D U A P U L U H L I M A

34.6K 7K 713
                                    

Apakah ini semacam ancaman yang berarti kalau aku tak boleh mendekati siapapun? Tapi tunggu, kalau begitu berarti sekarang aku malah semakin berada dalam masalah dong? Astaga kenapa hidupku begini banget tolonglah!

Dia semakin mendekatkan wajahnya kepadaku. Oh shoot, tidak-tidak, Romeo bahkan tak pernah melakukan hal semacam ini kepadaku dan sekarang dia malah ingin mendahuluinya? BIG NO! Aku sontak langsung memalingkan wajahku ke samping dan menolak mentah-mentah adegan tersebut.

Mungkin tingkahku ini akan menyinggungnya, tapi aku tidak menerima ciuman dari pria manapun kalau dia bukan Rom—. Astaga Valerie, kenapa dirimu malah memikirkan pria itu, ingat statusnya yang sekarang adalah kaisar nak, lagi pula aku yakin kalau Romeo sudah tidak akan mengenalku lagi, atau dia pasti sudah tidak menyukaiku seperti dulu lagi.

Tapi itu bagus sih, karena dengan begitu sifat Romeo tidak akan melenceng dari jalur aslinya.

Dia mendengus sebal, namun tak lama kemudian aku dapat merasakan tangannya yang mengelus lembut pucuk kepalaku dan di susul dengan kecupan singkat pada pipiku yang sontak membuatku terkejut sekaligus menatapnya bingung.

"Aku tahu kau belum siap dengan hal ini, karena itu tenanglah aku tidak akan memaksamu sebelum kau terbiasa," ucapnya dengan senyuman manis yang luar biasa menyilaukan.

Ehm, kenapa dia tidak tampak seperti orang jahat? Ya kecuali untuk ucapannya tadi yang jujur saja sangat-sangat mengerikan karena mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut seorang pria obsesif.

Tapi dia tidak seobsesif seperti yang seharusnya, padahal aku yang menulis alur dan sifat para tokoh di ceritaku itu. Namun kenapa sekarang malah aku juga yang kebingungan ya? Ah entahlah, yang kuinginkan saat ini adalah perjalanan ini cepat selesai sehingga aku dapat melihat Romeo.

Perjalanan kembali berlanjut seperti biasanya, dan kali ini aku jauh lebih diam karena Javier tidak menyuruhku bercerita lagi. Namun masalahnya, sepanjang perjalan ini tatapan pria itu bagaikan lem yang melekat terus ke wajahku.

Dan untungnya berkat sikap pura-pura ga tahu 'ku itu, akhirnya aku berhasil sampai di kerajaan kaisar dengan sehat walafiat tanpa ada satu pun anggota tubuh yang tertinggal di jalanan. Kereta yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan kerajaan, dan aku menatap istana megah tersebut dengan tatapan yang berbinar-binar.

"Kau tidak pernah melihat istana sebesar ini sebelumnya?" tanya Javier.

"Aku tidak pernah, istana ini terlihat berbeda dibandingkan istana-istana lainnya, dia sangat terang, besar, dan hidup," sahutku.

"Hm, kalau kau ingin maka aku ak—."

"Aku tidak ingin!" Javier sontak terdiam dan mengerjapkan matanya berkali-kali akibat terkejut. "Ma-Maksudku, untuk apa rumah semegah ini hah? Untuk mengurus tempat seperti ini pasti akan memerlukan banyak sekali biaya."

Dia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berucap, "Hm, aku tak masalah kalau harus mengeluarkan banyak biaya sekalipun, selama itu untukmu maka segalanya akan kuberikan."

Ukh, Javier, kuberikan kau pencapaian karena sudah membuat jantungku berdegup kencang sekarang. "Tapi aku yang merasa sungkan padamu, jadi tolong jangan lakukan hal semacam itu, karena aku takut tak dapat membalas perbuatanmu," ucapku.

"Kau ingin membalas perbuatanku?"

"Tentu saja aku harus membalas perbuatanmu kalau kau melakukan sesuatu untukku, itu namanya balas budi kau tahu?" timpalku, dan dia tiba-tiba malah tertawa saat mendengar ucapanku. "Kenapa kau malah tertawa?" bingungku.

"Tidak apa, kau lucu."

Hah? Apa maksudnya?

"Tuan, Nona, kita telah sampai."

Aku menoleh ke arah pintu kereta kuda yang telah dibuka oleh seorang pelayan pria dari kediaman Javier. Dia melangkah mundur beberapa langkah dari pintu, kemudian menunduk hormat padaku dan Javier.

"Silakan," ucap Javier sembari mengulurkan tangannya, dan aku menerima uluran tangan tersebut. Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku kemudian berbisik pelan, "Nanti kau jangan pergi terlalu jauh, karena kalau kau nyasar aku tak jamin dapat menemukanmu."

"Ah, tapi kalau kau nyasar di pelukan pria lain maka aku akan langsung menemukanmu."

Cih, perumpamaan macam apa itu.

Kami akhirnya berjalan menuju pintu raksasa ballroom, dia mengangkat sedikit lengannya, dan memberikanku akses untuk merangkul tangannya itu. Pintu raksasa tersebut akhirnya terbuka, dan penyambut tamu sontak berkata.

"Duke Javier Martinez Devanso bersama dengan pasangannya, Nona Valerie Juliet Gislan telah hadir di acara penobatan sang kaisar!"

Pintu tersebut terbuka lebar, dan aku dapat melihat nuansa mewah yang merambat keluar dari balik pintu tersebut. Lantunan musik klasik membuat ruangan ini terasa semakin mewah, belum lagi tembok-temboknya yang berlapis emas serta hiasan ruangan yang terbuat dari berlian.

Jiwa miskinku menangis melihat pemandangan ini.

Tapi ada yang aneh, aku tak dapat melihat sosok Romeo di dalam acara ini. "Eum, Javier," panggilku yang dibalas dengan tolehan kepala oleh pria itu. "Dimana si calon kaisar itu? Aku tak dapat melihatnya dimana-mana."

"Ah, dia akan datang setelah seluruh bangsawan yang diundang berkumpul di ballroom ini," jelasnya yang kubalas dengan anggukan kepala. "Tapi Valerie, kenapa kau tampak penasaran sekali dengan calon kaisar itu?"

Aku terkejut mendengar pertanyaannya itu, dan hanya bisa terkekeh pelan sambil menggaruk tengkukku. "Tidak apa, hany—." Ucapanku terpotong saat suara pintu yang terbuka kembali terdengar di indra pendengaranku, dan kemudian ucapan dari si penyambut tamu langsung membuatku terkejut.

"Yang Mulia Kaisar, Romeo Caesar Lucero Esteban telah tiba."

=====

Hiya teman-teman, selamat datang di update-an kedua hari ini. Sesuai dengan janjiku di part sebelumnya, hari ini kita akan menunjukkan foto si bapak Valerie. Tapi sebelum aku kasih, aku mau kasih sedikit info masa lalu bapaknya dulu ya.

Dia menikah pas masih muda banget, alias tujuh belas dan di usia yang sama, si Evan lahir.
Tapi sayang, dia menikah itu karena perjodohan keluarga, dan sifat dari ibu si Valerie sama Evan itu jahat banget.

Mangkannya keluarga Valerie sejauh ini yang aku ceritain cuma ada bapaknya sama si Evan, sementara ibunya itu kerjaannya jalan-jalan mulu ngabisin uang si bapak, dan dia ga pernah pulang.

Dah lah, ayo langsung liat foto bapaknya awokwokwok.


.



.











.









[G U S T A V   D E   G I S L A N]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[G U S T A V   D E   G I S L A N]

fyi, usia bapak 34 tahun~

NAHLOH! PANGLING GA TUH 😌

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang