Beginilah efek kalau kalian terlalu percaya diri jika di sebuah desa kecil abad pertengahan seperti ini memiliki yang namanya sebuah penginapan. Sakit hati cuy! Lihat saja bagaimana saat ini aku menatap nanar kearah si paman kusir dan bibi itu yang sedang tertawa.
"Astaga kau ini, bagaimana bisa kau tak tahu kalau di sebuah desa tidak mungkin ada penginapan hah?" ucap bibi itu dengan nada bicara santai karena dia menganggapku sebagai rakyat biasa, dan bukan seorang bangsawan.
Entahlah, jujur saja aku tidak sampai berpikir mengenai penginapan atau apapun, hiks. Mungkin setelah ini aku harus berpikir lebih matang dulu sebelum melakukan sesuatu. "Eum, kalau begitu aku akan tidur di kereta saja," timpalku.
"Jangan, tidur di sebuah kereta pasti sangat menyakitkan bagimu. Bagaimana kalau kalian berdua tinggal di sini saja untuk sementara waktu, ya hitung-hitung sebagai sedikit bayaran kami atas jasa baikmu."
"Ibu, aku tak sudi!"
Astaga dasar si anak monyet. Dikira aku sudi apa tinggal satu atap sama anak sepertimu hah? Lagian ini ada masalah apa sih sama setingan otak si Romeo, kok kerjaannya bikin orang kesel aja mulu.
"Romeo kau tak boleh seperti ini, mau bagaimanapun anak gadis ini mau sukarela memberimu ilmu pengetahuan jadi kau harus lebih sopan sedikit," ucap Ibu Romeo.
Aku mencoba mengangkat sudut bibirku untuk tersenyum tulus. Ukh! Berat sekali kalau harus melakukan hal seperti ini di depan anak kurang ajar. "Ahahaha, tidak apa, Romeo kan hanya beberapa tahun lebih tua dari saya jadi wajar kalau dia tidak sopan," ucapku yang sebenarnya adalah sebuah sindiran secara tak langsung, tapi semoga aja mereka ga peka deh.
Kalau sampai mereka peka maka fiks jaminan keselamatanku bakalan mundur alon-alon sampai melambaikan tangan. Demi apa membayangkannya saja sudah menjadi sangat mengerikan.
"Iya kau benar, aku jadi tak sabar melihat perubahan Romeo setelah mendapatkan pendidikan, semangat ya nak," ucapnya. Ohohoho tentu saja, selama aku yang menjadi gurunya maka tenang saja karena anakmu itu tidak akan terjerumus kedalam ajaran sesat kok.
Ya, semoga sih.
"Ekhem!" Aku kembali berdeham kali ini, dan menatap kearah Romeo dengan senyum banggaku. "Hei, bagaimana kalau kita mulai pembelajaran kita sekarang?"
"Tidak."
"Romeo jangan seperti itu!"
"Hah... iya deh."
Hm, jadi ini yang dinamakan the power of emak-emak. Hebat sekali!
=====
"Jadi apa yang ingin kau lakukan padaku sekarang ha?" ucapnya dengan nada bicara yang terdengar sangat-sangat tidak berminat untuk mengikuti pelajaran.
Saat ini aku dan Romeo sedang duduk di bawah sebuah pohon rindang dengan beralaskan tikar tipis yang cukup lebar. Tidak ada siapapun di sekitar kami karena aku meminta agar yang lainnya tidak menganggu proses belajar-mengajar. Di pembelajaran ini, aku akan mengajarkan bagaimana cara sopa santun.
"Romeo, sekarang kau coba ucapkan kata terima kasih," perintahku.
"Kau gila?"
Ih memang susah ya kalau disuruh ngajarin sebuah batu kayak begini, butuh kesabaran ekstra cuy. Untung aku orang baik, sabar, dan rajin menabung, kalau gak mah fiks udah kukubur hidup-hidup. "Kok kau malah bilang gila sih? Bukan gila, tapi terima kasih, ayo ulang kata-kataku, te-ri-ma-ka-sih!"
"Kau gila."
"Terima kasih!"
"Iya, sama-sama."
SIALAN SI ANJING NGAJAK GELUT!
Fyuh, bersabarlah Valerie, bersabarlah! Kalau dirimu sampai terpancing nafsu ingin mencekik lehernya maka nanti yang akan menjamin keselamatan dirimu di masa depan siapa dong, karena itu aku sebagai 'penghuni' tubuh Valerie yang sekarang harus bisa menahan cobaan ini.
Baik! Sekarang kuberikan kau senyum terbaikku wahai Romeo! Nantikan saja pembalasanku!
"Ahahaha, kau itu bangsat sekali loh, saking bangsat-nya aku sampai ingin memelukmu kuat-kuat karena kau terlalu bangsat, kau paham?" ucapku semanis mungkin duh, lagian dia tidak akan mengerti artinya juga, cih.
"Bangsat?"
Nah kah, dia tidak mengerti. Aku menganggukkan kepalaku, dan tersenyum miring kearahnya. "Iya, bangsat. Kenapa? Apa kau tak tahu apa arti dari kata bangsat?" ucapku yang dibalas dengan anggukkan kepala olehnya. "Lalu apa kau ingin tahu?" tambahku.
"Sudahlah, cepat katakan saja apa arti kata bangsat itu, kau terlalu lama mengulur-ulur waktu," protesnya.
Halah, kalau kau tau arti aslinya kujamin kau akan langsung marah padaku, tapi ya mana mungkin aku mengatakan arti aslinya kepada Romeo, yang ada musnah sudah harapanku memiliki jaminan keselamatan di masa depan nanti.
"Baiklah, aku beritahu kau apa arti bangsat. Dengar baik-baik ya..."
"...bangsat itu artinya kau pintar!"
Duh, berdosa banget aku.
=====
Hello kembali dengan Lyvia di sini, dan kita akan memulai sesi belajar kamus seri reinkarnasi ヽ(´▽`)/
Pertama! Anjir! Itu artinya Indah kawan-kawan... (Elynia — Azrael)
Kedua! Bacot! Itu artinya tampan kawan~ (Orion — Areez)
Dan sekarang yang terbaru diantara yang terbaru, ketiga! Bangsat! Itu artinya pintar~ (Valerie — Romeo)
Sekian kamus sesat dari para female lead gila kita yang dikhususkan para pria-pria bucin, polos, dan radak bego.
Terima kasih~ //mundur
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...