L I M A B E L A S

36.6K 7.6K 1.6K
                                    

Hari pun terus berlalu, di setiap harinya selalu ada saja hal-hal baru yang terjadi. Tak terasa satu tahun lebih terlalu berlalu begitu saja, mungkin hanya tersisa beberapa bulan lagi sampai akhirnya genap dua tahun dan Romeo akan dibawa pergi oleh para pengawal kerajaan, kemudian aku harus kembali ke kediamanku.

Usiaku baru menginjak dua belas tahun, dan kedua anak laki-laki itu sekarang sudah berusia enam belas. Hahh... kapan besarnya tubuhku ini, mereka berdua sudah terlihat seperti raksasa dengan tinggi badan mereka, sementara aku masih terlihat seperti kurcaci di sini.

"Romeo! Kau menghancurkan papan kayunya lagi!"

Adegan yang sudah biasa di mataku. Romeo selalu saja menghancurkan papan kayu yang digunakan untuk latihan pedang, tampaknya kekuatan tangannya itu memang terlalu berlebihan sampai-sampai seluruh papan kayu yang ia pukul dengan pedang kayunya selalu berakhir rusak.

"Aku tidak tahu, dia rusak sendiri."

"Ya itu kan karena kau terlalu kuat memukulnya bodoh! Redam sedikit kekuatan tanganmu itu," perintah Ainsley sambil menyeka keringat yang mengalir deras di pelipisnya. Hm, tampaknya aku harus memberikan handuk dan air kepadanya.

"Ainsley minumlah dulu!" teriakku sambil berlari ke arahnya dan menyodorkan sebotol air. Pria itu menerimanya dengan senang hati, dia juga mengambil handuk kecil yang kubawa kemudian menyeka wajahnya dengan handuk itu.

Parah, ini orang habis latihan atau mandi? Kok dia lebih terlihat seperti orang yang habis diguyur hujan dibandingkan dengan orang yang berlatih. Kasihan sekali kau nak, bahkan Romeo yang juga berlatih bersama Ainsley pun keringatnya tidak sebanyak itu.

"Kau tidak membawakan apa-apa untukku?" tanya Romeo.

Aku mengotak-atik keranjang yang kubawa, lalu mengeluarkan sebotol air, handuk, dan sedikit kue kering. "Ini, tapi karena kau habis berlatih jadi tidak baik langsung memakan makanan, karena itu minumlah dulu dan bersihkan keringatmu," ucapku.

"Kau bersihkan."

Hah? Kenapa-kenapa? Aku yang bersihkan maksudnya dia menyuruhku untuk membantu dia menyeka keringatnya begitu? Apa dia gila?

"Tanganku sakit, aku kesulitan untuk menggerakkan tanganku saat ini."

Tunggu-tunggu, ini dia sedang beralasan atau bagaimana? Aku menatap kearah tangannya yang memang terlihat seperti lemas. Tapi masalahnya, baru saja tadi dia menghancurkan lima papan kayu dengan kekuatan tangannya, dan sekarang dia bilang tangannya itu sakit?

"Aku tak sengaja meretakkan tulang tanganku barusan saat kau memberi air minum kepada Ainsley."

DEMI APA WOY?!

Sudahlah, seka aja. "Duduklah, kau terlalu tinggi dan aku tak bisa menggapai pucuk kepalamu itu," ucapku. Dia menuruti perkataanku dengan duduk di atas padang rumput sambil menundukkan kepalanya.

Aku pun membantunya menyeka wajah sekaligus rambutnya yang basah itu. Ainsley pergi untuk duduk di kursi kayu tempatku duduk tadi, dan berisitirahat sekejap di sana.

"Hei, kapan kau besar hah?" ucap Romeo tiba-tiba yang menimbulkan tanda tanya besar di kepalaku. "Kau itu mungil sekali, cepatlah besar supaya aku bisa bermain denganmu."

Anjir! Ambigu hoy!

"Tunggulah beberapa tahun lagi baru kau dapat melihatku besar," sahutku yang masih menyeka kening Romeo dengan handuk.

"Aku tunggu sampai kau berusia delapan belas bagaimana?"

"Hey, delapan belas itu menurutku masih belum dewasa, setidaknya usia dua puluh aku baru bisa di hitung sudah dewasa," jawabku.

"Tapi aku tidak mau menunggu selama itu." Eum, tunggu sebentar, ini kenapa pembicaraannya makin lama malah terasa semakin aneh. "Aku tidak suka menunggu, jadi delapan belas saja ya."

"Menunggu apa?" tanyaku.

"Menikah denganmu."

ASTAGANAGA! WOY NAK! GA KUAT AKU TUH! AKU MASIH DUA BELAS TAHUN DAN KAU SUDAH MEMBICARAKAN MASALAH PERNIKAHAN SEPERTI INI?!

Ohohoho, lumayan sih calon suami tamp—. Astaga aku ini berdosa banget, bukan-bukan maksudku bagaimana dengan nasibnya sebagai kaisar yang paling di segani, mana mungkin aku menikahi kaisar cih, mimpi di siang bolong macam apa ini.

"Maaf Romeo, tapi aku bukan Juliet-mu jadi kau tak bisa secepat itu berkata ingin menikah dengan sembarang gadis sepertiku. Lagi pula aku tidak tertarik untuk menikah nantinya," sahutku.

"Juliet? Siapa Juliet? Selain itu siapa yang bilang kalau kau adalah sembarang gadis, hm? Bagiku kau adalah gadis yang ingin aku nikahi di masa depan nanti."

Ih baper berat aku tolong! Tidak-tidak, kenapa semua jadi seperti ini, aku tidak bisa menerimanya, Romeo memiliki masa depan cerahnya sendiri jadi aku tidak boleh menganggu maupun menghalanginya, yang harus kulakukan adalah mendukungnya!

"Tidak Romeo, aku tidak bisa menikah denganmu, aku juga tak memiliki niatan untuk menikah nantinya," elakku.

"Lalu bagaimana kalau kau harus menikah?" tanyanya tiba-tiba. "Siapa yang akan kau nikahi jika kau dipaksa untuk menikah?"

Ada apa dengan pertanyaannya itu. Kenapa dia menanyakan sesuatu yang seperti itu sih. Selain itu, jika memang aku di paksa untuk segera menikah oleh keluargaku. Satu-satunya orang yang kupikir dapat kunikahi adalah dia...

"Ainsley."

=====

Hiya, potek ga noh si Romeo~

A little bit keuwuan buat kalian~

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang