D U A P U L U H D E L A P A N

35.1K 7.2K 370
                                    

Romeo terdiam saat mendengar hal tersebut keluar dari mulut Valerie. Otaknya tampak seperti sedang berpikir keras saat ini sebelum akhirnya pria itu mendengus kesal dan mengelus pipi Valerie.

"Kau mabuk, tidurlah," ucapnya sambil membuka selimut kemudian menyelimuti tubuh Valerie. Dia kembali mengelus puncak kepala gadis itu, sambil menunggu hingga sang gadis tertidur.

Meski begitu, Valerie tidak memejamkan matanya. Gadis itu malah menatap intens sosok Romeo yang sedang mengelus kepalanya. "Romeo, aku ingin sekali menikah denganmu." Dalam sekejap, ekspresi datar Romeo berubah menjadi ekspresi terkejut.

"Andai saja kau bukanlah kaisar."

Romeo berhenti mengelus puncak kepala Valerie, tangannya beralih meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya. "Memang ada apa kalau aku sekarang merupakan seorang kaisar, hm?" tanyanya.

"Kita tidak akan bisa bersama, Romeo," ucapnya, "kau tidak boleh bersamaku, dan aku tak boleh berada di dekatmu. Aku sendiri memang sudah gila, padahal aku hanya menginginkan jaminan, tapi kenapa sekarang aku malah jadi menyukaimu sih."

Romeo tampak kebingungan mendengar ucapan aneh yang keluar dari mulut Valerie itu. Namun meski begitu, tak lama kemudian sudut bibirnya mengembang dan ia terkekeh kecil. Pria itu membenarkan selimut Valerie kemudian menepuk bahu gadis itu.

"Baiklah Valerie, aku akan memberikanmu jaminan yang kau inginkan besok."

Normal POV end

=====

Valerie POV

Ukh, kepalaku terasa sangat-sangat pusing saat ini. Aku membuka mataku dan menatap langit-langit ruangan, pandanganku awalnya buram, namun lama-kelamaan dia mulai membaik hingga akhirnya sampai saat dimana aku dapat kembali melihat segalanya dengan jelas.

Mataku menatap sekeliling ruangan ini, dan jujur aku bingung. Sejak kapan kamarku bisa sepolos ini? Ya, maksudku kamar di dunia yang baru ini, mereka sangat mewah dan terdapat hiasan di mana-mana. Namun apa-apaan kamar polos ini, furniture-nya sangat bias—.

Ah, abaikan ucapanku barusan.

Ranjang yang kutiduri ini ternyata sangat berkilau kawan. Makhluk macam apa di dunia ini yang rela memasang berlian sebagai hiasan tempat tidur mereka?! Lalu orang macam apa lagi yang rela menghabiskan uang untuk membeli sebuah ranjang berbahan dasar emas seperti ini?!

"Nona, anda sudah bangun?"

ANJIR! ADA ORANG TERNYATA!

"I-Iya, a-ada apa?" kagetku yang langsung menoleh ke arah seorang gadis berpakaian pelayan yang sedang tersenyum ramah hingga membuatku kebingungan.

"Nona, apa anda tidak ingin segera bersiap-siap?" tanyanya yang sekarang malah semakin membuatku kebingungan. "Anda harus segera mempersiapkan diri untuk menghadiri acara penerimaan jaminan dari Yang Mulia Kaisar."

"Romeo?"

"Iya, Yang Mulia Romeo berkata kalau hari ini akan mengadakan acara pemberian jaminan kepada orang-orang yang telah berjasa kepadanya, dan nona adalah salah satu orang yang akan menerima jaminan tersebut," jelasnya.

Aku mengerutkan dahiku. Seingatku tadi malam aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Romeo, bahkan batang hidungnya pun tak dapat kulihat. Lalu, kenapa sekarang tiba-tiba aku malah menerima jaminan?

Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku sedang mabuk semalam? Tak mungkin kalau karena mabuk aku tanpa sadar main menerobos sekat yang membatasi diriku dengan Romeo itu kan. Dan tak mungkin lagi kalau aku mengatakan kalimat yang aneh-aneh semal—.

"Hm, kau boleh keluar."

Eh?

"Baik, Yang Mulia."

Pelayan tersebut mulai melangkah mundur, dan hal tersebut memberi akses bagiku untuk menyaksikan siapa sosok pria yang sudah berdiri tegap di depan pintu kamar ini. Dia diam di sana sambil menatapku dengan tatapan intens-nya.

Manik gelapnya itu terlihat sangat dingin dan kosong, itu terlihat berkali-kali jauh lebih mengerikan dibandingkan empat tahun yang lalu saat terakhir kali aku melihatnya. Surai panjangnya itu tak berubah, hanya saja kurasa kali ini dia jauh lebih halus dibandingkan yang dulu.

Dia melangkah maju mendekatiku, dan berhenti tepat di hadapanku. Hingga akhirnya suara pintu yang di tutup terdengar, dan dia langsung menyambarku dengan pelukan yang luar biasa erat.

"Aku merindukanmu."

Tanganku terangkat untuk mengelus kepalanya yang berada di sela leherku. "Bagaimana kabarmu selama empat tahun ini? Apa kau menjalani hidupmu dengan baik?" Itulah satu-satunya ucapan yang dapat kupikirkan untuk saat ini.

Tapi bukannya menjawab, Romeo malah semakin menekan kepalanya di sela leherku kemudian mempererat pelukannya. Ukh, kurasa pinggangku akan encok tepat setelah dia melepaskan pelukan ini.

Belum lagi kakiku yang terasa lemas karena baru saja bangkit dari ranjang, otomatis aku langsung terjatuh di atas tanah karena kekuatan Romeo yang jauh melebihiku dalam segala hal. Meski begitu, dia sama sekali tak mengendorkan pelukannya dan memilih untuk menahan tubuhku dengan kedua tangannya.

"Hei, kenapa kau memelukku sampai segininya?" heranku. Dan, Romeo sekarang mulai mengangkat sedikit wajahnya dari sela leherku, kemudian manik hitamnya itu malah menatap tajam ke arahku seolah-olah aku habis berbuat sesuatu yang salah kepadanya. Apa salahku, hiks.

"Kau tidak mencariku kemarin malam, hm," ucapnya yang membuat dahiku berkerut heran. "Apa harus menunggu kau mabuk dulu baru kau mau mencariku?"

"Apa maksudmu?" tanyaku.

Romeo meraih tanganku kemudian mengecup lembut punggung tanganku. Setelahnya, dia membawa tanganku untuk memangkup pipinya. Sungguh, semua perlakuannya saat ini benar-benar membuatku harus senam jantung di pagi hari seperti ini. Belum lagi sekarang dia malah mendekatkan bibirnya ke telingaku, dan berbisik.

"Aku mencintaimu."

OHOHO AKU RELA MATI SEKARANG.

=====

XJHSKELUSBW ROMEO BELAJAR GOMBAL DARI SIAPA DAH TUH AWOKWOKWOK.

Awh, sekarang aku bisa fokus menamatkan draf cerita ini. Setelah draf cerita ini tamat, beralihlah diriku menamatkan draf cerita-cerita lainnya.

Entah kenapa aku produktif sekali awokwokwok, soalnya mumpung lagi diem dirumah juga kan. Jadi aku mencari kesibukan, ya walau kadang pas ketumpuk tugas sekolah rasanya kek mau pecah nih kepala sih gara-gara ga bisa ngimbangin waktu.

Tapi ya, keep calm 🌿

Kalo dipikirin terus malah jadi penyakit nantinya, eak. Beuh aku hari ini kok bijak amat yak.

Yodah deng, ane curhat malah kepanjangan nanti jadi udahan aja deh awokwokwok.

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang