Joohyun terus menatap dengan seksama wajah remaja lelaki yang tengah mengunyah di depannya kini. Ia seperti begitu gemar melihat wajah tampan dan polos Jinyeong.Beberapa saat yang lalu, remaja lelaki itu datang ke kediaman sang kakak. Mungkin karena weekend, Jinyeong seperti ingin menghabiskan waktu berdua dengan Joohyun. Ia bahkan mengatakan ingin memakan macaron buatan Joohyun, dan berakhir dengan mereka berdua bergelut di dapur.
"Macaron noona masih sama enaknya?" Tanya Joohyun mendekatkan piring berisikan berbagai macam macaron warna-warni yang tadi di buatnya ke hadapan Jinyeong.
Jinyeong mengangguk "Ne. M-manisnya sangat pas. Aku me-menyukainya noona. S-sangat suka."
"Makanlah perlahan!" Ujar Joohyun dengan senyum di wajahnya. Gadis itu begitu senang mendapatkan pujian dari sang adik.
Dengan tangan yang memegang macaron berwarna coklat, Jinyeong menatap wajah kakaknya.
"Ada apa? Kau ingin sesuatu?" Tanya Joohyun karena tak mengerti arti tatapan yang Jinyeong berikan padanya.
Jinyeong mengetuk-ngetuk meja di depannya dengan pandangan yang bergerak ke kiri dan kanan. Ia sepertinya merasa berat mengeluarkan apa yang dirinya ingin katakan.
"Katakan saja, Jinyeong-aa! Ada yang ingin kau sampaikan, bukan? Ayo, katakanlah!"
Jinyeong memberikan pandangan polos pada kakaknya, sebelum mengeluarkan apa yang ingin ia katakan.
"Kapan n-noona mendapatkan ba-bayi? Aku ingin k-keponakan laki-laki."
Joohyun terhenyak mendengar pertanyaan Jinyeong. Bahkan sangat. Bagaimana dirinya harus menjawab pertanyaan semacam itu?
Jinyeong terlihat sedih, karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Joohyun.
"D-doakan saja, hm? Tapi kenapa Jinyeong menginginkan keponakan?" Ujar Joohyun gugup. Hanya itu yang dapat ia keluarkan sebagai tanggapan atas pertanyaan Jinyeong
"Agar noona m-memiliki teman bermain. A-aku tak ingin n-noona kesepian di rumah sebesar ini." Ujar Jinyeong menatap ke arah lain, tanpa ingin melihat netra Joohyun.
"Makanya Jinyeong tinggallah disini agar noona tak kesepian." Joohyun merasa sesak di dadanya. Kekhwatiran kecil dari lelaki di depannya ini begitu menyentuh hati Joohyun. Sebegitukah Jinyeong memikirkannya?
Jinyeong menggeleng, dan menatap Joohyun "A-aku tak selamanya ber-sama noona. Aku j-juga sudah meminta Taehyung hyung untuk menjaga noona."
Mata Joohyun mulai berkaca-kaca. Ia merasa seperti adiknya ini tengah berbicara seolah-olah akan pergi jauh dan menitipkannya kepada Taehyung.
"Kenapa berkata begitu? Kau seharusnya juga menjaga noona bersama Taehyung hyung." Ujar Joohyun tercekat.
Jinyeong terlihat panik melihat cairan bening yang jatuh ke pipi Joohyun.
"J-jangan menangis. Jangan me-nangis." Jinyeong beranjak dari duduknya dan menghampiri Joohyun untuk membawa tubuh sang kakak ke pelukannya.
Joohyun juga tak tahu kenapa air matanya jatuh begitu saja. Hatinya tiba-tiba saja terasa sakit. Walaupun begitu, ia tetap membalas pelukan hangat yang di berikan oleh Jinyeong.
*****
Taehyung terus memandangi wajah damai Joohyun di atas ranjang. Lelaki Kim itu sudah bangun beberapa menit yang lalu, namun ia tak kunjung beranjak dari tempatnya dan lebih memilih memperhatikan Joohyun yang masih setia dengan mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's you (VRENE)
RomantikOrang bilang, saat paling bahagia itu adalah ketika bersama dengan orang yang paling kita cintai. Menghabiskan waktu bersama dan menjaga janji sehidup semati yang sudah di ucapkan di hadapan tuhan. Terdengar klise memang, tapi tak semua orang dapat...