Bagus sekali, berkat kusir tersebut aku jadi kehilangan harga diriku di depan Ainsley, dan pada saat yang sama aku juga nyaris mati karena jantungan. Hal-hal berbau horor? Aku hanya menyukainya jika membaca dalam buku, atau mendengarkan cerita orang.
Tapi jika sudah seperti apa yang terjadi tadi maka sudah beda cerita. Aku tidak sanggup! Bisa mati ketakutan aku, belum lagi suasana hutan yang sangat mendukung latar kejadian tadi. Untung saja jantungku masih sehat walau berdetak dengan sangat kencang.
"Nona tidak marah kan?" tanya pria tersebut sambil sesekali menoleh kebelakang untuk melihatku.
Aku menghela nafas berat kemudian menggelengkan kepalaku. "Tenang saja, aku bukan orang seburuk itu yang dapat dengan mudahnya marah atas candaan orang lain," sahutku, dapat kudengar pria tersebut akhirnya bisa menghela nafas lega.
Perjalanan pun berlanjut, aku menatap Ainsley yang rupanya sudah tertidur pulas ditempatnya sambil bertopang dagu. Hm, kalau dia tidur wajahnya jauh lebih kalem dan tidak menyebalkan, sangat berbeda dengan wajahnya saat ia terbangun dari tidurnya.
Beberapa kali aku melihat kepala anak itu yang terjeduk kaca jendela kereta. Karena aku adalah orang baik, rajin menabung, dan tidak tegaan maka aku mengambil selimut yang kubawa di dalam tas, kemudian perlahan menutupi kepala Ainsley dengan selimut tersebut agar saat terjeduk, rasa sakitnya dapat teredam.
Entah akan sampai berapa lama perjalanan ini. Namun yang pasti aku memiliki satu tugas penting saat ini, yaitu apa yang harus kukatakan nanti agar Romeo mau menerimaku, dan aku saat menjadi salah satu orang berjasa di kehidupannya?
Jika aku berkata kalau diriku ingin menjadi gurunya, apa dia akan menerimaku? Belum lagi sifat Romeo yang dingin, dan keras kepala. Semoga saja mereka mau menerimaku dan Ainsley sebagai guru gratis untuk Romeo.
Waktu pun akhirnya terus berjalan. Langit yang tadinya gelap, kini telah menjadi terang seiring dengan berjalannya waktu. Begitu pula dengan wajah kalem Ainsley saat tidur kini telah berganti menjadi tampang menyebalkan ciri khasnya itu.
Dia bangun dan menatap selimut yang menutupi kepalanya. Ohoho, berterima kasihlah padaku wahai anak menyebalkan. Aku siap menerima ucapan terima kas—.
"Apa-apaan ini. Model selimutnya jelek sekali, sangat tidak elegan dan terlalu simpel, tidak mencerminkan model barang yang seharusnya dimiliki oleh seorang putri bangsawan."
Kok sialan sekali sih kau?
Astaga, aku sudah baik-baik mau membantunya karena iba gitu loh. Eh sekarang malah di nyinyirin sama nih orang satu, maunya apaan sih? Serba salah ih.
"Bodoh amat, kalau begitu anggap saja aku bukan bangsawan," kesalku yang sudah terlanjur lelah dengan omelan Ainsley. Terlebih lagi, sepasang mataku ini mulai kabur karena sangat mengantuk. Semua ini kulakukan demi menunggu anak itu bangun sehingga paman kusir tidak merasa kesepian.
Dan karena Ainsley sudah bangun, maka sekarang adalah giliranku untuk tidur. Tapi aku heran sekali dengan paman kusir itu, matanya sebenarnya terbuat dari apa sampai-sampai ia sanggup tidak tidur sama sekali tanpa merasa kantuk barang sedikit pun, sungguh ajaib.
Hmm... aku ngantuk.
=====
Normal pov
Ainsley yang sedang memandang kearah Valerie sontak terkejut saat melihat tubuh gadis tersebut yang tiba-tiba oleng, dan nyaris saja terjatuh dari kursinya. Untung saja dengan sigap Ainsley langsung menangkap tubuh gadis itu sehingga dia tidak jatuh.
Pria itu berdecak kesal, dan mendelik tajam kearah kepala Valerie yang bertumpu di sela lehernya. Dia sedikit mendorong tubuh Valerie agar dapat melihat wajah gadis itu. Dan ternyata, gadis itu tertidur. "Astaga kau ini benar-benar membuatku terkejut," ucap Ainsley sambil menghela nafas berat.
Ia mengangkat tangannya untuk memeriksa suhu tubuh Valerie, dan untungnya suhu tubuh gadis itu masih normal-normal saja sehingga tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dengan sedikit tenaga, Ainsley membaringkan Valerie di atas kursi, dan menyelimuti gadis itu dengan selimut yang diberikan Valerie kepadanya.
"Nona aneh," gumamnya.
Perjalanan pun akhirnya terus berlanjut hingga tak terasa kalau mereka sudah semakin mendekati tujuan dengan tenggat waktu yang bahkan jauh lebih cepat dibandingkan apa yang telah diprediksi sebelumnya. Sang kusir mulai merasa familiar dengan suasana sekitar, dia dapat merasakan kalau tak lama lagi mereka akan segera sampai.
"Tuan, saya rasa kita akan segera sampai di desa," ucapnya sembari menoleh sejenak kearah Ainsley yang sedang memandang lurus kearah luar jendela. "Apa tuan tidak berniat untuk membangunkan nona? Saya yakin dia tidak sabaran untuk segera turun dari kereta ini."
Ainsley mendengus pelan, dan melirik sejenak kearah sosok Valerie yang sedang tertidur pulas. "Tidak usah," ucapnya yang kemudian kembali menatap kearah pemandangan asri di luar jendela. "Dia tampak sangat kelelahan jadi kita biarkan saja dia tertidur."
"Baiklah."
Perjalanan kembali di lanjutkan, semakin lama mereka menjadi semakin dekat ke tujuan. Hingga akhirnya sebuah pemukiman penduduk tampak di indra pengelihatan sang kusir. Dia mengangkat sudut bibirnya, dan kembali menoleh menatap Ainsley.
"Tuan! Kita telah sampai."
=====
Okey, hasil jawaban tebak-tebakan kemarin~
[1] 8, karena ada 10 bebek, dan duanya dikali, jadi sisanya delapan~
[2] Durian 🤣 Ya udah jelas sih durian, isi buahnya aja durian, kulitnya berduri. Jadi ya durian.
[3] Potong bebek angsa awokwokwok
Oh iya, kalian penasaran dengan bentuk rupa si cogan rasa janda alias Ainsley? Nih ku kasih fotonya 🤭
Gimana-gimana, dah imut belom? 🤭
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...