Bab 31

8K 654 71
                                    

"Kinara ... Proyek pembangunan resortku di sini sudah selesai, kemungkinan lusa kita akan kembali ke Indonesia," ucap Darrel setelah lama terdiam.

Harusnya Kinara senang mendengarnya, tapi mengapa ia harus kecewa saat menyadari kalau Darrel sedang mengalihkan pembicaraan mereka.

"Benarkah?" Kinara bertanya pelan, seolah kabar tersebut tidak membuatnya senang.

Darrel menoleh, dan menemukan wajah Kinara yang meredup. Darrel tidak tahu apa yang membuat Kinara tampak tidak senang, padahal Darrel pikir Kinara akan senang mendengarnya, mengingat sudah dua bulan sang istri menemaninya tinggal di mansion itu--pasti Kinara sudah merindukan keluarganya. Meski wanita itu tak pernah mngatakan apapun dan Kinara juga sering melakukan video call dengan keluarganya, namun Darrel mengerti kalau hal itu tidak akan cukup mengobati kerinduan itu sendiri. Tapi tak menyangka kalau respon Kinara saat ini malah terlihat biasa-biasa saja dan lebih terlihat tidak suka.

"Apa sebelum pulang masih ada yang ingin kamu lakukan di sini, seperti mengunjungi tempat-tempat di sini misalnya, atau mungkin ada yang ingin kau beli di sini? Kita bisa pergi dengan hellicopter jika kamu mau." Darrel menatap Kinara dengan sungguh-sungguh, berharap cara ini bisa membuatnya senang.

Kinara tercengang sekali lagi selama beberapa saat, dia kemudian menghela nafasnya dengan pelan, berusaha meredam rasa sesak yang kini mulai bersarang di dada.

"Tidak usah, lagi pula aku tidak begitu suka travelling dan belanja juga bukan hobbyku. Tapi kalau kamu ingin membawa Leta jalan-jalan, aku tidak melarang. Mungkin saja ... kamu ingin mengunjungi makan istrimu di sini, ku dengar ini rumah lama kalian, bukan?"

Kinara memasang ekspresi sedatar mungkin, berharap kalau Darrel tak mendengar nada kecemburuan sedikitpun di dalam suaranya.

Darrel menatap Kinara sembari tercenung, dan menilai ekspresi Kinara saat ini, sekedar untuk menyelami perasaan istrinya itu.

Apakah karena ucapannya mengenai Mirandha-yang membuat Kinara tampak murung?

Apa tidak apa-apa kalau aku berharap hal itu adalah benar?

Sebenarnya Darrel sudah ingin menceritakan yang sebenarnya pada Kinara mengenai rahasia yang di tutupinya selama ini, namun karena tidak ingin melukai hati wanita itu jika ia mengetahui fakta yang sebenarnya, akhirnya Darrel hanya menjawab singkat.

"Makam Mirandha bukan di sini dan dia ... bukan mantan istriku," katanya.

Kinara mengangguk mengerti dan tanpa sadar memegang besi pembatas dengan sedikit lebih kuat. "Maaf kalau aku salah bicara, kau pasti masih menganggapnya istrimu, iya kan?"

Ya Tuhan! Kinara tidak memungkiri kalau ucapannya malah menyakiti dirinya sendiri, sebenarnya apa yang terjadi dengannya, kenapa fakta bahwa Darrel masih menganggap wanita lainnya sebagai istrinya malah kembali memberikan denyutan yang luar biasa di hatinya? Padahal, tidak seharusnya dia merasakan hal seperti itu bukan?

Darrel yang melihat kegusaran di wajah Kinara, dengan reflek mendekat, kemudian memutar bahu wanita itu sebelum mengangkat dagunya yang sebelumnya tertunduk, membuat Kinara kini menatapnya.

"Istriku hanya kamu, karena aku belum pernah menikah dengan siapapun, selain denganmu." Usai mengatakan kalimat itu, Darrel menundukkan wajahnya untuk kemudian memagut lembut bibir Kinara, seolah tidak ingin memberikan kesempatan bagi wanita itu untuk berpikiran macam-macam lagi tentangnya.

##

Hari terakhirnya di pulau itu, Kinara membawa Aleta dengan di temani para Nanny-nya ke pantai, setelah mencari kerang dan menemukan dua ekor penyu yang kemudian di lepaskannya kembali, mereka akhirnya membuat istana pasir. Aleta senang tentu saja, saat melihat Kinara membuat istana yang sang besar untuknya. Bocah itu mengatakan jika sudah besar nanti dia akan membuatkan Kinara dan Daddy-nya sebuah rumah yang menyerupai istana--seperti yang ada di dalam dongeng-dongeng. Dan ucapan polosnya itu seketika membuat semua orang yang berada disana tertawa.

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang