Suara nyaring yang ditimbulkan oleh benturan antara jariku dengan keyboard laptop ini memenuhi seisi ruangan mungil yang kusewa. Aku menaikkan kacamataku, dan kembali fokus pada layar laptop ini.
Meski sorot mataku fokus terhadap laptop, tapi sebenarnya otakku ini sedang pergi ke alam imajinasi. Karena apa? Itu karena aku sedang mengetik sebuah cerita saat ini. Sungguh hobi yang menyenangkan bagiku untuk mengetik sebuah cerita bertemakan kerajaan seperti ini.
Belum lagi suasana malam hari yang sunyi ini membuat otakku jauh lebih mudah untuk berimajinasi andaikan saja hal ini tidak bunyi.
'Krkk
"Aduh kenapa begini sih," kesalku sambil mengelus-elus pelan perutku yang berbunyi dengan cukup keras barusan. Dengan langkah ogah-ogahan aku bangkit berdiri untuk menghampiri kulkas, namun yap! Tidak ada makanan! Bagus sekali!
Sekarang pandanganku berganti menatap kearah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Hm, cukup larut untuk tidur, tapi belum cukup larut untuk menghentikan ku pergi membeli makanan di toserba terdekat.
Aku mengambil jaket, tas, dan kunci apartemen baru kemudian keluar dari kamarku, dan mengunci pintu kamar tersebut agar tidak dimasuki oleh orang aneh-aneh. Demi apa aku malas sekali keluar malam-malam, tapi apa daya kalau perut sudah keroncongan seperti ini.
Kakiku melangkah keluar dari wilayah apartemen, dan terus berjalan hingga akhirnya sepasang manik gelap ini dapat melihat sebuah toko serba-ada yang terlihat sepi karena sudah malam. Tanganku bergerak untuk mendorong pintu toko tersebut, dan langsung berjalan menuju bagian makanan.
"SERAHKAN UANG KALIAN!"
Badanku langsung membeku di tempat. Ada apa ini? Perampokan? Astaga padahal sudah berpuluh-puluh kali aku datang ke toserba ini di malam hari, dan ini adalah pertama kalinya terjadi perampokan di toserba ini. Lalu sialnya! Kenapa harus pas-pasan disaat ada aku yang sedang berbelanja sih?
Aku dapat merasakan langkah kaki para perampok itu yang berjalan mendekatiku. Mataku terpejam dengan sangat erat, sambil merutuki nasib burukku hari ini. Kalau begini mah aku lebih rela kelaparan sepanjang malam dibandingkan harus keluar untuk membeli makan.
"Keluarkan semua uangmu."
Ucapan itu terdengar sangat jelas di telingaku. Dengan gerakan secepat mungkin aku langsung menarik keluar dompet dari tasku, dan mengambil semua isi di dalam dompet tersebut. "I-Ini, se-sekarang lepaskan aku," ucapku.
Dia tiba-tiba mencengkeram kuat leher belakangku, lalu mendorongku hingga terjatuh di lantai. "Duduklah dengan baik di sana, dan jangan kemana-mana sampai aku menyuruhmu untuk ikut bersama kami." Aku sontak terdiam. 'Ikut bersama kami' katanya? Apa kau gila?
Aku meraih tasku, dan mengotak-atik isinya. Seharusnya terdapat ponselku di dalam jadi aku harus menelepon polisi sekarang juga sebelum mereka benar-benar membawaku bersama mereka astaga. Mengerikan sekali.
Tanganku berhasil menemukan benda persegi panjang tersebut, dengan perlahan aku menekan nomor telpon darurat untuk dihubungi secepatnya. Namun sebuah suara tiba-tiba membuat bulir keringat dingin langsung mengalir deras dari pelipisku.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya dingin.
Perlahan aku menatap kearah pria yang sedang memegang pisaunya, dan menodongkan senjata tajam itu kearah leherku. Dia terlihat sangat mirip seperti psikopat, padahal teman-temannya sibuk menjarah uang di kasir tapi kenapa dia malah ingin membunuhku seperti ini?
Aku hanyalah seorang penulis novel best seller yang sangat mencintai genre sejarah. Apa kesalahanku sampai aku harus mengalami kesialan semacam ini? Apa kesalahanku karena tidak menahan lapar di malam hari? Cih, konyol sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...