L I M A

45.2K 8.5K 852
                                    

Kereta kuda mulai berjalan menuju desa Ithis. Waktu perjalanan pun sangat lama, demi apa aku mulai lelah duduk di sini, lama-kelamaan aku mulai membaringkan kepalaku di kursi sebelah, dan meluruskan kakiku.

Ya mumpung tidak akan ada tukang protes gitu, jadi kenapa tidak? Hitung-hitung juga tidak ada orang yang memperhatikan tingkah lakuku saat ini.

Entah sampai berapa lama perjalanan ini akan memakan waktu, namun yang pasti aku sangat mengantuk saat ini. Aku melirik kursi seberang, dan menatap kearah seorang remaja laki-laki yang hanya terpaut beberapa tahun lebih tua dariku. Dia berpakaian layaknya seorang ksatria muda.

"Kau tidak lelah duduk seperti itu?" tanyaku padanya. Dia melirikku kecil melalui sudut matanya, lalu kembali menatap kearah jendela tanpa menjawab pertanyaanku. "Hm, terserahlah," tambahku.

Peduli amat mau dia sakit tulang atau gimana pun, bukan urusanku sama sekali. Aku pun mulai memejamkan mataku, dan tidur. Semoga saja setelah ini aku sudah sampai di desa itu.

=====

Rupanya Tuhan tak menjawab harapanku ini, hiks. Aku menatap nanar kearah luar jendela, langit sudah gelap dan kami masih belum mencapai tujuan juga. Aku memberanikan untuk bertanya kepada kusir.

"Paman, kita akan sampai dalam berapa lama?" tanyaku.

Pria yang duduk di kursi pengemudi itu menoleh kearahku, dan tersenyum. "Kalau dari sini mungkin akan sampai dua hari lagi, saya rasa nona sangat tidak sabaran ingin bertemu dengan anak bernama Romeo itu ya," sahutnya.

Dua hari lagi? Lama sekali, tapi lebih dari itu aku merasa kasihan dengan paman itu. "Apa paman tidak kelelahan?" tanyaku yang merasa iba dengannya. "Kalau paman lelah kita boleh berhenti untuk istirahat kok."

Pria itu tersenyum lebar. "Tidak apa-apa, saya sudah terbiasa dengan hal ini kok, namanya juga pekerjaan hehehe," jawabnya.

Ya namanya mencari nafkah mau gimana lagi. Sekarang aku menatap kearah anak laki-laki yang akan menjadi pengawal pribadiku mulai sekarang, dia terlihat kelelahan namun matanya itu tetap saja tampak datar.

"Hei, kau boleh tidur kalau kau mau," ucapku sambil bertopang dagu menatap surai ungu anak itu. Dia pria, tapi kenapa warna rambutnya ungu ya? Feminim sekali, selain itu aku juga tak mengetahui kalau ada tokoh sepertinya di dalam cerita.

Dia melirikku sejenak kemudian meluruskan kembali pandangannya sambil mendengus. "Aku tidak mau tertidur di depan orang begitu saja. Selain itu, asal kau tahu, sudut bibirmu." Aku menaikkan sudut alisku dan menatapnya dengan tatapan bertanya. "Lap dulu sudut bibirmu itu."

Sialan! Aku tidak sadar kalau ngiler, ugh. Sontak aku langsung membersihkan sudut mulutku yang ternyata memang mengalirkan air liur. Aduh malu tujuh turunan dah ini, untung yang lihat cuma dia, kalau sampai banyak mah mau ditaruh dimana mukaku?

"Ma-Makasih! Siapa namamu?!" Astaga saking gugupnya aku sampai ngegas begini hiks. Semoga saja dia tidak mengiraku sebagai majikan galak.

Bukannya menjawab pertanyaanku barusan, dia malah menatap kearah jendela lagi. Aku mendengus kesal, dan menundukkan kepala sambil memainkan kakiku sendiri. Dasar, padahal aku hanya menanyakan nama saja tapi dia malah seperti itu.

"Ainsley."

"Ya?" kagetku.

"Namaku, Ainsley Winslet," ucapnya yang masih tak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela. "Aku putra bungsu keluarga Winslet, dan tujuanku adalah menjadi ksatria terbaik di kerajaan ini. Tapi kau menghancurkan harapan itu, mangkannya aku tak menyukaimu."

Lah kok jadi aku yang salah? Memangnya aku melakukan kesalahan apa sampai dia menjadi seperti ini padaku? Aneh sekali.

"Kenapa gara-gara aku?" heranku.

"Karena aku harus menghabiskan masa latihanku selama dua tahun kedepan untuk menemanimu di pedesaan, apa kau tahu kalau hal itu sangat membuang-buang waktuku?" kesalnya.

"Aku tak memaksamu untuk menemaniku di pedesaan nanti, kau boleh kembali ke kediamanmu, aku akan menuliskan surat pernyataan agar kau dapat kembali dengan tenang," ucapku.

Dia menoleh kearahku dengan tatapan terkejut. Namun tak lama kemudian, dia malah kembali menatap kearah luar jendela dan menopang dagunya. "Tidak perlu, aku bukanlah tipe pria yang akan mengabaikan tugasnya hanya karena keinginan pribadi, mau bagaimana pun ini adalah tugas dan tanggung jawabku."

"Kalau begitu kau jangan membenciku," ketusku. "Aku sudah menawarkanmu, dan kau menolaknya berarti itu adalah kesalahanmu sendiri yang menolak tawarannya 'kan?"

"Cih, aku tidak bilang kalau aku membencimu hei! Aku tadi bilang kalau jangan harap aku akan menyukai seseorang sepertimu. Eh, menyukai dalam artian suka sebagai orang loh, bukan suka sebagai gadis."

"Idih, siapa juga yang mau sama orang sepertimu hah!"

"Sudahlah tuan nona sekalian, jangan bertengkar di malam hari atau kalian bisa saja memancing makhluk-makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar sini," ucap sang kusir yang sontak membuatku merinding ketakutan.

"Memang ada yang seperti itu di sini?" tanya Ainsley.

Pria kusir tersebut terkekeh pelan, sambil menoleh kearah kami berdua yang duduk di bangku belakang. "Tentu saja ada—." Dia menggantungkan kata-katanya, dan memasang senyum seramnya. "—aku dapat melihatnya, satu yang dibelakang nona muda."

"ARGHH SIALAN AKU TAKUT ANJIR!"

Aku sontak berpindah dari kursiku, dan langsung mencengkram erat pakaian Ainsley yang sedang menatapku dengan tatapan kebingungan. Sementara aku balas menatapnya bingung, suasana tiba-tiba menjadi hening seketika.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ainsley.

"Takut," sahutku.

Ainsley mengernyit heran kemudian menatap kearah kursi yang merupakan tempat dudukku sebelumnya. "Tapi tidak ada apa-apa di sana loh."

Dan tiba-tiba dalam sekejap suara gelak tawa menggelegar di seisi kereta kuda ini. Si biang kerok yang tak lain dan tak bukan adalah si tukang kusir menyebalkan itu. "Astaga nona," ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Tak kusangka bangsawan sepertimu ternyata memiliki selera mengumpat ya," sindir Ainsley sambil menatap remeh ke arahku. "Sungguh sangat tidak 'berperi kebangsawanan' sama sekali."

Wow! Kosa kata baru macam apa itu.

=====

Ahay, pada mau double up yak~

Kuturutin deh dengan persyaratan selesain pertanyaan di bawah, tapi enaknya mungkin di update hari sabtu aja biar ada waktu senggang buat bisa update sampai dua kali hohoho.

Okeh-okeh, KITA KUIS RETJEH 🌺
Kalo bener, berhadiah double up 🤣

[1] Ada bebek 10 dikali 2, jadi berapa?

[2] Buah apa yang isinya durian tapi kulitnya berduri?

[3] Apa judul lagu pembunuhan yang sadis?

Sudah yaw, jangan banyak-banyak awokwokwok. Kalau kalian bisa jawab tebak-tebakan ini dengan benar fiks kalian jago, nanti aku kasih hadiah double up hari sabtu.

Selamat mengetes ke-recehan kalian~

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang