Pagi hari ini cahaya matahari bersinar dengan sangat terang, udaranya pun terasa sangat sejuk. Hm, aku mencium aroma-aroma keberuntungan, kurasa hari ini akan menjadi hari yang baik!
"Nona, tuan Evan menyetujui permintaan anda."
Nah kan, baru juga dibicarakan. Eh ternyata, sudah muncul aja toh si keberuntungan ini. Aku sontak tersenyum lebar, dan membalikkan badanku guna menatap seorang pria tua yang sedang menunduk hormat kepadaku.
"Baik," sahutku. "Jadi apa ada instruksi atau penjelasan apapun dari kakakku mengenai hal ini?" tanyaku.
Dia menganggukkan kepalanya. "Iya, tuan berkata kalau nanti siang akan ada kereta yang datang untuk menjemput nona, karena itu nona diharapkan untuk segera bersiap-siap," ucapnya.
Aku mengerutkan dahiku saat mendengar hal itu. "Lalu kenapa dia tidak datang menemuiku jika aku akan pergi hari ini juga?" bingungku. Apa dia tidak ingin melihatku sebelum aku pergi? Bahkan mengucapkan salam perpisahan pun tidak akan dia lakukan?
"Tidak, tuan muda bilang kalau dirinya tidak akan sanggup jika harus mengantar kepergian nona."
Ah, begitu rupanya. Ya sebenarnya aku juga agak tidak tega sih kalau harus meninggalkan kakak sebaik dan seimut dia. Tapi ya apa boleh buat, tenang saja kakak baikku, kupastikan di masa depan nanti aku akan meminta si calon kaisar itu untuk menjamin kedamaianmu juga!
Baik! Sekarang adalah waktunya untuk merapikan barang-barang yang akan kubawa nanti.
=====
Para pelayan mulai memasukkan seluruh barang bawaanku ke dalam bagasi kereta. Aku naik ke atas kereta kuda yang telah disediakan oleh kakakku ini, dan duduk dengan tenang di dalam kereta sebelum tiba-tiba kusir tersebut menanyakanku sebuah pertanyaan berat.
"Nona, kita akan pergi ke desa mana?"
Sialan! Aku belum pernah berpikir mengenai lokasi pasti dimana desa itu berada. Yang aku ketahui hanyalah fakta kalau dia tinggal di sebuah desa yang tenang, dan penduduknya sangat sedikit. Hanya itu yang kuketahui meski aku adalah penulis cerita itu sendiri.
Nama desanya apa ya? Eum, bagaimana kalau. "Desa yang penduduknya paling sedikit terletak dimana?" tanyaku. Pertanyaan yang luar biasa tidak jelas bukan? Ya memang, kalau sampai si kusir bisa menjawab maka aku cap dia sebagai jen—.
"Ah, ada. Namanya adalah desa Ithis dan desa itu terletak di padang rumput terpencil, karena itu hanya ada sedikit penduduk yang tinggal di sana. Tapi meski begitu, desa tersebut sangatlah damai, bisa dibilang Ithis adalah tempat terdamai di kekaisaran ini."
WOW DIA JENIUS KAWAN!
Eh, tapi kok dia bisa tahu banyak ya? Padahal seharusnya desa ini tidak terlalu terkenal di kalangan masyarakat. "Bagaimana bisa paman mengetahuinya sampai serinci itu?" heranku.
Dia terkekeh pelan sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Ah, itu karena saya berasal dari sana. Saya merantau dari desa ke kerajaan ini untuk mencari nafkah sebagai kusir, dan entah kebetulan dari mana saya bisa bertemu dengan nona hehehe."
Kebetulan yang luar biasa. Eh, tapi jika benar seperti ini maka aku bisa menanyakan hal ini supaya segalanya dapat lebih pasti. "Eum, paman merantau sejak berapa tahun?" tanyaku. "Dan kapan terakhir kali paman kembali ke desa itu?"
"Terakhir kali ya..." Dia mengusap dagunya pelan sambil menatap kearah langit-langit kereta. "Hm, mungkin sekitar tiga tahun atau empat tahun yang lalu," ucapnya.
Ukh! Kesempatan langka! Jika diingat-ingat nama calon kaisar itu adalah Romeo, dan karena desa Ithis adalah desa yang minim penduduk maka seharusnya mereka saling mengenal penduduk desa satu sama lain dong.
"Paman, apa anda mengenal anak laki-laki yang berusia sedikit lebih tua dariku bernama Romeo?" tanyaku cepat.
Pemuda itu tampak kebingungan, matanya lagi-lagi menatap kearah langit-langit sambil berusaha mengingat sesuatu, dan tak lama kemudian wajahnya bingungnya tiba-tiba menghilang digantikan dengan ekspresi senang.
"Saya tahu! Dia anak angkat dari sebuah keluarga petani di desa itu, tapi bagaimana cara nona bisa mengetahui soal Romeo? Dia itu anak yang cukup dihindari oleh para penduduk loh, hanya sedikit penduduk yang mau berbicara dengannya."
Nah kan, sudah kuduga dia diperlakukan seperti itu oleh sebagian warga. Menurut cerita, si Romeo di cap buruk oleh para warga karena asal-usulnya yang tidak jelas. Dia muncul secara tiba-tiba di depan rumah petani tersebut, dengan kain berlumur darah yang menyelimuti tubuhnya.
Ya, sebenarnya itu adalah darah dari prajurit yang membawanya hingga ke depan pintu rumah petani itu sih. Dia lahir di tengah medan perang, dan ibu Romeo yang dipaksa untuk ikut menemani sang kaisar berperang saat ini tiba-tiba malah melahirkan. Dia akhirnya menyuruh seorang prajurit untuk membawa anaknya ke tempat yang paling damai agar anaknya itu terhindar dari yang namanya politik, dan dunia kekaisaran.
Tapi naas sekali karena ternyata di masa depan nanti harapan mendiang ibu Romeo malah tidak tercapai karena nama Romeo yang tertulis sebagai pewaris takhta.
"Aku hanya mengenal namanya saja, kami tak pernah bertemu," sahutku. "Paman, tolong antarkan aku ke tempat tinggal anak laki-laki bernama Romeo itu ya."
"Baik nona."
=====
Good Morning gaes~
ASTAGA KOK UDAH SENIN AJA SIH AKU BUTUH HARI LIBUR TAMBAHAN! 😭
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...