Romeo, bisa-bisanya kau berucap seperti itu padaku yang jomblo bangkotan ini hiks. Baper kan jadinya duh, astaga Valerie jangan sampai dirimu oleng dari tujuanmu sebenarnya. Aku menghela nafas dalam dan lebih memilih untuk menyandarkan kepalaku di dada bidangnya dibandingkan harus melihat wajah menawannya itu.
"Kenapa? Kau merasa ngantuk?"
Aku menggelengkan kepalaku. Justru aku yakin sekali kalau diriku tidak bisa tidur habis ini, dan semua adalah salahmu Romeo. "Hei, kenapa kita masih berada di sini? Mana sosok yang kau bilang dapat membahayakan nyawa kita?" tanyaku.
Pria itu tampak terkejut sejenak, kemudian wajahnya yang awalnya normal-normal saja tiba-tiba malah terlihat serius. "Kita harus seperti ini lebih lama lagi, kita belum tahu apa situasi di sekitar kita ini sudah aman atau masih berbahaya."
Ah, kurasa aku mendidikmu terlalu banyak sampai kau menjadi pintar seperti ini ya. Aku akui, pintar sekali modusnya.
"Sudahlah kau hanya mencari kesempatan dalam kesempitan," keluhku yang mencoba untuk bangkit berdiri, namun sepasang tangannya itu mengekang tubuhku hingga aku tak bisa bangkit. Demi apa aku masih dua belas tahun dan sudah diperlakukan seperti ini olehnya, ini orang gila kok emang.
"Hei aku masih dua belas tahun, kalau kau tidak ingin di cap pedofil maka menyingkir!" kesalku sambil memukuli lengannya. Ya walau kami hanya terpaut usia empat tahun saja sih, tapi ya tetap saja kondisi tubuhku dua belas tahun dimana artinya aku masih anak-anak.
"Valerie, kenapa kau tidak menganggapku?"
Hah? Kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal seperti itu? Ah, atau jangan-jangan ada kabel yang konslet atau terputus di otaknya. "Kenapa kau menanyakan hal seperti itu, kau tahu sendiri kalau kita ini tidak bisa bersama, takdirmu bertentangan jauh dari milikku."
"Kenapa kau selalu mengungkit masalah takdir? Kan aku sudah bilang, aku tidak perlu masa depanku kalau tida ada kau, jadi kenapa kau masih tidak percaya dengan ucapanku?"
Duh anak ini, kau itu tidak bisa bersamaku! Beberapa bulan dari sekarang kau akan dibawa oleh prajurit kemudian kau akan diangkat menjadi kaisar! Hanya tinggal beberapa bulan lagi maka kau akan menerima takdir hebatmu itu, jadi jangan membuatku memiliki keinginan untuk menghalanginya hanya karena sebuah perasaan.
Aku menghela nafas panjang kemudian mulai menatap wajahnya lagi. "Kenapa kau bisa menyukaiku sampai segitunya hah?" ucapku lirih saat mengingat kenyataan. "Tindakan apa yang membuatmu bisa jatuh hati padaku seperti ini?"
"Kau berbeda dari yang lainnya, tapi aku ingat betul awal perasaanku timbul saat kau membelaku di depan banyak warga saat itu."
Hah? Tapi saat itu kan. "Kau melihat semuanya?" kagetku. Padahal saat itu kan hanya aku yang menghalau mereka semua agar tidak menganggu ketenangan Romeo di dalan rumah, dan pada saat itu kukira Romeo sedang tidur di kamarnya. Tapi kenapa sekarang dia bisa tahu?
"Aku melihatmu dari jendela kamarku, dan aku melihat 'semuanya' benar-benar semua, lalu asal kau tahu aku merasa sangat marah saat melihat semuanya," ucap Romeo.
"Apa kau marah karena aku yang mengatasi mereka sendiri?" Pria itu menggelengkan kepalanya, dan hal itu sontak membuatku semakin kebingungan. "Lalu apa?" heranku.
"Aku sudah bilang kalau aku melihat semuanya termasuk adegan kalian berdua wahai nona cantik dan tuan tampan."
Ah, yang itu ternyata.
"Kalian tampak sangat serasi saat itu, seperti sepasang suami istri. Aku jadi kesal sekali saat melihat itu, tapi kurasa aku menjadi semakin kesal saat tahu kalau kau mempertimbangkan dia sebagai calon suami masa depanmu, dan tidak memikirkanku."
"Sudahlah Romeo, kita kembali saja, ini sudah terlalu larut malam, dan akan berbahaya jika kita terlalu lama diluar rumah."
Pria itu menghela nafas kemudian menyentil dahiku dengan jarinya. Gila ini orang, sakit banget cuy! Padahal aku kira kalau pria menyentil dahi wanitanya bisa menjadi sangat romantis. Tapi kenyataannya? Sakitnya ga ketulungan, hiks.
Ah, atau ini karena salah Romeo yang terlalu kuat saat menyentil dahiku kali ya. "Kau akan membolongi kepalaku dengan sentilanmu itu," ucapku yang tak terima dan mencoba untuk balas menyentil dahinya. Tapi ukh sial! Kenapa malah jariku yang sakit woylah!
"Hm, aku merasa seperti ada yang menyentuh dahiku barusan."
AKU MENYENTIL DAHIMU HOY! MASA SEPAYAH ITU KEKUATAN TANGANKU HIKS!
Ah tau ah, kesel. Aku bangkit berdiri, kemudian menepuk pelan pakaianku untuk membersihkannya dari debu. Tapi baru saja berjalan selangkah, eh tanganku sudah ditahan saja sama si Romeo ini, dan asal kalian tahu kalau dia mengucapkan satu kalimat yang membuatku sangat kesal.
Apa itu?
"Valerie kakiku sakit, gendong aku."
AKHH KULEMPAR KAU DARI TEBING!
=====
Romeo tak da akhlaq (ಥ_ಥ)
Eh iya, btw aku pernah ngasih fotonya Valerie belum ya? Kalo belom ntar aku kasih fotonya di updatean selanjutnya deh.
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo, Take Me! [END]
Romance[Réincarnation Series #6] Aku terbangun sebagai seorang gadis bangsawan yang memiliki kehidupan suram. Aku bukanlah tokoh antagonis dalam cerita, dan aku juga bukan pemeran utama. Aku adalah tokoh sampingan yang akan meninggal demi menggantikan peme...