Bab 6

8K 571 49
                                    

Kinara meremas jemarinya dengan cemas, saat ini dia sudah berada di depan sebuah rumah mewah yang di depan gerbangnya di jaga ketat oleh beberapa security, meski rumah di depannya saat ini tidak sebesar rumah Aditama, namun Kinara tahu bahwa hanya orang-orang dari kalangan jet set-lah yang mampu membeli rumah di kawasan elit ity.

Kinara memberikan uang kepada supir taksi yang tadi mengantarnya ke tempat tersebut, sebelum berjalan enggan menghampiri beberapa penjaga yang masih belum menyadari kemunculannya. Rintik hujan yang turun tidak menyurutkan niatnya untuk menemui pria itu-pria bajingan yang sudah memporak-prandakan kehidupannya dalam waktu singkat.

Kinara berdekham, hingga para penjaga itu menoleh ke arahnya.

"Maaf, apakah ini benar alamat disini?" Kinara mengulurkan ponselnya pada salah satu dari penjaga itu.

"Benar Nona, Nona ingin mencari siapa?"

Kinara mengusap wajahnya yang basah karena terpaan air hujan yang turun semakin besar. Tiba-tiba seorang penjaga lagi mendatangi mereka, dan mempersilahkan Kinara untuk masuk, sebelum Kinara sempat menjawab pertanyaan itu. Dengan enggan Kinara tetap mengikuti pria itu, yang mana sempat memberikannya payung lebih dulu.

Pria itu membawa Kinara memasuki pintu kayu besar bercat hitam yang sudah terbuka, seorang pelayan wanita yang berdiri di teras memberikan handuk kecil kepada Kinara, yang mana langsung di terima Kinara dengan ragu. Bisa jadi, karena tidak ingin banyak bertanya yang nantinya malah akan memperlambat niatnya untuk menemui pria itu, akhirnya Kinara menurut saja saat pria tadi menghelanya melewati lorong demi lorong yang ada di bagian sayap kanan rumah tersebut.

Suasana senja yang mulai terbenam seketika membuat bulu kuduk Kinara berdiri, perasaan tak enak langsung merayapi hatinya seketika. Rumah itu sungguh terlihat begitu suram. Oh apakah sebaiknya dia kembali lagi saja ke rumah sakit dan memikirkan solusi lainnya untuk menolong keluarganya, tanpa terlibat dengan pria itu lagi? namun begitu ingatan tentang kodisi Widy yang secepatnya harus mendapatkan penanganan seketika membulatkan tekadnya kembali--bahwa apa yang ia lakukan sudah benar.

Hingga tanpa sadar pria itu sudah membawanya menuju pintu kayu bercat hitam lainnya yang letaknya paling di ujung lorong, seketika perasaan tak enak yang sejak tadi di rasakannya kini terasa berkali-kali lipat menyerang hatinya. Usai pria yang membawanya tadi mengetuk pintu itu sekali, terdengar suara yang akhir-akhir ini terasa begitu menyeramkan di pendengarannya.

"Masuk!" Ucap suara di dalam sana.

Kinara menelan salivanya dengan gugup, seirama dengan pintu yang perlahan mulai terbuka, menampilkan sosok angkuh yang bergeming di tengah ruangan dalam balutan kimono tidur pria.

Tak menunggu lama, pria tadi yang membawanya pergi begitu saja, meninggalkannya di depan ruangan yang lebih mirip sebuah kamar itu.

"Mau sampai kapan kamu akan berdiri saja di sana?"

Suara teguran Darrel di depannya seketika menyentak kesadaran Kinara dengan keras. Kinara mengerjap gugup, dan langsung menemukan sosok Darrel yang tengah berdiri pongah tepat di hadapannya.

"Kau tahu, jika kamu tidak segera masuk kemari, aku yakin sebentar lagi para anak buahku akan melihat lekuk tubuhmu dengan air liur menetes!"

"Ap-apa?" Kinara benar-benar tidak mengerti dengan yang pria itu katakan, namun dengan lugunya dia langsung berlari masuk ke dalam kamar dengan tubuh yang gemetaran karena pakaiannya yang basah.

Detik berikutnya, Darrel menutup pintu itu lalu berjalan ke arah lemari kayu berukuran besar sebelum melemparkan sebuah kemeja miliknya kepada Kinara. Dengan reflek Kinara langsung menangkap kemeja itu kendati dia sendiri masih belum mengerti untuk apa pria itu memberinya kemeja.

Sweet Revenge (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang