Joohyun mendekap erat tubuh Jinyeong, kala sang adik terus menolak untuk memasuki mobil.Hari ini Jinyeong sudah di perbolehkan pulang setelah mendengar pertimbangan dokter, karena Song ahjussi berkata jika Jinyeong harus ada di rumah sebelum tuan Bae pulang dari Shanghai. Jika tak begitu, pria yang sudah lama menjadi sopir keluarga Bae itu dapat menebak tuan besarnya tak akan tinggal diam. Awalnya Joohyun menolak dengan tegas gagasan tersebut. Dirinya tak membiarkan sang adik keluar dari rumah sakit sebelum benar-benar sembuh. Namun, Joohyun kembali menimbang-nimbang setelah mendengar penjelasan dari sepasang suami-istri tersebut.
'Tuan besar akan semakin melakukan hal yang membuat tuan muda tersakiti, jika tak mendapatinya di rumah, nona Joohyun. Anda tahu sendiri, tuan besar tak akan membiarkan tuan muda keluar dari pengawasannya.'
'Nona tenang saja, kami berdua akan berusaha semaksimal mungkin agar tuan muda tak mengalami hal semacam ini lagi.'
Joohyun pun mau tak mau setuju. Dirinya juga paham betul dengan tabiat tuan Bae. Walaupun ia membawa Jinyeong pergi bersamanya, pria itu selalu mengetahui tempat mereka dan membawa Jinyeong kembali ke rumah bak neraka itu.
Kalian bertanya kenapa tuan Bae terus membuat Jinyeong berada di dalam pengawasannya, padahal dia ingin sekali membuat anak lelaki itu menghilang dari dunia ini?
Jawabannya sederhana saja.
Karena tuan Bae tak mau orang-orang tahu jika Bae Jinyeong, remaja laki-laki yang berkebutuhan khusus itu adalah putra semata wayangnya. Pria yang Joohyun sebut sebagai iblis itu tak pernah mau menganggap Jinyeong sebagai anak, melainkan menganggapnya sebagai sebuah kesialan.
Maka dari itu, Joohyun dari dulu terus mencari uang agar bisa pergi ke tempat yang jauh bersama Jinyeong. Hingga pria yang ia benci tak akan pernah bisa menyentuh adik tersayangnya.
"Aku tidak mau pergi. A-ku tidak mau pergi. Aku mau b-bersama noona. A-ku tak mau berada di kamar mandi lagi." Jinyeong terus merengek tak ingin pulang, membuat Joohyun ingin sekali menahan lelaki itu untuk tetap bersamanya.
Joohyun menguraikan pelukan mereka dan menatap manik Jinyeong yang terus menyiratkan ketakutan "Bae Jinyeong, dengarkan noona!" Ujar Joohyun sambil mengangkat dagu adiknya tersebut agar menatap matanya.
"Noona sekarang tak bisa ikut dengan Jinyeong. Noona harus pergi bekerja, agar mendapatkan banyak uang untuk membeli makanan kesukaan Jinyeong. Tapi noona janji kita akan bertemu akhir pekan ini. Kita akan kencan berdua, bagaimana?"
Jinyeong masih menatap gadis di depannya dengan pandangan tak rela.
"Noona berjanji padamu, Jinyeong-aa. Apa pernah noona tak menepati janji padamu?" Ujar Joohyun menyakinkan sang adik.
Jinyeong mengangguk kecil dan menyodorkan kelingkingnya pada sang kakak "Janji. N-noona tak boleh mengingkarinya. Tak boleh. M-mengingkari janji itu tak b-baik."
Joohyun tersenyum dan menautkan kelingkingnya dengan Jinyeong "Noona berjanji."
Jinyeong melepaskan tautan tangannya dan menatap sepasang suami-istri yang tengah menatapnya dan Joohyun.
"Jinyeong-aa." Panggil Joohyun dan memegang bahu adiknya, membuat remaja lelaki tersebut menghadap ke arahnya.
"Saat pulang, jangan melakukan apapun. Jika perlu, jangan pernah keluar dari kamarmu kecuali saat pergi ke sekolah. Dan jika membutuhkan sesuatu, katakan saja pada Song ahjumma. Mengerti?" Joohyun berujar dengan serius.
Jinyeong mengangguk dan membuat Joohyun otomatis turut mengangguk.
"Pergilah! Noona harus pergi bekerja sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's you (VRENE)
RomantizmOrang bilang, saat paling bahagia itu adalah ketika bersama dengan orang yang paling kita cintai. Menghabiskan waktu bersama dan menjaga janji sehidup semati yang sudah di ucapkan di hadapan tuhan. Terdengar klise memang, tapi tak semua orang dapat...