Joohyun mengeratkan genggamannya pada buket bunga lily yang berada di pangkuannya.Supir pribadi wanita itu sudah dari tadi membukakan pintu untuk sang majikan, namun Joohyun sepertinya belum siap untuk turun.
Rasanya masih begitu berat untuk Joohyun menemui Jinyeong.
Ya. Saat ini Joohyun berada di area pemakaman, tempat di makamkannya sang adik. Entah tadi mendapatkan dorongan dari mana, Joohyun tiba-tiba saja ingin memberanikan diri untuk mengunjungi makam Jinyeong. Dan ini tentu saja kunjungan pertamanya setelah kepergian Jinyeong 5 bulan lalu.
Joohyun menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan nya perlahan, sebelum keluar dari mobil.
"Nam ahjussi tunggu disini saja. Aku akan kesana sendiri saja."
Pria yang Joohyun panggil Nam ahjussi itu awalnya ingin menolak perintah sang majikan, karena ia di perintahkan oleh Taehyung untuk tak pernah meninggalkan sang nyonya ketika berada di luar. Namun mendengar nada bicara Joohyun yang terdengar seperti tak ingin di bantah, membuat pria itu terpaksa mengangguk mengerti.
Dengan langkah kaki yang cukup berat, Joohyun melewati beberapa makam sebelum sampai pada makam adik tersayangnya.
'Kau bisa Joohyun. Kau harus bisa melakukannya.' Batin Joohyun pada dirinya sendiri, dan semakin melangkah mendekati makam Jinyeong.
Joohyun beberapa saat hanya menatap nisan sang adik dengan pandangan pilu, dan selanjutnya senyum tipis menghiasi wajah berisinya.
Mungkin orang yang tak mengerti Joohyun, akan mengira jika wanita itu terlalu berlebihan karena adiknya meninggal dunia.
Namun tahukah kalian, bahwa kadang seseorang dapat bertahan hanya karena satu orang? Lalu bagaimana jika orang yang menjadi alasan itu pergi meninggalkan kalian untuk selamanya? Bisakah kalian masih berkata 'berlebihan' untuk masalah ini?
Setiap orang memiliki perasaan dan cara bersikap yang berbeda-beda saat di tinggalkan orang tersayang.
"Noona datang, Jinyeong-aa." Ujar Joohyun, sambil mencoba untuk duduk di rumput hijau pemakaman. Perutnya yang sudah membesar, membuat Joohyun harus hati-hati dalam bergerak.
Tangan Joohyun terulur untuk mengusap nisan yang bertuliskan nama adiknya.
Manik Joohyun mulai berkaca-kaca. Sepertinya kata-kata penyemangat yang tadi ia utarakan untuk dirinya sendiri tak berpengaruh sekarang. Pertahanannya tetap saja runtuh.
"Mianhae. Noona tak ingin seperti ini, tapi rasanya sangat susah, Jinyeong-aa. Disini terasa sangat sesak." Ujar Joohyun meremas dada sebelah kirinya.
Joohyun sudah tak bisa lagi berkata-kata. Rasa sakit yang selama ini ia tahan demi sang jabang bayi dan juga Taehyung, hari ini tumpah.
Joohyun merindukan sosok Jinyeong. Sangat amat merindukannya.
"Butuh waktu berbulan-bulan untuk noona menemuimu. Noona sudah berkali-kali menyakinkan diri agar dapat melepaskan mu. Tapi saat ini, n-noona... Noona rasanya tak bisa melakukan itu. Apa yang harus noona lakukan, Jinyeong-aa.... Tolong bantu, noona...hiks..."
Joohyun menutup wajahnya. Pergelangan tangannya bahkan selalu di hiasi oleh gelang pemberian Jinyeong. Sangat menandakan bahwa wanita itu menghargai setiap yang adiknya berikan. Walaupun itu sederhana sekalipun.
Joohyun berusaha menahan air matanya yang terus saja jatuh tanpa di pintah. Ia tak ingin terus larut dalam kesedihan ini. Dan Jinyeong di atas sana mungkin juga tak menginginkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's you (VRENE)
RomansaOrang bilang, saat paling bahagia itu adalah ketika bersama dengan orang yang paling kita cintai. Menghabiskan waktu bersama dan menjaga janji sehidup semati yang sudah di ucapkan di hadapan tuhan. Terdengar klise memang, tapi tak semua orang dapat...