T I G A P U L U H E M P A T

32.2K 5.9K 423
                                    

Suasana di ballroom saat ini tampak sangat tegang, mereka semua benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kalau ternyata seorang Kaisar seperti Romeo malah menjadikan Valerie yang merupakan putri Marquess sebagai tunangannya. Kesenjangan sosial di antara dua sejoli itu terlalu besar hingga para bangsawan pun tidak bisa menerimanya.

"Yang Mulia! Saya, Duke Weiss, memohon Yang Mulia untuk mempertimbangankan kembali masalah ini," timpal bangsawan bergelar Duke yang dengan beraninya melarang Romeo lagi. "Saya rela untuk di pasung selama Yang Mulia tidak bertunangan apalagi menikah dengan gadis itu."

Pada saat itu juga, tampak sesosok bangsawan lainnya yang ikut menunduk di hadapan Romeo, dan menyetujui ucapan dari Duke Weiss. Meski begitu, kumpulan bangsawan yang sedang menunduk di hadapannya ini sama sekali tidak menarik perhatian Romeo.

Dia tiba-tiba mengangkat tubuh Valerie, dan menggendongnya. Iris gelapnya itu menatap rendah ke arah para bangsawan yang sedang menunduk saat ini, dan sebuah kalimat mengejutkan keluar dari bibir Romeo.

"Kalau kalian ingin di pasung, maka aku akan mengabulkannya, yang pasti tak ada yang bisa melarangku menikahi Valerie."

Itulah satu-satunya kalimat yang diucapkan oleh Romeo sebelum akhirnya dia berjalan keluar dari Ballroom sambil menggendong Valerie, dan meninggalkan para bangsawan yang tampak sangat kesal dengan keputusan semena-mena Romeo.

Normal POV end

=====

Valerie POV

Aku benar-benar tak habis pikir dengan isi otak tokoh novelku yang satu ini. Ya, aku tahu kalau dia memang tokoh yang sangat keras kepala dan susah untuk diatur, tak ada satupun orang yang bisa mengatur kehidupannya, oleh karena itu Romeo bisa menjadi kaisar yang sangat berkuasa karena dia melakukan segalanya sendiri.

TAPI SEKARANG KAN KONTEKSNYA BEDA!

Mataku menatap tajam ke arah Romeo yang tetap memandang lurus sambil berjalan. "Hei, kau itu seorang kaisar, itu artinya kau harus mendengarkan ucapan dari para bangsawan itu agar bisa mendapatkan pilihan yang terbaik untuk kekaisaran, lalu kenapa kau malah bertindak semena-mena seperti itu?"

"Apa dengan menikahimu, kekaisaran ini akan hancur?" tanyanya yang kali ini menoleh ke arahku, dan menatapku lekat-lekat. Dia mengangkat gendongannya pada tubuhku sehingga membuat wajah kami berdua menjadi semakin dekat satu sama lain.

Huwa, aku bahkan bisa melihat bulu mata lentiknya dan manik gelapnya dari jarak segini. Ukh, posisi wajahnya terlalu dekat denganku. Jantungku tidak dapat mentolerir ketampanannya!

Demi kesehatan jantung, dan mata. Aku dengan penuh terpaksa harus memalingkan wajahku agar berhenti melihat ketampanan terhakiki itu. "Eum ... ti-tidak sih," sahutku yang malah tergagap, efek ngomong di depak cogan, uh.

"Ya sudah, kita tetap menikah."

Lah? Tunggu-tunggu, tidak boleh begini dong. Aku bergegas menggoyang-goyangkan kakiku untuk menganggu Romeo agar dia berhenti berjalan. Namun usahaku itu gagal total, dia malah merubah posisiku dan menggendongku seperti sedang menggendongku anak kecil.

"Kalau kau nakal, aku tidak akan segan-segan menghukummu, jadi diam atau kau tahu sendiri akibatnya."

Duh, ambigu sekali. Pakai acara hukum segala lagi, kan sel-sel otakku jadi pergi jalan-jalan. Ya karena aku tak mau mencari masalah jadi aku diam untuk saat ini, posisi tubuhku yang sedang digendong saat ini membuatku jadi sedikit lebih tinggi dari Romeo, dan aku dapat menyaksikan orang-orang yang berdiri di depan pintu ballroom sambil menatap tajam Romeo.

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang