sumber kebahagiaannya. Yeah, Darrel tidak akan melupakannya, karena itulah dia melakukan semua ini pada Kinara.

Dan jika dia ingin membalaskan semua sakit hati dan dendamnya pada Sean, inilah saatnya!

Air mata dan juga kebahagiaan gadis itu tidak akan pernah berarti apapun baginya, karena dulupun tidak ada yang pernah peduli pada kebahagiaannya. Untuk itulah, Darrel kembali mengeraskan hatinya, seketikapria itu berusaha mematikan hatinya kembali seperti 4 tahun ini.

##

Di kediaman Aditama.

Di waktu yang sama, pria tua itu sedang berada di ruang kerja pribadinya--tengah memeriksa beberapa berkas yang harusnya ia sudah tanda tangani siang ini, namun terhalang karena ia harus menangani beberapa masalah yang cucunya buat di kamarnya. Dia tidak sendiri karena di sampingnya saat ini ada seorang pria paruh baya yang berusia di bawahnya, yang mana terlihat begitu sabar berdiri di sampingnya sejak beberapa waktu lalu--memberinya masukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sekiranya membutuhkan bantuannya. Dia adalah Bagja, pria yang sudah puluhan tahun lamanya bekerja sebagai asistennya.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu, lalu di susul oleh kemunculan seorang wanita tengah baya berseragam pelayan memasuki ruangan, wajahnya terlihat cemas bukan main. Secara otomatis Aditama langsung mengangkat wajahnya untuk kemudian menatap pelayan itu dengan wajah sedatar mungkin, berusaha bersikap sesantai mungkin untuk berita apapun itu yang akan pelayannya sampaikan kali ini.

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang