T I G A P U L U H D U A

36.2K 6.8K 961
                                    

Romeo tiba-tiba mengulurkan tangannya kepadaku, dan aku menatap bingung ke arah tangan tersebut. "Ada apa? Kenapa kau mengulurkan tanganmu kepadaku?" tanyaku yang dibalas dengan helaan nafas berat oleh Romeo.

"Jadi pasanganku di pesta ini," sahutnya.

Aku mengernyit heran ke arahnya, apa dia tidak tahu kalau aku datang sebagai pasangan orang lain? Lalu sekarang dia malah menyuruhku untuk berpasangan denganya. "Aku tidak bisa, kau tahu aku datang sebagai pasangan Javier, aku bertunangan dengannya," sahutku.

Dan dengan santainya, Romeo menjawab.

"Aku tak peduli."

Begitu katanya. Apa dia gila? Ya maksudku, memang dia kaisar tapi semua ini tidak semudah itu. Aku mendengus pelan, tanganku bergerak menarik tangan Romeo yang sedang mengurung diriku, kemudian aku menatap ke arah Javier yang berada di tengah ballroom.

"Kau tidak bisa tak peduli, Romeo. Kau adalah kaisar, dan kau tak boleh semudah itu membawa sembarang gadis bersamamu untuk menjadi pasangan di acara besar seperti ini, apa kau tahu?"

Tapi bukannya menyerah, dia malah kembali memojokkanku ke tembok dan bahkan sekarang jarak antara kami berdua menjadi jauh lebih dekat dibandingkan sebelumnya. Romeo membungkukkan badannya sehingga wajahnya berada tepat di depan wajahku saat ini. Aku ga bisa nafas tolong, sekali maju dikit langsung kecium dah tuh.

Tapi aku mana berani nyium kaisar tiran, cih.

"Kau tunggu saja, aku akan membuktikan pada semua orang, kalau kau bukan milik pria bernama Javier itu lagi."

Setelah mengucapkan kalimat yang tak dapat kumengerti, akhirnya Romeo melepaskanku dari kengkangan tangannya. Pria itu pergi meninggalkanku begitu saja dengan tanda tanya besar di kepalaku. Sebenarnya dia ada masalah hidup apa sih sama kau? Kok aneh gini.

Tapi ya bodoh amatlah, yang dapat kulakukan saat ini hanya diam di pojokan sambil sebisa mungkin menghindari para tokoh penting ciptaanku itu, karena tidak mungkin ada penulis yang bisa dengan teganya menghancurkan alur cerita yang telah ditulis dengan susah payah, hiks.

Lalu setelah begitu lama diam di pojokan dan menjadi pemeran figuran di ruangan ini, akhirnya pintu raksasa kali ini terbuka kembali kemudian menampilkan sosok Romeo dengan pakaian pakaian formalnya yang menambah kesan tampan pada pria tersebut.

Lihat saja, rahangnya tegas, matanya tajam, sorot mata dan iris gelapnya itu tampak sangat mengintimidasi, surai hitamnya yang kini pendek itu tertata dengan rapi dan menambah kesan luar biasa. Memang sebuah tampang yang diharapkan dari karakter novel, dia sangat tampan.

Romeo berjalan menuju singgasananya dan duduk di sana, aura yang berada di sekitarnya terasa sangat agung, dia tampak seperti seorang pria yang mustahil untuk dapat dimiliki oleh siapapun. Aku jamin siapa pun yang akan menjadi pasangan hidupnya di masa depan nanti, maka dia akan menjadi gadis paling beruntung sedunia.

Tak lama kemudian, tampak seorang pria—yang kuyakini adalah seorang pelayan—datang dan berdiri di samping singgasana Romeo. Dia membuka sebuah gulungan kertas dan mulai membacakannya. "Perhatian! Yang Mulia Romeo akan memberikan jaminan kepada orang-orang yang telah berjasa kepadanya selama ini sebagai tanda terima kasih, berikut nama-nama orang tersebut ...."

Pria itu membacakan satu persatu nama yang ditulis di dalam surat, dan jujur saja aku merasa cemas karena namaku tak muncul-muncul juga, padahal sudah ada beberapa orang yang berjalan kehadapan Romeo dan menunduk di hadapannya untuk menerima jaminan, tapi kenapa namaku ga dipanggil-panggil, hiks. Jangan bilang kalau semua usahaku selama ini masih belum cukup untuk membuatku mendapatkan jaminan.

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang