Sepasang mata Romeo tampak membulat sempurna. Iris hitam kelamnya itu menatap ke arahku dengan tatapan seperti orang yang sangat terkejut sekaligus marah dengan apa yang baru saja kuucapkan.
"Kenapa harus dia?" tanyanya dingin.
Karena tak mungkin aku bisa bersamamu Romeo. Kau adalah kaisar dengan masa depan yang cerah, apa kau terbayang bagaimana jadinya jika aku tiba-tiba masuk kedalam masa depanmu itu? Yang kuinginkan adalah peranku hanya sebatas membantumu itu saja, aku tidak ingin menjadi penghambat.
Di dalam cerita kerajaan, tokoh utama wanita selalu saja menjadi kelemahan dari sosok tokoh pria. Dan kau bisa menjadi kaisar yang tak memiliki kelemahan karena kau tak memiliki sosok perempuan di sisimu yang akan menjadi kelemahan terbesarmu. Jika aku masuk, maka kau akan memiliki kelemahan, Romeo.
Tapi mustahil sekali kalau aku dapat mengeluarkan semua isi unek-unekku itu, yang dapat kulakukan saat ini hanya berbohong dihadapannya demi masa depannya. "Karena aku tak memiliki calon lainnya."
Maafkan aku Romeo, aku tahu betul kalau ucapanku ini pasti sangat menyakiti hatimu, tapi aku tidak boleh sampai terjerumus kedalam kehidupanmu. Kaisar sempurna yang tak memiliki kelemahan, itulah julukanmu yang sesungguhnya, karena itu jangan sampai keberadaanku malah menggantinya menjadi kaisar dengan kelemahan.
"Kau tidak pernah memikirkanku rupanya," lirihnya pelan sambil menatap kearah rerumputan. Punggungnya tampak sangat rapuh karena ucapanku tadi, dan aku merasa sangat bersalah atas hal ini. Jujur saja aku merasa bimbang, sangat bimbang atas keputusanku.
Tapi jangan sampai keegoisanku menjadi penghalang untuk kejayaanmu Romeo. "Ayo Romeo, kita pulang saja, langit sudah menggelap dan kau harus segera kembali ke rumah," ucapku sambil memegang punggungnya.
"Tidak, kau pulang saja dulu. Aku masih memiliki sesuatu yang ingin kulakukan," ucapnya pelan sambil bangkit berdiri. Aku menatap kearah wajahnya, namun wajahnya itu tertutup oleh surai hitam panjangnya.
"Aku menunggumu sampai jam makan malam, jika kau masih belum kembali maka aku akan mencarimu," ucapku yang tidak dibalas apa-apa olehnya.
Aduh kenapa segalanya malah berubah menjadi sangat rumit seperti ini sih? Apa tingkahku kepadanya terlalu manis sampai-sampai dia menjadi suka padaku? Atau karena dia merasa aku menyukainya? Atau... ah entahlah! Aku tidak paham sama sekali dengan semua ini.
Sebaiknya untuk saat ini aku kembali ke rumah dan mempersiapkan makan malam.
=====
"Romeo masih belum pulang?" tanya seorang pria paruh baya yang sedan duduk di atas kursi meja makan saat ini sambil menatap kearah pintu yang tak kunjung terbuka. Anak itu, dia mengabaikan ucapanku dan tidak kembali bahkan di larut malam seperti ini.
Aku harus pergi mencarinya, kemudian mengomelinya!
"Paman, bibi, biar saya yang mencari Romeo ya," ucapku sambil berpamitan, mereka menganggukkan kepala, dan berpesan padaku untuk hati-hati terhadap sekitaran karena mau bagaimana pun ini sudah malam.
"Kutemani," timpal Ainsley.
"Jangan! Biar aku saja," ucapku spontan. Tidak Ainsley, kau tak boleh ikut, aku tahu alasan kenapa Romeo menjadi seperti ini dan aku takut kalau dia melihatku bersamamu untuk saat ini maka anak itu malah akan pergi semakin jauh lagi.
"Berhati-hatilah."
Dengan cepat aku berlari di atas padang rumput sambil mencoba untuk mencari dia di tengah gelapnya malam seperti ini. Astaga aku tak menyangka kalau orang seperti dia dapat melakukan hal seperti ini juga saat perasaannya ditolak, ada apa sebenarnya denganmu Romeo, seharusnya kau tidak memiliki perasaan seperti ini.
Saat aku sedang sibuk berlari, tiba-tiba tubuhku terasa seperti ditarik ke samping oleh seseorang, dan parahnya! Sampingku adalah tanah yang menjorok ke bawah! Kalau aku jatuh kesana maka jelas sekali aku akan menggelinding ke hutan dong.
Eh, tapi kok rasanya tidak ya? Saat aku membuka mataku, rupanya seseorang sudah membekap tubuhku dengan begitu erat, aku duduk dipangkuan orang itu, dan mulutku juga dibekap dengan sangat erat oleh tangannya.
"Sstt... diamlah kalau kau tidak ingin hidupmu dalam bahaya."
Romeo? Ini suara Romeo?
"Aku bukan kabur dari rumah karena hal tadi siang, tapi situasi ini yang membuatku tak dapat kembali, lagi pula kenapa kau harus mencariku sih!" marahnya.
Lah gimana sih si bapak. "Kan sudah aku bilangin tadi kalau kau tidak pulang sampai larut malam, maka aku akan mencarimu, nah ini sekarang kenapa kau malah bertanya lagi. Kau kira ucapanku tadi hanya main-main gitu hah?" protesku.
"Kau bahkan tidak pernah memikirkan perasaanku, lalu untuk apa kau memikirkan masalah aku hidup atau tidaknya, hm?
"Karena aku peduli padamu, kau puas? Aku tak mau kau mati, aku mau kau menjadi orang sukses, aku mau masa depanmu cerah, dan aku tidak mau menjadi penghalang dalam kehidupanmu. Apa kau sudah mengerti alasanku sekarang?"
"Aku tidak butuh masa depanku kalau kau tidak mau bersamaku, apa kau mengerti alasanku juga?"
"Tidak, aku menolak untuk mengerti arti ucapanmu," ketusku.
"Kalau kau menolak untuk mengerti, maka aku akan langsung memberitahukan arti sebenarnya dari ucapanku itu, terserah kau mau mendengarnya atau tidak..."
"...kau adalah masa depanku, jadi aku tak ingin masa depan lainnya."
=====
Jiaelah sa ae si Romeo ngebaperin anak orang awokwokwokwok. Nih nih, sebagai penyemangat di siang hari aku beri sedikit asupan mata.
Romeo ft. Sanggul hasil karya Valerie numpang lewat~
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...